google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': May 2022

Pitutur Untuk Nafsu adalah Obat Bagi Hati


Subadi 

Bismillah, sungguh Allah SWT adalah Zat yang selalu memperhatikan seluruh tingkah-polah kita, di saat kita diam maupun canda-tawa. Apa yang kita lihat, apa yang kita fikirkan, apa yang kita harapkan, dan apapun yang terbesit di dalam hati kita, Allah SWT maha Mengetahui segalanya, tidak ada yang tertinggal sedikit pun dariNya.

Maka, menjadi lazim jika kita mempunyai prasangka bahwa Allah SWT sebenarnya sangat dekat dengan kita. Karenanya, Allah SWT selalu melihat dan mengawasi segala gerak-gerik laku kita, mulai yang paling kecil hingga yang sangat besar, semuanya tak luput dari pantauan Allah SWT. 

Sebagai seorang hamba yang lemah tentu harus mempunyai rasa malu kepada Allah SWT yang selalu mengawasi gerak gerik fisik dan hati kita. Maka menjadi naif jika kita sampai melanggar apa yang telah menjadi laranganNya. Jangan sekali-kali kita mempunyai anggapan bahwa Allah SWT tidak melihat saat kita berbuat maksiat maupun saat malaksakanan ketaatan kepadaNya.

Saat kita melaksanakan ketaatan kepadaNya, tamankan ihsan di hati kita bahwa seakan-akan kita melihatNya, dan jika kita tidak mampu menanamkan prasangka bahwa kita melihatnya maka yakinlah bahwa Allah SWT sedang melihat kita, mengawasi kita.

Namun, tatkala kita mengenali nafsu yang enggan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT atau condong berbuat maksiat kepadaNya, maka tugas kita adalah mengingatkan nafsu kita. Al-habib Abdullah Alwi Al-Haddad telah memberikan cara kepada kita mengingatkan nafsu yang lupa kepada Allah SWT dan cenderung berbuat maksiat, tingkatan mengingatkan nafsu itu sebagai berikut :

Pertama, katakan kepada nafsumu yang cenderung berbuat maksiat kepada Allah SWT; Sesungguhnya Allah SWT mendengarmu, melihatmu, dan megetahui semua ucapan dan rahasiamu.

Kedua, jika pitutur pertama itu tidak mempan bagi nafsumu, maka katakan padanya;  bahwa di samping kanan-kirimu ada dua malaikat yang selalu mencatat semua amal baik dan burukmu, yakni malaikat Raqib dan Atid, tidak ada satu titikpun yang luput dari catatannya. 

Ketiga, ketika pitutur kedua juga tidak mempan maka ingatkan nafsumu akan datangnya kematian, katakan; bahwa kematian adalah perkara gaib yang paling dekat datangnya. Sungguh celaka jika kematian menghampirimu di saat engkau sedang berada di jalan yang tidak diridhoi Allah SWT. Hanya penyesalan yang tiada terputus sebagai basalasannya. 

Keempat, jika ternyata semua pitutur itu tidak ada yang dapat memberi faidah kepada sadarnya nafsumu maka ingatkan akan janji Allah SWT bahwa orang yang taat akan mendapat imbalan pahala yang sangat besar, dan Allah SWT pun mengancam bahwa orang yang berbuat maksiat akan mendapatkan balasan siksa yang sangat pedih. 

Kelima, pitutur terakhir bagi nafsu yang enggan tersadar dan kembali kepada Allah SWT adalah katakan; wahai nafsu setelah mati itu tidak ada kesempatan untuk bertaubat, dan tidak ada tempat yang hakiki setelah dunia ini kecuali hanya surga dan neraka. Maka pilihlah wahai nafsu, jika kamu lebih memilih taat kepada Allah SWT, maka akhir riwayatmu akan beruntung dan mendapat ridha dari Allah SWT. Dan sudah barang tentu tempatmu adalah surga yang sangat luas dan abadi, hingga kamu dapat melihat zat Allah SWT yang Maha Mulia. Sebaliknya, jika kamu lebih memilih untuk selalu melakukan maksiat maka akhir riwayatmu adalah kehinaan dan terhalang dari rahmat Allah SWT. Dan sudah barang tentu tempat yang layak bagimu adalah penjara abadi, yakni neraka. 

Semoga pitutur-pitutur di atas bermanfaat bagi nafsu kita, sehingga nafsu kita tersadar dan kembali kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Sesungguhnya semua pitutur-pitutur itu juga merupakan obat bagi penyakit hati. Wallahu a'lam bisshowab. 

Boyolangu, 20 Mei 2022

Menulis itu Berfaidah


Subadi

Bismillah, barangkali tidak ada yang menyangkal bahwa literasi menulis merupakan satu kegiatan yang banyak memberi manfaat, baik untuk si penulis maupun kepada orang yang membacanya.

Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam karya beliau رسالة المعاونة juga menyinggung betapa bermanfaatnya menulis buku/kitab yang bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya. 

Beliau menuturkan ;
والتصنيف تبلغ الاماكن البعيدة وتبقى بعد موت العالم فيحصل له بذلك فضل نشر العلم ويكتب معلما داعيا الى الله فى قبره، كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من انعش لسانه حقا يعمل به من بعده اجرى عليه اجره الى يوم القيامة

Kurang lebih maksudnya demikian " karangan-karangan (karya tulis yang dibukukan/kitab) itu bisa menembus waktu yang jauh sekali, hingga dapat memberi manfaat kepada banyak orang /masyarkat.

Karangan-karangan itu akan terus memberi manfaat kepada masyarakat meskipun penulis/orang alim itu telah tiada, alias meninggal dunia. 

Maka, sebab karya tulis yang telah dihasilkan itu dia akan memperoleh satu keutamaan yakni menyebarkan ilmunya. Kemudian, dia pun di kuburnya akan tercatat sebagai guru/معلم yang mengajak kepada jalan/agama Allah SWT. 

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang maknanya kurang lebih demikian "Barang siapa yang lisannya (perkataan lisan dan tulisan) menyebar luaskan perkara haq, kemudian diamalkan oleh orang-orang setelahnya maka ia pun akan mendapat pahala terus-menurus sampai hari kiamat". 

Semoga bermanfaat, wallahu a'lam bissowab. 

Punjul, 12 Mei 2022


𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...