Subadi
Bismillah, sungguh Allah SWT adalah Zat yang selalu memperhatikan seluruh tingkah-polah kita, di saat kita diam maupun canda-tawa. Apa yang kita lihat, apa yang kita fikirkan, apa yang kita harapkan, dan apapun yang terbesit di dalam hati kita, Allah SWT maha Mengetahui segalanya, tidak ada yang tertinggal sedikit pun dariNya.
Maka, menjadi lazim jika kita mempunyai prasangka bahwa Allah SWT sebenarnya sangat dekat dengan kita. Karenanya, Allah SWT selalu melihat dan mengawasi segala gerak-gerik laku kita, mulai yang paling kecil hingga yang sangat besar, semuanya tak luput dari pantauan Allah SWT.
Sebagai seorang hamba yang lemah tentu harus mempunyai rasa malu kepada Allah SWT yang selalu mengawasi gerak gerik fisik dan hati kita. Maka menjadi naif jika kita sampai melanggar apa yang telah menjadi laranganNya. Jangan sekali-kali kita mempunyai anggapan bahwa Allah SWT tidak melihat saat kita berbuat maksiat maupun saat malaksakanan ketaatan kepadaNya.
Saat kita melaksanakan ketaatan kepadaNya, tamankan ihsan di hati kita bahwa seakan-akan kita melihatNya, dan jika kita tidak mampu menanamkan prasangka bahwa kita melihatnya maka yakinlah bahwa Allah SWT sedang melihat kita, mengawasi kita.
Namun, tatkala kita mengenali nafsu yang enggan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT atau condong berbuat maksiat kepadaNya, maka tugas kita adalah mengingatkan nafsu kita. Al-habib Abdullah Alwi Al-Haddad telah memberikan cara kepada kita mengingatkan nafsu yang lupa kepada Allah SWT dan cenderung berbuat maksiat, tingkatan mengingatkan nafsu itu sebagai berikut :
Pertama, katakan kepada nafsumu yang cenderung berbuat maksiat kepada Allah SWT; Sesungguhnya Allah SWT mendengarmu, melihatmu, dan megetahui semua ucapan dan rahasiamu.
Kedua, jika pitutur pertama itu tidak mempan bagi nafsumu, maka katakan padanya; bahwa di samping kanan-kirimu ada dua malaikat yang selalu mencatat semua amal baik dan burukmu, yakni malaikat Raqib dan Atid, tidak ada satu titikpun yang luput dari catatannya.
Ketiga, ketika pitutur kedua juga tidak mempan maka ingatkan nafsumu akan datangnya kematian, katakan; bahwa kematian adalah perkara gaib yang paling dekat datangnya. Sungguh celaka jika kematian menghampirimu di saat engkau sedang berada di jalan yang tidak diridhoi Allah SWT. Hanya penyesalan yang tiada terputus sebagai basalasannya.
Keempat, jika ternyata semua pitutur itu tidak ada yang dapat memberi faidah kepada sadarnya nafsumu maka ingatkan akan janji Allah SWT bahwa orang yang taat akan mendapat imbalan pahala yang sangat besar, dan Allah SWT pun mengancam bahwa orang yang berbuat maksiat akan mendapatkan balasan siksa yang sangat pedih.
Kelima, pitutur terakhir bagi nafsu yang enggan tersadar dan kembali kepada Allah SWT adalah katakan; wahai nafsu setelah mati itu tidak ada kesempatan untuk bertaubat, dan tidak ada tempat yang hakiki setelah dunia ini kecuali hanya surga dan neraka. Maka pilihlah wahai nafsu, jika kamu lebih memilih taat kepada Allah SWT, maka akhir riwayatmu akan beruntung dan mendapat ridha dari Allah SWT. Dan sudah barang tentu tempatmu adalah surga yang sangat luas dan abadi, hingga kamu dapat melihat zat Allah SWT yang Maha Mulia. Sebaliknya, jika kamu lebih memilih untuk selalu melakukan maksiat maka akhir riwayatmu adalah kehinaan dan terhalang dari rahmat Allah SWT. Dan sudah barang tentu tempat yang layak bagimu adalah penjara abadi, yakni neraka.
Semoga pitutur-pitutur di atas bermanfaat bagi nafsu kita, sehingga nafsu kita tersadar dan kembali kepada jalan yang diridhai Allah SWT. Sesungguhnya semua pitutur-pitutur itu juga merupakan obat bagi penyakit hati. Wallahu a'lam bisshowab.
Boyolangu, 20 Mei 2022
Nasihat yang sangat penting. Matur nuwun Kang
ReplyDeleteTelebih nasihat untuk kulo piyambak yang jauh dari baik... Sami Sami....
Deletemusuh utama manusia adalah dirinya sendiri yaitu hawa nafsunya.... siapa yg sukses mengendalikannya maka ia akan hidup bahagia namun jika kita termakan olehnya maka kitapun akan sengsara dan menderita..
ReplyDeleteNjih pak... Trimakasih.... Leres....
Delete