google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': April 2020

KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA' MENURUT PANDANGAN K.H.M. HASYIM ASY'ARI. [Kajian Kitab Adabu al-Alim Wa al-Muta'alim, hal. 12-24]


 SUBADI

Dalam kitab ini, pada bagian bab pertama K.H.M. Hasyim Asy'ari memberikan pandangannya yang begitu panjang, mengenai keutamaan ilmu dan Ulama' (dalam referensi yang lain, ulama bisa diartikan orang-orang yang memiliki perhatian lebih terhadap ilmu pengetahuan/ilmuan). Penjelasan dan uraian yang disajikan dalam bab ini lebih banyak diambil dan didasarkan pada al-Qur'an  dan al-Hadits, serta pendapat para ulama'-ulama' masa dahulu. Dasar-Dasar Keutamaan Ilmu dan Ulama’ yang di jadikan pijakan adalah sebagai berikut, tarjamah penulis ;
Firman Allah; Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang yang diberi ilmu beberapa derajat.  Yakni allah akan mengangkat derajat orang-orang Alim pada derajat yang tinggi, sebab mereka telah mengumpulan ilmu dan amal.
Ibnu Abbas r.a berkata; Derajat para ulama’ lebih tinggi dibanding derajat orang-orang mukmin dengan jarak tujuh ratus derajat. Jarak antara derajat satu dengan derajat yang yang ke dua itu bisa ditempuh selama lima ratus tahun.
Firman Allah; Allah bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan hanya Allah. Dan juga bersaksi demikian adalah para Malaikat dan orang-orang yang berilmu. -Allah mengawali kasaksianya dengan Dzatnya, kemudian para Maliakat dan ketiga adalah ahli ilmu- firman Allah itu mengisaratkan bahwa Ahli Ilmu itu mempunyai derajat yang luhur dan mulia.
Firman Allah; Hanya Ulama’ lah yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya.
Firman Allah; Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih itu adalah sebaik-baiknya makhluk. –sampai kata Allah- adapun surga ‘Adn itu bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
[dari ke dua ayat di atas dapat pahami  bahwa sesungguhnya ulama’ adalah orang-orang yang takut kepada Allah Ta’ala, dan orang-orang yang takut kepada Allah adalah sebaik-baik makhluk. Maka kesimpulan terakhirnya ialah ulama’ adalah sebaik-baik makhluk]
Sabda Nabi; Ulama’ adalah pewaris para Nabi. -ini sebenarnya sudah cukup untuk menggambarkan keagungan derajat-. Tatkala tidak ada derajat di atas kenabian, maka pun demikian tidak ada kemuliaan di atas mulianya mewarisi derajat kenabian itu “ .
Tujuan utama ilmu adalah mengamalkannya. Karena amal adalah buahnya ilmu, faidahnya umur dan bekal di akhirat. Maka barangsiapa mampu mengamalkan ilmunya berarti ia termasuk orang yang beruntung, dan barang siapa tidak mengamalkan ilmunya berarti ia termasuk orang yang merugi.
Tatkala disuguhkan pertanyaan kepada Nabi, tentang dua orang laki-laki salah satunya adalah ahli ibadah dan lainya orang yang berilmu. Lantas Nabi pun berkata; keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah laksana keagunganku-Nabi- dibanding orang-orang di bawah kalian semua.
Sabda Nabi; barang siapa sedang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah pun memberikan jalan kepadanya, yakni jalan menuju surga.
Sabda Nabi; menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi setiap orang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Dan orang yang menuntut ilmu selalu dimintakan ampunan oleh segala sesuatu hingga ikan-ikan di lautan.
Sabda Nabi; barang siapa pagi-pagi bergegas untuk menuntut ilmu maka para Malaikat memintakan ampunan untuknya serta memintakan agar diberkahi dalam pekerjaannya.
Sabda Nabi; barang siapa pagi-pagi bergegas pergi ke masjid yang tak lain bertujuan untuk belajar tentang kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan maka baginya pahala seperti pahala melaksanakan ibadah haji yang sempurna.
Sabda Nabi; Guru dan peserta didik itu laksana jemari ini dan ini. Nabi sambil mengumpulkan jari telunjuk dan kedua jari yang mengiringinya. Perumpamaan bahwa antara guru dan peserta didik adalah bagian yang tak bisa dipisahkan. Saling mengisi dalam hal pahala. Dan tak ada kebaikan diantara manusia yang dapat menyamai setelah derajat guru dan murid.
Sabda Nabi; jadilah kalian orang yang mengajarkan ilmu, orang yang belajar ilmu, orang yang mendengarkan ilmu, atau hanya sekedar mendengarkan ilmu. Dan jangan sekali-kali menjadi orang yang ke lima. Maka engkau akan menjadi rusak.
Sabda Nabi; belajarlah kalian semua tetang ilmu dan ajarkanlah ilmu itu untuk semua orang.
Sabda Nabi ; Tatkala kalian melihat pertamanan surga, maka mengembala lah kalian semua. Kemudian ditanyakan kepada Nabi, apa yang dimaksud pertamanan surga itu ya Rasulullah? Nabi pun menjawab; itu adalah halaqoh Dzikir. Imam Atho’ berkata; bahwa halaqoh dzikir itu adalah tempat/ majlis yang memperbincangkan masalah halal dan haram, bagaimana kamu membeli? bagaimana kamu shalat? bagaimana cara kamu membayar zakat? Bagaiman kamu berhaji ? bagaimana kamu menikah? bagaimana cara kamu menceraikan istri? dan segala hal yang berkaitan dengan masalah itu semua.
