google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': ETIKA PESERTA DIDIK TERHADAP DIRINYA DALAM BELAJAR

ETIKA PESERTA DIDIK TERHADAP DIRINYA DALAM BELAJAR


SUBADI

Studi Literatur 3

Kajian Kitab Adabu al-'Alim wal Muta'allim, hal. 24-28
Karya K.H.M. Hasyim Asy'ari

K.H.M. Hasyim Asy'ari, dalam bab ini meyebutkan setidaknya ada sepuluh tuntunan etika yang harus diperhatikan oleh al-Muta'allim/Peserta Didik dalam belajar. Sepuluh tuntunan itu adalah sebagai berikut ;

[1] Peserta didik harus membersihkan hatinya dari berbagai gangguan material dunia, prasangka buruk, sifat hasud, hal-hal yang dapat merusak aqidah/sistem kepercayaan, dan budi pekerti yang tidak terpuji. 
Ini semua musti dicamkan oleh peserta didik agar ilmu-ilmu yang luhur yang sedang dicari itu layak singgah di hati peserta didik. Dengan hati yang bersih dapat dimungkinkan ilmu yang dihasilkan akan terjaga dengan baik. Dan juga akan menghantarkan pada dihasilkannya pemahaman yang kokoh terhadap makna-makna yang dikandung oleh ilmu, sekalipun sulit untuk dipecahkan,

[2] Peserta didik harus membersihkan niat dalam menuntut ilmu.
Niat dengan hanya meyakini bahwa ilmu itu akan didedikasikan kepada Allah SWT semata, mempunyai tujuan mengamalkan ilmu setelah memperolehnya, untuk mengihidupkan syariat Allah, untuk menerangi dan menghiasi hati, dan dipergunakan sebagai sarana mendekatkat diri kepada Allah SWT, Taqarrub ila allah.
Peserta didik hendaknya menjauhi tujuan-tujuan meraih material duniawi. Berkeinginan untuk menjadi pemimpin, meraih status sosial, harta benda, menjadikan ilmu sebagai alat kesombongan terhadap sesama, dan lail-lain.

[3] Peserta didik harus mempergunakan kesempatan waktu untuk belajar dengan sebaik-baiknya.
Kesempatan belajar saat masih muda dan di seluruh kesempatan yang ada. Belajar sepanjang hayat. Peserta didik juga musti menghindari hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi belajar dan kebiasaan berfikir yang tidak perlu, tulul amal.
Sesungguhnya waktu satu jam yang terlewat tanpa belajar akan menjadi kerugian dan tak akan tergantikan dengan waktu yang lain. Peserta didik harus memutus segala sesuatu yang dapat meyebabkan datangnya kesibukan yang tidak perlu serta dapat menjadi penghalang akan sempurnanya proses menuntut ilmu.  Hal-hal itu merupakan sesuatu yang menjadi sebab kendornya kesungguhan dan semangat belajar. Mbah Hasyim menyebutnya dengan jalan pemutus ilmu.

[4] Peserta didik harus qona'ah -merasa cukup dengan yang ada- Merasa cukup yang meliputi makanan, pakaian, dan menggunakan segala sesuatu yang lebih mudah sehingga tidak terbebani dengan kesulitan-kesulitan.
Peserta didik yang mempunyai hati yang sabar atas makanan yang lebih ringan maka akan mudah menerima luasnya samudra ilmu, serta dapat terhindar dari hati yang tidak focus. Sehingga ilmu-ilmu yang didapat akan menjadi lebih bermanfaat.
Dalam hal pentingnya sifat Qona'ah, Mbah Hasyim mencoba menyitir perkataan Imam Syafi'i r.a. yang artinya ; Tidak akan beruntung orang yang sedang menuntut ilmu, kemudian ia berlaku sombong dan bersikap boros. Tetapi barangsiapa yang menuntut ilmu dengan senantiasa menundukkan diri, tirakat dan berkidmad kepada guru maka ia akan mendapatkan keberuntungan yang lebih. 

[5]  Peserta didik harus pandai mengatur waktu. Mengatur waktu belajar siang dan malam, menggunakan sisa usia untuk belajar dan belajar.
Karena menggunakan kesempatan umur untuk belajar adalah harga mati bagi peserta didik. Mbah Hasyim di sini juga menjelaskan bahwa waktu yang paling efektif untuk menghafal adalah pada waktu subuh, sedang waktu yang efektif untuk membahas ilmu/pelajaran adalah di waktu pagi, waktu yang efektif untuk menulis adalah di pertengahan siang hari, dan waktu yang paling efektif untuk belajar serta diskusi adalah di malam hari. Sedangkan tempat yang paling efektif untuk hafalan adalah di kamar/bilik dan tempat-tempat yang tenang sehingga mendukung konsentrasi / focus.  Selain itu, Mbah Hasyim juga menyebutkan tempat-tempat yang kurang bagus untuk hafalan, diantaranya adalah taman yang banyak pepohonannya, tepi sungai,  dan tempat yang penuh kebisingan

