SUBADI
Dalam kitab ini, pada bagian bab pertama K.H.M. Hasyim
Asy'ari memberikan pandangannya yang begitu panjang, mengenai keutamaan ilmu
dan Ulama' (dalam referensi yang lain, ulama bisa diartikan orang-orang yang
memiliki perhatian lebih terhadap ilmu pengetahuan/ilmuan). Penjelasan dan
uraian yang disajikan dalam bab ini lebih banyak diambil dan didasarkan pada
al-Qur'an dan al-Hadits, serta pendapat para ulama'-ulama' masa dahulu. Dasar-Dasar
Keutamaan Ilmu dan Ulama’ yang di jadikan pijakan adalah sebagai berikut, tarjamah
penulis ;
Firman Allah; Allah akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Yakni allah akan mengangkat derajat
orang-orang Alim pada derajat yang tinggi, sebab mereka telah mengumpulan ilmu
dan amal.
Ibnu Abbas r.a berkata; Derajat para ulama’ lebih tinggi dibanding
derajat orang-orang mukmin dengan jarak tujuh ratus derajat. Jarak antara
derajat satu dengan derajat yang yang ke dua itu bisa ditempuh selama lima
ratus tahun.
Firman Allah; Allah bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan
yang berhak disembah melainkan hanya Allah. Dan juga bersaksi demikian adalah
para Malaikat dan orang-orang yang berilmu. -Allah mengawali kasaksianya dengan
Dzatnya, kemudian para Maliakat dan ketiga adalah ahli ilmu- firman Allah itu
mengisaratkan bahwa Ahli Ilmu itu mempunyai derajat yang luhur dan mulia.
Firman Allah; Hanya Ulama’ lah yang takut kepada Allah
diantara hamba-hambaNya.
Firman Allah; Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal shalih itu adalah sebaik-baiknya makhluk. –sampai kata Allah- adapun
surga ‘Adn itu bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
[dari ke dua ayat di atas dapat pahami bahwa sesungguhnya ulama’ adalah orang-orang
yang takut kepada Allah Ta’ala, dan orang-orang yang takut kepada Allah adalah
sebaik-baik makhluk. Maka kesimpulan terakhirnya ialah ulama’ adalah
sebaik-baik makhluk]
Sabda Nabi; Ulama’ adalah pewaris para Nabi. -ini
sebenarnya sudah cukup untuk menggambarkan keagungan derajat-. Tatkala tidak
ada derajat di atas kenabian, maka pun demikian tidak ada kemuliaan di atas
mulianya mewarisi derajat kenabian itu “ .
Tujuan utama ilmu adalah mengamalkannya. Karena amal adalah
buahnya ilmu, faidahnya umur dan bekal di akhirat. Maka barangsiapa mampu
mengamalkan ilmunya berarti ia termasuk orang yang beruntung, dan barang siapa
tidak mengamalkan ilmunya berarti ia termasuk orang yang merugi.
Tatkala disuguhkan pertanyaan kepada Nabi, tentang dua
orang laki-laki salah satunya adalah ahli ibadah dan lainya orang yang berilmu.
Lantas Nabi pun berkata; keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah
laksana keagunganku-Nabi- dibanding orang-orang di bawah kalian semua.
Sabda Nabi; barang siapa sedang menempuh perjalanan dalam
rangka menuntut ilmu, maka Allah pun memberikan jalan kepadanya, yakni jalan
menuju surga.
Sabda Nabi; menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi setiap
orang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Dan orang yang menuntut ilmu
selalu dimintakan ampunan oleh segala sesuatu hingga ikan-ikan di lautan.
Sabda Nabi; barang siapa pagi-pagi bergegas untuk
menuntut ilmu maka para Malaikat memintakan ampunan untuknya serta memintakan
agar diberkahi dalam pekerjaannya.
Sabda Nabi; barang siapa pagi-pagi bergegas pergi ke
masjid yang tak lain bertujuan untuk belajar tentang kebaikan atau untuk
mengajarkan kebaikan maka baginya pahala seperti pahala melaksanakan ibadah
haji yang sempurna.