Sabda Nabi ; belajarlah kalian tentang ilmu dan amalkan lah ilmu itu.
Sabda Nabi ; tinta orang-orang ‘alim/ orang yang menebarkan ilmu dan darah orang yang mati syahid akan ditimbang kelak di hari kiaamat.
Sabda Nabi ; tidak ada yang bisa menyembah Allah dengan sebaik-baik cara menyembah keculai dari orang-orang yang faqih fi ad-din/ orang yang faham akan agama. Dan sesungguhnya orang yang faqih/ alim satu saja itu lebih menakutkan bagi setan ketimbang seribu ahli ibadah.
Sabda Nabi; di hari kiamat kelak bakal ada tiga golongan yang dapat memberikan syafaat/pertolongan, satu para Nabi, dua para ulama’ dan tiga orang yang mati syahid.
Ada satu riwayah mengatakan bahwa; sungguh Ulama’ kelak di hari kiamat akan berada di atar mimbar yang berasal dari nur/cahaya.
Al-Qodi Husin di permulaan kitab Ta’liqatnya, menyebutkan riwayat dari Nabi bahwa Nabi besabda; barang siapa cinta kepada ilmu dan ulama’ maka kejelekannya tidak akan di tulis di hari kiamat.
Lanjut Qodi Husin, dalam riwayat yang sama, Nabi bersabada ; barang siapa sholat di belakang/ makmum kepada orang Alim, maka ia seakan-akan shalat dibelakang Nabi. Dan barang siapa shalat dibekang Nabi maka diampuni dosa-dosanya.
Dalam haditnya Abu Dzar, dikatakan bahwa sesungguhnya mendatangi majlis dzikir/ ilmu itu lebih utama dari pada shalat seribu rakaat, menyaksikan seribu janazah dan menjenguk  seribu orang sakit.
Itulah setidaknya dasar-dasar yang dijadikan pijakan Mbah Hasyim dalam menguraikan keutamaan ilmu dan Ulama’.
Setelah K.H.M. Hasyim Asy'ari. menguraikan beberapa dasar, Beliau ingin menekankan tentang tujuan utama ilmu pengetahuan / "ghayatul ilmi". dalam penjelasannya K.H.M. Hasyim Asy'ari menyebutan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan adalah " al-'amalu bihi ". Mengamalkan ilmu dalam praktik-praktik laku kehidupan, mamanifestasikan ilmu pengetahuan dalam bentuk perbuatan lahir. Ini dikandung maksud bahwa segala bentuk perbuatan dan aktivitas jika didasarkan pada ilmu pengetahuan akan memberi kemanfaatan/faidah tersendiri. Manfaat yang timbul ini merupakan buahnya ilmu yang akan menjadi bekal kehidupan di akhirat.
Menuntut ilmu merupakan syari'at Islam, yang setiap umat islam wajib menuntutnya tanpa dibatasi jenis kelamin. Apakah orang laki-laki maupun orang perempuan, semuanya berkewajiban atas thalabul Ilmi. Sungguh banyak sekali sajian-sajian dasar keuataman ilmu dalam bab ini. Diantaranya yaitu, bahwa dikatakan semua ikan yang ada di lautan akan memintakan ampunan kepada Allah SWT bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu. dan masih banyak lagi keutamaan-keutamanan yang lain.
Dalam rentetan uraian bab pertama yang cukup panjang ini, saya mencoba menarik benang merah terhadap pemikiran K.H.M. Hasyim Asy'ari bahwa dalam menuntut ilmu ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal ini yang pada prinsipnya merupakan sesuatu yang mendasari akan dihasilkannya ilmu yang bermanfaat baik untuk bekal hidup di dunia dan kelak bekal di akhirat. 
Pertama, Peserta didik/ al-Muta'alim harus memiliki niat yang suci, tulus dan ikhlas. Maksudnya adalah peserta didik harus mempunyai niat semata-mata hanya untuk menuntut ilmu. Bukan niat-niat yang lain. Menuntut ilmu yang berlandaskan niat yang ikhlas berarti tidak untuk mengharapkan atau memperoleh kepentingan yang sifatnya duniawi. Niat yang suci berarti peserta didik harus memuliakan ilmu dan tidak mempunyai sedikitpun perasaan meremehkan atau merendahkan ilmu pengetahuan. Sehingga ilmu yang didapat akan benar-benar menjadi ilmu yang bermanfaat bagi diri peserta didik.  Dan juga sangat dimungkinkan akan bermanfaat untuk sesama. Ilmu yang selalu hadir di bawah payung naungan rahmat Allah SWT.
Kedua, Karena dalam bab pertama ini, tumpuannya adalah ilmu itu sendiri, maka sasaran yang dihadapai bukan hanya pada ranah peserta didik semata, melainkan juga mengarah pada seorang guru/" al-Mu'allim atau Ulama' ". Sehingga bagi orang yang mengajarkan ilmu juga harus memiliki niat yang tulus, seperti niat peserta didik di atas. Ini dikandung maksud bahwa seorang yang mengajarkan ilmu tidak boleh mempunyai tujuan untuk mengharapkan materi duniawi semata. Selain itu, seorang guru/pengajar harus mampu menyesuaikan antara perkataan-perkataan yang diucapkan dengan laku-laku pribadi serta tindakannya. Sehingga seorang guru tidak sekedar mampu dan cakap menyampaikan ilmu saja. Hemat penulis, Guru itu laksana model, yang ucapan dan prilakunya harus mencerminkan nilai-nilai luhur dan layak untuk ditiru dan dicontoh oleh para peserta didik. Jika demikian dapat dimungkinkan ilmu yang ditebarkan akan menjadi ilmu yang berbarokah. 
K.H.M. Hasyim Asy'ari, dalam menggambarkan keutamaan orang yang berilmu/ Ulama' dibandingkan dengan orang awam,  " Bagaikan bulan purnama dan cahaya bintang". Sehingga barang siapa yang sedang berjalan di jalan pencarian ilmu akan selalu ditinggikan derajatnya oleh allah SWT. Wallohu  a'lamu bissowab.

