Oleh : Subadi, Kepala MI TarBoy Boyolangu Tulungagung
🅱🅸🆂🅼🅸🅻🅻🅰🅷, "𝘽𝙤𝙡𝙖𝙝 𝙍𝙪𝙬𝙚𝙩" Adalah dua kata yang terdiri dari kata Bolah yang artinya benang dan Ruwet yang artinya kusut dan sukar untuk diurai. Menurut saya merupakan dua kata yang sangat pas dan tepat untuk dijadikan judul tulisan singkat ini. Mungkin, tulisan ini bisa menjadi kontroversi di sebagian kalangan pengelola pendidikan. Bolah Ruwet digunakan sebagai judul karena penulis tidak mahir untuk menemukan kata-kata yang bisa mewakili secara komprehensif problem inti dari pokok tulisan ini. Dan akhirnya Bolah Ruwet lah yang dirasa layak mewakili.
Mula-mula saya ingin memberi judul tulisan ini dengan beberapa pilihan, seperti "Maafkan Kami Nak, Kami Terpaksa Gadaikan Kamu". Kemudian, "Guruku Menukarku dengan se-Botol Marjan". Lagi, "Uang Bisa Membeli Segalanya". Kemudian ada lagi yang lebih sadis, "Tidak Penting Anak Didikku Melanjutkan Kemana, Yang Penting Aku Dapat Banyak". Dan lain-lain.
___________
Saya sangat bersyukur, dua bulan berjalan PPDB dibuka. PPDB madrasah Kami tahun ini masih berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya. Atas maunah dari Allah PPDB berjalan lancar, sehingga lebih dari 90 persen bangku sudah terisi, artinya kurang sedikit lagi kuota insyallah sudah terisi penuh. Masih ada kesempatan kurang lebih dua bulan bagi para pendaftar yang ingin ikut bergabung dengan madrasah kami.
Menurut saya ada hal yang sangat membanggakan di setiap PPDB yang kami laksanakan tiap tahunnya. Yaitu kedatangan calon wali siswa baru di madrasah bukan tertarik karena adanya iming-iming sesuatu yang bersifat pragmatis yang ditawarkan. Akan tetapi, karena adanya ketertarikan yang murni berangkat dari lubuk hati, tidak ada unsur paksaan atau pemikat lainnya. Mereka ingin anak-anaknya ikut berproses seperti siswa yang lebih dahulu mengenyam pendidikan di madrasah. Di samping itu, ketertarikan tumbuh karena wali juga sering melihat kegiatan-kegiatan positif yang intens kita laksanakan, mulai kegiatan ektra, outingclass, keagamaan, dan akademik lainnya yang selalu diup di medsos madrasah.
Alasan di atas, dari sisi calon wali murid, akan tetapi juga ada hal yang patut saya ucapkan ribuan terima kasih, yaitu kepada masyarakat, tokoh masyarakat, para kepala dan guru-guru TK/RA di sekitaran madrasah, yang sudah menceritakan kabar-kabar kebaikan tentang prestasi dan kegiatan-kegiatan positif serta menarik siswa di madrasah. Sehingga madrasah yang kita cintai ini semakin hadir di hati masyarakat. Ajakan saudara/i ini semoga tercatat sebagai amal kebaikan dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik.
________________
Fenomena input PPDB di madrasah kami, bisa dibilang unik_[juga beberapa madrasah sahabat kami]_terutama pada tahun ini. Melihat data yang sudah masuk, rata-rata asal sekolah calon siswa baru kebanyakan malah dari sekolah TK, bukan didominasi dari RA. Satu-satunya RA penyokong calon siswa terbanyak hanya dari RA yang se-atap dengan madrasah kami. Selebihnya, kebanyakan berangkat dari TK dan beberapa RA di sekitaran madrasah.
Ada satu hal yang menurut saya perlu untuk dijadikan bahan diskusi bersama, yaitu berdasarkan diskusi dengan beberapa kepala madrasah se-KKM dan juga pengamatan pribadi sejauh ini, ada fenomena lulusan dari RA yang sebagian besar atau bahkan seratus persen/seluruhnya melanjutkan sekolah di luar madrasah, fakta ini barangkali juga perlu dibaca untuk bahan evaluasi para pengawas madrasah, paguyuban guru dan kepala madrasah setempat, dan bahkan oleh stake holder di kalangan Kementerian Agama. Kenapa dan bagaimana bisa terjadi?. Memilih sekolah tidak ada paksaan, karena termasuk hak setiap orang. Namun, apakah pilihan itu murni dari hati nurani, atau karena adanya faktor penarik yang yang bersifat pragmatis? Entahlah.
Sejauh yang saya tahu, sudah menjadi karakter guru madrasah dari tingkatan yang paling bawah, katakanlah guru RA, sejak dulu memiliki himmah dan hirrah perjuangan yang sangat kuat, mereka tidak hanya prifesional mengajar dan mendidik siswa saja. Akan tetapi, selalu menanamkan kepada orang tua dan para siswa didikanya ketika lulus nanti agar mengutamakan melanjutkan pendidikan ke jenjang madrasah di atasnya. Hal ini dikandung maksud, pembelajaran dan pembinaan karakter yang sudah ditanamkan sejak dini itu bisa terus berkembang baik dan maksimal di madrasah lanjutan. Karena, frekwensi KBM di madrasah pada tiap jenjangnya itu saling berkesinambungan. Jika pindah haluan, sangat mungkin pembiasaan dan pembinaan karakter sebagai buah dan harapan perjuangan guru RA akan terputus dan kurang bermakna.
Secara pribadi, saya sangat prihatin melihat kenyataan bahwa hari ini banyak lulusan RA sebagian besar dan bahkan keseluruhan malah seperti didukung atau dibiarkan melanjutkan ke lain madrasah yang "tidak" serumpun dalam naungan Kementerian Agama. Apalagi ada indikasi goyahnya idealisme jiwa ikhlas beramal itu hanya karena adanya godaan pragmatis yang tidak abadi dan sangat receh. Atau mungkin masyarakat kita juga sudah tidak mau berfikir panjang akan akibat yang ditimbulkan dari "menggadaikan" pendidikan dan minat anak dengan se_botol marjan. Wallohu a'lam bissowab.
No comments:
Post a Comment
Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..