Sabda Nabi; Guru dan peserta didik itu laksana jemari ini
dan ini. Nabi sambil mengumpulkan jari telunjuk dan kedua jari yang
mengiringinya. Perumpamaan bahwa antara guru dan peserta didik adalah bagian
yang tak bisa dipisahkan. Saling mengisi dalam hal pahala. Dan tak ada kebaikan
diantara manusia yang dapat menyamai setelah derajat guru dan murid.
Sabda Nabi; jadilah kalian orang yang mengajarkan ilmu,
orang yang belajar ilmu, orang yang mendengarkan ilmu, atau hanya sekedar
mendengarkan ilmu. Dan jangan sekali-kali menjadi orang yang ke lima. Maka
engkau akan menjadi rusak.
Sabda Nabi; belajarlah kalian semua tetang ilmu dan
ajarkanlah ilmu itu untuk semua orang.
Sabda Nabi ; Tatkala kalian melihat pertamanan surga,
maka mengembala lah kalian semua. Kemudian ditanyakan kepada Nabi, apa yang
dimaksud pertamanan surga itu ya Rasulullah? Nabi pun menjawab; itu adalah
halaqoh Dzikir. Imam Atho’ berkata; bahwa halaqoh dzikir itu adalah tempat/
majlis yang memperbincangkan masalah halal dan haram, bagaimana kamu membeli?
bagaimana kamu shalat? bagaimana cara kamu membayar zakat? Bagaiman kamu berhaji
? bagaimana kamu menikah? bagaimana cara kamu menceraikan istri? dan segala hal
yang berkaitan dengan masalah itu semua.
Sabda Nabi ; belajarlah kalian tentang ilmu dan amalkan
lah ilmu itu.
Sabda Nabi ; tinta orang-orang ‘alim/ orang yang
menebarkan ilmu dan darah orang yang mati syahid akan ditimbang kelak di hari
kiaamat.
Sabda Nabi ; tidak ada yang bisa menyembah Allah dengan
sebaik-baik cara menyembah keculai dari orang-orang yang faqih fi ad-din/ orang
yang faham akan agama. Dan sesungguhnya orang yang faqih/ alim satu saja itu
lebih menakutkan bagi setan ketimbang seribu ahli ibadah.
Sabda Nabi; di hari kiamat kelak bakal ada tiga golongan
yang dapat memberikan syafaat/pertolongan, satu para Nabi, dua para ulama’ dan
tiga orang yang mati syahid.
Ada satu riwayah mengatakan bahwa; sungguh Ulama’ kelak
di hari kiamat akan berada di atar mimbar yang berasal dari nur/cahaya.
Al-Qodi Husin di permulaan kitab Ta’liqatnya, menyebutkan
riwayat dari Nabi bahwa Nabi besabda; barang siapa cinta kepada ilmu dan ulama’
maka kejelekannya tidak akan di tulis di hari kiamat.
Lanjut Qodi Husin, dalam riwayat yang sama, Nabi
bersabada ; barang siapa sholat di belakang/ makmum kepada orang Alim, maka ia
seakan-akan shalat dibelakang Nabi. Dan barang siapa shalat dibekang Nabi maka
diampuni dosa-dosanya.
Dalam haditnya Abu Dzar, dikatakan bahwa sesungguhnya
mendatangi majlis dzikir/ ilmu itu lebih utama dari pada shalat seribu rakaat,
menyaksikan seribu janazah dan menjenguk seribu orang sakit.
Itulah setidaknya dasar-dasar yang dijadikan pijakan Mbah
Hasyim dalam menguraikan keutamaan ilmu dan Ulama’.
Setelah K.H.M. Hasyim Asy'ari. menguraikan beberapa dasar,
Beliau ingin menekankan tentang tujuan utama ilmu pengetahuan /
"ghayatul ilmi". dalam penjelasannya K.H.M. Hasyim Asy'ari
menyebutan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan adalah " al-'amalu
bihi ". Mengamalkan
ilmu dalam praktik-praktik laku kehidupan, mamanifestasikan ilmu pengetahuan
dalam bentuk perbuatan lahir. Ini dikandung maksud bahwa segala bentuk
perbuatan dan aktivitas jika didasarkan pada ilmu pengetahuan akan memberi
kemanfaatan/faidah tersendiri. Manfaat yang timbul ini merupakan buahnya ilmu
yang akan menjadi bekal kehidupan di akhirat.