30 April 2020. Punjul Karangrejo Tulungagung.


Garis Besar Pokok Pembahasan Kitab Adabul 'Alim Wal Muta'allim (Karya : K.H.M. Hasyim Asy'ari )


Subadi

K.H.M.Hasyim Asy'ari
Studi Literatur 1
kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah yang Maha Alim. Shalawat serta salam disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Rahmat Allah SWT dan Syafa’at Nabi Muhammad semoga selalu menyertai kita sekalian. Aamin .
Penulis merasa sangat bersyukur pernah punya kesempatan belajar ikut mengkaji salah satu karya terkenal milik K.H. M. Hasyim Asy’ari dengan Ustadz. H. Bagus Ahmadi. Beliau adalah salah satu Pengasuh di Pondok Pesantren Salafi MIA Tulungagung. Di sinilah penulis mengkuti kajian kitab tersebut. Kitab yang  penulis maksud adalah kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim fi ahwal ta’limihi wa ma yatawaqof ‘alaih al-muta’allim fi maqamat ta’limihi. Kitab yang menyajikan tentang etika/ adab proses belajar mengajar. Tidak hanya membahas  dari satu sisi saja, melainkan dari sisi peserta didik, guru, teman dan cara beretika dengan literatur sebagai alat belajar. Salah satu kitab yang sudah populer di kalangan Pondok Pesantren, kususnya di wilayah Jawa Timur. Kitab ini bagi kalangan pesantren bukanlah literatur yang baru dijumpai. Di sebagian pesantren malah menjadi dars/pelajaran pokok. 

