26 April 2020
Beberapa hari terakhir ini, ada aktivitas literasi yang sedang saya jalani. Berawal dari Bimtek Penguatan Kepala Madrasah ada materi yang sangat menarik, bagiku. ya.. Literasi Digital, itulah materinya. Yang dibimbing oleh Pak Dr. Ngainun Naim. Meskipun waktu perjumpaan itu tidak cukup lama, tetapi setidaknya bisa meninggalkan spirit kepada kami sekelas. Beliau menggerakkan semangat kami untuk mencoba memulai menulis, sebenarnya sudah ada dari kami yang mempunyai hobi menulis bahkan ada yang sudah pernah menerbitkan gagasan serta idenya. sebagian kecil saja. Spirit itu terbukti dengan terbentuknya team literasi " Kepala Madrasah Menulis ". karena masih pemula, agar lebih ringan kita mencoba membuat tulisan refleksi dan kesan-kesan dari perjalanan Bimtek itu. dan alhamdulillah tulisan itu terkumpul. Dengan segala kesederhanaan tulisan yang kita torehkan kemudian kita kumpulkan hingga menjadi buku antologi. Ini bagi saya kegiatan yang layak untuk diparesiasi dan patut dikembangkan kedepannya. Melihat antusias yang ada, kini sudah melangkah untuk tulisan yang ke dua dan sebentar lagi menjadi buku antologi baru. alhamdulillah. harapan ke depan kegiatan positif ini bisa berjalan dengan istiqomah dan dapat menciptakan karya-karya baru dengan tema-tema yang relevan dan dapat memberi manfaat untuk halayak. Minimal untuk kalanhan srndiri. bravo para kamad !!
Sebenarnya, saya secara pribadi punya kemauan menulis ringan, sebut saya. Beberapa tulisan ringan itu kebanyakan saya tuangkan di Facebook. ya tulisan sederhana saja. Berhubung saya adalah seorang guru yang sering saya posting ya Foto kegiatan siswa di Madrasah kemudian saya bubuhi tulisan-tulisan yang mendiskripsikan kegiatan tersebut. Mulai dari kegiatan pembiasaan, hafalan, sholat berjamaah, pramuka, agustusan, lomba-lomba dan masih banyak lagi. Saya kira banyak hal positif yang didapat dari kegemaran posting kegiatan-kegiatan siswa di dunia maya. Hal positif itu diantaranya dapat menjadi sarana promosi lembaga kepada masyarakat. Ini terbukti dengan banyaknya Like, tanggapan positif dan komentar dari para pengguna Facebook. Selain itu, bagi saya juga bisa menjadi sarana untuk menunjukkan eksistensi lembaga dengan sejumlah kegiatan yang berjalan baik. Masyarakat dan utamanya wali murid. Dari beberapa komentar yang disampaikan terlihat menaruh harapan baik untuk kelangsungan kegiatan di Madrasah. Karena pada postingan itu tidak hanya menampilan foto-foto kegiatan, melainkan saya bubuhi tulisan yang selain menggambarkan suatu kegiatan juga adanya pesan-pesan moral, apresiasi dan motivasi untuk para siswa dan guru membuat semakin tampak manfaatnya terkusus untuk anak didik di Madrasah.
Menurut hemat saya, sebagai penulis salah satu hal yang paling dasar yang perlu diperhatikan adalah " menulis jujur " istilah ini yang muncul di benak saya. Menulis jujur saya artikan menulis bebas menuangkan segala yang ada di fikiran tanpa terbebani dengan rasa takut, minder, takut salah, malu dibaca orang lain, dan sesederhana apapun bahasa dan tulisan itu kita buat. Dengan menulis jujur kita akan terhindar dari sematan penulis plagiat, copy paste tulisan orang lain. misalnya. Dengan demikian menulis sebagai bagian dari aktivitas mempunyai landasan spirit kejujuran dan sudah barang tentu tidak akan merugikan, baik bagi diri penulis sendiri dan terutama orang lain. Seperti yang disampaikan oleh Pak Naim, menulis bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana. Ini terbukti dengan buku antologi yang pertama kita buat. Buku itu berisi cerita dan kesan-kesan selama mengikuti Bimtek Penguatan Kompetensi Kepala Madrasah.
Menulis jujur bukan berarti tidak boleh mengambil gagasan atau ide orang lain. Bagi saya boleh dan sah-sah saja asalkan mencantumkan sumber dari mana kita mengambilnya. Seperti pengalaman saat kuliah dulu sering kita membuat makalah dan adanya catatan kecil yang disebut innote atau fotenote/ cacatan kaki. Dengan demikian apa yang kita tulis bisa kita pertanggung jawabkan. Ini bagi saya menjadi penting, selain alasan-alasan di atas jika kebiasaan plagiat ini dibiasakan akan menjadi karakter dan sulit dilepaskan. Saya masih ingat dengan pesan yang disampaikan oleh Pak Naim " menulis tidak bisa dipisahkan dengan kegiatan membaca". Dari kalimat ini secara pribadi sangat terasa, dari beberapa kali menulis. Tulisan yang jadi, rata-rata terbantu oleh memori yang tersimpan di benak. Tentu memori itu adalah bekas-bekas dari hasil membaca. Kesimpulan saya, jika kita ingin menjadi penulis, membaca adalah keniscayaan yang wajib kita kerjakan setiap waktu. Sepertinya ini relevan dengan apa yang disampaikan Pak Naim itu. walhasil buku-buku yang sempat tetata di rak buku kini mulai saya buka-buka kembali untuk meransang ide dan gagasan. Manfaat menulis akhirnya juga dapat menambah frekwensi membaca yang sempat kendor. Alhmdulillah.
Masih berhubungan dengan kegiatan posting tulisan. Hari ini dari beberapa tulisan yang ada di Blog pribadi ternyata ada teman yang coba mengintip, ya mungkin juga di baca. Lantas, teman saya kirim pesan di WA, cak... tolong dong coba tuliskan perihal hukum dan cara yang benar melayani suami di saat bulan ramadhan. Maklum teman saya ini baru saja menikah dan kayaknya bekal pemahaman belum bagitu banyak perihal masalah itu. Mungkin teman saya yang tidak mau disebutkan namanya ini punya anggapan bahwa saya mampu dan layak menjawab tentang hukum dan sedikit dasar agama, karena saya di mata teman saya ini juga pernah mondok. ya sabar ya... saya coba buka-buka buku/kitab fikih yang menjelaskan topik itu. Ini juga termasuk tantangan tersendiri yang musti saya kerjakan dengan sebaik-baiknya. Insyaalloh dalam waktu dekat akan segera saya jawab.
Punjul-Karangrejo-Tulungagung
Keren Kang
ReplyDeleteSuwun Pak... Bimbingan selalu kami tunggu...
ReplyDelete