Menuntut ilmu
merupakan syari'at Islam, yang setiap umat islam wajib menuntutnya tanpa dibatasi jenis kelamin. Apakah orang laki-laki
maupun orang perempuan, semuanya berkewajiban atas thalabul Ilmi.
Sungguh banyak sekali sajian-sajian dasar keuataman ilmu dalam bab ini.
Diantaranya yaitu, bahwa dikatakan semua ikan yang ada di lautan akan
memintakan ampunan kepada Allah SWT bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu.
dan masih banyak lagi keutamaan-keutamanan yang lain.
Dalam rentetan uraian bab pertama yang cukup panjang ini,
saya mencoba menarik benang merah terhadap pemikiran K.H.M. Hasyim Asy'ari
bahwa dalam menuntut ilmu ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal ini yang pada prinsipnya
merupakan sesuatu yang mendasari akan dihasilkannya ilmu yang bermanfaat baik
untuk bekal hidup di dunia dan kelak bekal di akhirat.
Pertama, Peserta didik/ al-Muta'alim
harus memiliki niat yang suci, tulus dan ikhlas. Maksudnya adalah peserta didik harus mempunyai
niat semata-mata hanya untuk menuntut ilmu. Bukan niat-niat yang lain. Menuntut
ilmu yang berlandaskan niat yang ikhlas berarti tidak untuk mengharapkan atau
memperoleh kepentingan yang sifatnya duniawi. Niat yang suci berarti peserta
didik harus memuliakan ilmu dan tidak mempunyai sedikitpun perasaan meremehkan
atau merendahkan ilmu pengetahuan. Sehingga ilmu yang didapat akan benar-benar
menjadi ilmu yang bermanfaat bagi diri peserta didik. Dan juga sangat
dimungkinkan akan bermanfaat untuk sesama. Ilmu yang selalu hadir di bawah
payung naungan rahmat Allah SWT.
Kedua, Karena dalam bab pertama ini, tumpuannya
adalah ilmu itu sendiri, maka sasaran yang dihadapai bukan hanya pada ranah
peserta didik semata, melainkan juga mengarah pada seorang guru/"
al-Mu'allim atau Ulama' ". Sehingga bagi orang yang mengajarkan
ilmu juga harus memiliki niat yang tulus, seperti niat peserta didik di atas.
Ini dikandung maksud bahwa seorang yang mengajarkan ilmu tidak boleh mempunyai
tujuan untuk mengharapkan materi duniawi semata. Selain itu, seorang
guru/pengajar harus mampu menyesuaikan antara perkataan-perkataan yang
diucapkan dengan laku-laku pribadi serta tindakannya. Sehingga seorang guru
tidak sekedar mampu dan cakap menyampaikan ilmu saja. Hemat penulis, Guru itu
laksana model, yang ucapan dan prilakunya harus mencerminkan nilai-nilai luhur
dan layak untuk ditiru dan dicontoh oleh para peserta didik. Jika demikian
dapat dimungkinkan ilmu yang ditebarkan akan menjadi ilmu yang
berbarokah.
K.H.M. Hasyim
Asy'ari, dalam menggambarkan keutamaan orang yang berilmu/ Ulama' dibandingkan
dengan orang awam, " Bagaikan bulan purnama dan cahaya
bintang". Sehingga barang siapa yang sedang berjalan di jalan
pencarian ilmu akan selalu ditinggikan derajatnya oleh allah SWT. Wallohu a'lamu bissowab.
30 April 2020. Punjul Karangrejo
Tulungagung.
Mantap. Menarik. Ngaji kembali.
ReplyDeleteAlhmdulillah.. Pangestunipun masih bersambung Pak.. Bimbingan sangat diharapkan...
ReplyDeleteToppp mas pokok e
ReplyDeleteTerus semangat pak Supriyadi, belajar dan belajar... Barokah berkumpul dengan orang2 shalih.. Alhmdulillah...
ReplyDeleteSae Gus...
ReplyDeleteNJIH KANG SUWUN...
Delete