Ngaji ini 15 Thn. Yang Lalu
Karya ini selesai disusun oleh K.H. M. Hasyim Asy’ari pada hari Ahad tanggal 22 Jumady al-Tsani tahun 1343 H. Sebagaimana yang tertulis pada kitab halaman 101. K.H. M. Hasyim Asy’ari menulis kitab ini didasari akan perlunya literatur yang membahas tentang adab atau etika dalam mencari ilmu pengetahuan. Beliau menyampaikan dalam kitab tersebut bahwa menuntut ilmu merupakan pekerjaan agama yang sangat luhur sehingga orang yang sedang mencarinya harus memperlihatkan etika-etika / adab yang luhur pula. Ini disebutkan dalam kitab halaman 11-12. Sehingga dalam kontek tholabul ilmi yang juga merupakan bagian dari ibadah, haruslah disertai dengan prilaku-prilaku yang mulia / akhlakul karimah.

Secara keseluruhan, kitab ini terdiri dari delapan bab. Bab pertama, membahas tentang keutamaan ilmu dan ulama’/ilmuan serta keutamaan pembelajarannya. Bab kedua, membahas adab/etika peserta didik terhadap dirinya sendiri yang harus dipenuhi ketika proses belajar. Bab ketiga, berisi etika/adab seorang peserta didik terhadap pendidik/gurunya. Bab keempat, menjelaskan etika /adab peserta didik terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomani besama guru dan teman-temannya. Bab kelima,  menjelaskan tentang adab / etika yang harus dipedomani bagi seorang guru/ pendidik. Bab keenam, berisi tentang etika pendidik/guru terhadap pelajaran. Bab ketujuh, adab/ etika seorang pendidik/ guru terhadapa peserta didik.  Bab kedelapan.  Menjelaskan tenang adab/ etika tata cara menggunakan buku / kitab yang merupakan alat belajar.

Delapan bab itulah yang menjadi konsentrasi kajian dalam kitab ini. Dalam kesempatan yang akan datang penulis akan mencoba menguraikan apa yang menjadi pesan dari kitab tersebut. Sebagai bagian dari kelompok orang yang mengidolakan K.H. M. Hasyim Asy’ari, sudah sepantasnya jika juga ikut menikmati karya-karyanya sekaligus mengkajinya. Untuk lebih mengenal sosok yang diidolakan. Beliau juga merupakan salah seorang pendiri pondok pesantren Tebuireng Jombang. Sekaligus salah satu pendiri organisasi terbesar di Nusantara. Nahdlatul Ulama. 

Sebagaimana disebutkan dalam kita Adabul Alim wal Muta’alim  yang tertuang di halaman 6 dan 7 setidaknya ada 10 karya K.H. M. Hasyim Asy’ari yang terkenal. Dari nama-nama kitab itu menggambarkan bahwa Beliau merupakan tokoh yang memiliki pemikiran diberbagai disiplin, diantaranya teologi, tasawuf, fikih dan kependidikan. 

Apalagi sebagai warga Nahdliyyin, sudah sepantasnya kita memulai mengenal para pendiri dengan semangat literasi. Mengabadikan pemikirannya melalui tulisan-tulisan untuk sarana belajar dan dakwah. Sekaligus untuk menguatkan ideologi keaswajaan di lingkungan organisasi. Tentu bukan hanya tentang karya dan ketokohan K.H. M. Hasyim Asy’ari yang musti dikaji. Akan tetapi juga karya-karya para pendiri yang lain. sehingga sebagai warga Nahdliyyin semakin mengenal para tokoh dan pendiri yang menjadi panutan. 

Bersambung.....

29 April 2020. Punjul Karangrejo Tulungagung.

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...