S u b a d i
Bismillah, sebagai seorang guru pasti sudah terbekali dengan ilmu pendidikan dan beberapa ilmu penunjang lainnya. Sehingga selain guru itu profesional dalam mengajar juga memiliki kepekaan terhadap para siwanya. Guru secara alamiah akan mudah mengenali mana siswanya yang minderan, mudah ngambek, percaya diri, cepat tanggap, mudah konsentrasi, dan tipe-tipe belajar efektif dari masing-masing siswa. Maka dari itu, tak berlebihan jika guru dianggap sosok yang sangat menawan dan istimewa. Oke banget.
Rata-rata anak baru masuk kelas 1 sekolah dasar masih ada yang kesulitan membaca atau belum mampu membaca dengan baik dan benar, meskipun tidak semuanya. Bahkan beberapa kasus juga ditemukan siswa yang belum mampu mengenali huruf. Melihat kasus ini guru harus segera tanggap kemudian mencari solusi untuk mengatasi kasus kesulitan membaca bagi para siswa. Ini menjadi sangat penting karena materi kelas 1 sudah berupa bacaan dan sampai butuh menalar. Jika peserta didik kelas 1 yang belum mampu membaca dengan baik tidak segera teratasi maka akan timbul masalah yang lebih komplek lagi, sikap minder, tujuan pembelajaran tidak tercapai, malas sekolah karena malu, psikis, dan lain sebagainya. Misalnya.
Membincang soal membaca menjadi penting, sebab membaca sendiri merupakan landasan pendidikan secara umum dan juga landasan literasi. Sehingga membaca dianggap sebagai kunci untuk membuka segudang pemahaman terhadapa materi yang mereka pelajari. Pada fase selanjutnya, membaca juga menjadi modal mereka untuk menjadi sukses. Membaca dalam hal ini bagian dari alat meraih cita-cita.
Maka dari itu, guru yang menemukan peserta didiknya kesulitan membaca harus segera tanggap, sebab kesulitan membaca merupakan masalah terpenting yang dihadapi para siswa. Ya, nyatanya membaca tidak mudah bagi beberapa siswa sehingga guru harus segera menentukan strategi pembelajaran yang efektif untuk mengatasi masalah kesulitan membaca ini.
Ada beberapa strategi yang bisa membantu guru untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada membaca, dengan cara melibatkan para siswa ikut aktif serta percaya diri belajar membaca. Strategi yang sangat sederhana, namun bisa memberi pengaruh besar dan efektif untuk mengatasi kesulitan membaca bagi para siswa.
Pertama, membaca bersama-sama.
Ingat, biasanya guru meninta peserta didik untuk bergantian menyampaikan bacaan dengan keras di depan kelas, tanpa memperhatikan kemampuan membaca siswanya. Hal ini dapat menjadi momen yang mengerikan
bagi para siswa yang tidak percaya diri terhadap kemampuan membaca mereka. Maka, perahatian guru terhadap mental dan psikis peserta didik harus lebih diutamakan ketimbang menuntut meraka cepat bisa membaca. Tumbahkan percaya diri tentu lebih utama.
Ada istilah Choral
Reading dimana guru dan para siswa membaca bersama-sama dengan
keras, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi karena kesalahan yang terjadi
akan tertutupi oleh anggota kelas yang lain. Hal ini akan membangun rasa
percaya diri para siswa dan memberikan peluang bagi mereka untuk mengambil
resiko lebih dibandingkan dengan jenis pengaturan atau model membaca yang lain.
Kedua, bertukar pilihan
bacaan guru dengan siswa.
Sementara saat
guru sangat baik dalam memilih teks yang bagus bagi siswa dengan tingkat
membaca yang sesuai, tidak ada yang dapat mengalahkan minat serta ketertarikan
siswa, ketika mereka sendiri yang memilih bacaannya.
Menurut hemat saya ini sangat menarik, sebab membiarkan siswa
memilih buku mereka sendiri, memberinya kepemilikan dan juga kebebasan dalam
pilihan bacaan justru akan dapat menumbuhkan kecintaan mereka seumur hidup
terhadap bacaan. Meraka merasa bebas menentukan pilihan tanpa ada sedikitpun rasa keterpaksaan.
Ketiga, bermitra dengan
siswa lintas kelas.
Disebutkan dalam referensi, ada sebuah penelitian yang
dilakukan oleh pendidik literasi memperlihatkan adanya dampak yang
besar dari sistem kemitraan antar siswa terhadap pencapaian akademis mereka.
Dimana sistem teman belajar antara siswa lebih tua berprestasi baik, dengan
siswa lebih muda yang memiliki kesulitan belajar, akan menghasilkan suatu
peningkatan yang signifikan. Siswa yang lebih muda akan menjadikan siswa yang
lebih tua sebagai panutan. Selain itu mereka juga mendapati siswa yang lebih
tua, memiliki simpati yang lebih terhadap upaya keras mereka (siswa lebih muda)
dalam memahami suatu bacaan. Hal ini akan menghasilkan sebuah situasi yang
nyaman bagi mereka untuk berlatih dan bereksplorasi.
Strategi ini tenyata memberi dampak ganda yang didapat, tidak hanya terhadap peningkatan kemampuan membaca siswa yang lebih muda, siswa
yang lebih tua juga mendapatkan manfaat dari pengayoman ini. Lebih jauh,
beberapa siswa yang memiliki masalah perilaku juga menunjukkan peningkatan
(perbaikan perilaku/karakter).
Catatan: ‘teman
belajar’ yang dimaksud di atas semisal di jenjang MI, dapat
memasangkan/mengkolaborasikan antara siswa MI kelas bawah yang mengalami
kesulitan belajar (membaca) dengan siswa MI kelas atas yang memiliki pemahaman
bagus dalam membaca. Bisa dicoba.
Keempat, Pra-mengajar
kosakata dan ejaan.
Ketika
mengenalkan suatu bacaan baru kepada siswa, kita bisa membuat daftar kosa kata
baru yang nantinya akan ditemui siswa, dan memberikan daftar tersebut sebelum
siswa mulai membaca. Mengajak siswa untuk terbiasa dengan kosa kata baru dengan
menjelaskan pengertian kata-kata tersebut dan mengajak siswa berpartisipasi
dalam permainan kata, dapat mengurangi kebingungan ketika siswa menemui kata
baru dalam suatu bacaan. Melatih perbendaharaan kata dapat meningkatkan
kepercayaan diri, pemahaman serta kefasihan siswa dalam membaca dan memahami
isi bacaan.
Membimbing para siswa membaca mulai dasar sampai mereka cakap dan terampil akan menjadi ladang amal yang sangat besar pahalanya.
Semoga bermanfaat.
Boyolangu, 22 September 2022