[6] Peserta didik tidak boleh berlebihan dalam hal makan dan minum.
Karena perut yang terlalu kenyang akan menyebabkan malas menjalankan ibadah dan tubuh akan terasa berat untuk beraktivitas. Menurut Mbah Hasyim ada manfaat yang luar biasa di balik kebiasaan menyedikitkan makan bagi orang yang sedang menuntut ilmu. Manfaat itu ialah peserta didik akan mempunyai badan yang sehat dan dijauhkan dari berbagai macam penyakit. Karena banyak pendapat mengatakan datangnya penyakit itu disebabkan makan dan minum yang berlebihan.
Manfaat lain dari menyedikitkan makan bagi peserta didik adalah menjadikan hati jauh dari sifat-sifat tercela, seperti iri dan dengki.  Berkaitan urgennya " qillatu al-akli wa as-surbi " Mbah Hasyim menegaskan bahwa ; Tidak satupun pernah dijumpai dari para wali, para imam, para ulama' yang terkenal-terkenal itu ada yang mempunyai sifat dan kebiasaan banyak makan-nya. Karena itu juga termasuk sifat yang tidak terpuji. Sifat dan kebiasaan banyak makan itu akan dikatakan terpuji hanya jika dilimiki oleh hewan-hewan yang tidak punya akal yang digunakan untuk membantu pekerjaan. Tandas Mbah Hasyim.

[7] Peserta didik harus berusaha menjaga diri/  bersikap wara' dan selalu berhati-hati dalam bertindak, terutama dalam memilih perbuatan-perbuatan yang halal dan haram.
Hal-hal yang musti diperhatikan kehalalannya diantaranya adalah makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan segala sesuatu yang dibutuhkannya. Ini harus diutamakan agar hati peserta didik menjadi terang dan mudah menerima ilmu dengan segala keagungan dan kemanfaatannya. Peserta didik diharapkan juga dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dengan sebaik-baiknya. 

[8] Peserta didik harus menghindari macam-macam makanan dan minuman yang dapat menyebabkan kemalasan dan kebodohan.
Diantaranya adalah apel yang masih asam, sayur baqila', dan minuman tuak. Selain itu juga untuk menghindari makanan yang dapat memproduksi lendir [Bulqhom],  karena dapat melemahkan hati dan menyebabkan kemalasan serta badan yang terasa berat. Misalnya adalah minum susu  serta makan ikan dengan berlebihan dan lain sebagainya.
Dan Seyogyanya Peserta didik juga menjauhi hal-hal yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit lupa, seperti makan-makanan  yang telah dihinggapi tikus, membaca tulisan nama orang yang sudah meninggal di kuburan, berjalan diantara dua hewan yang sedang berjalan beriringan dan membuang kutu kepala dalam keadaan hidup. Terang Mbah Hasim lebih lanjut. Hemat penulis, agaknya jika dipahami dengan kacamata modern saat ini akan terasa tidak logis dan mengada-ada. Tapi inilah kenyataan yang disampaikan Mbah Hasyim.

[9] Peserta didik harus menyedikitkan waktu tidur selagi tidak menggangu dan merusak kesehatan. 
Menurut Mbah Hasyim waktu tidur tidak boleh lebih dari delapan jam dalam sehari semalam. Dan jika peserta didik mampu tidur kurang dari itu maka juga diperbolehkan, dengan catatan tidak mengganggu kesehatan. Berkaiatan dengan masalah waktu ini, Mbah Hasyim juga memperbolehkan untuk meluangkan sedikit waktu untuk rekreasi/belibur di tempat yang indah guna menyegarkan fikiran dan badan. Tanpa menyia-nyiakannya. 

[10] Peserta Didik harus meninggalkan pergaulan yang kurang berfaidah.
Baik pergaulan itu sesama jenis maupun dengan teman yang berbeda jenis. Apalagi pergaulan itu hanya untuk bermain-main yang kurang bermanfaat, harus dihindari. Dalam hal ini Mbah Hasyim menyebutkan beberapa akibat buruk dari bergaulan yang kurang bermanfaat. Diantaranya adalah waktu dan usia yang menjadi sia-sia dan dapat merusak agama. Jika memang butuh bergaul dengan orang lain, maka harus memilih teman yang shalih/berprilaku baik, ahli ilmu, bertaqwa, dan wara'-jauh dari perbuatan yang dilarang Allah hingga subhat-.  dengan demikian jika terjadi kesalahan dapat saling mengingatkan. Wallahu A'lamu Bissowab...

01 Mei 2020, Pujul Karangrejo Tulungagung


No comments:

Post a Comment

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...