SEMBILAN PESAN PERNIKAHAN
kang Badi"
1. Pertemuan Karena Allah Swt.
Langkah, rezeki, pertemuan dan maut dalam kuasa
Allah Swt. Tapi manusia diberi kuasa untuk memilih dan berbuat yang disebut
dengan ikhtiyar. Rasulullah Saw bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ
مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah Swt telah menetapkan takdir semua
makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi”. (Hadits
riwayat Imam Muslim, dari Abdullah bin ‘Amr).
Maka fahamilah bahwa pasangan sebagai pilihan
Allah Swt setelah melewati proses ikhtiyar manusia dengan berbagai macam
skenarionya, dari mulai dipertemukan teman, sampai salah sambung telepon.
Tiga orang rakyat jelata diberi sebuah pena
dari Tuan Raja. Orang pertama berkata sambil menggerutu, “Raja yang kaya raya
cuma memberi sebuah pena!”. Yang kedua berkata, “Lebih baik, dari pada tidak
ada sama sekali”. Yang ketiga berkata, “Saya tidak melihat penanya, tapi yang
saya lihat adalah siapa yang memberikannya”.
2. Menikah Setengah Iman.
Yang paling penting dalam hidup adalah iman.
Hanya dengan iman manusia akan selamat di dunia dan akhirat. Iman adalah bekal menghadap Allah Swt. Nikah adalah setengah dari iman itu, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw bersabda,
مَنْ تَزَوَّجَ
فَقَدْ اِسْتَكْمَلَ نِصْفَ الإِيْمَانِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِيْ النِّصْفِ
الْبَاقِيْ
“Siapa yang menikah, maka ia telah
menyempurnakan setengah keimanannya. Maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Swt pada setengahnya”. (Hadits riwayat Imam at-Thabrani, dari Anas bin Malik.
Hadits Hasan).
Bekal itu telah terisi setengah, maka
sempurnakanlah dengan takwa kepada Allah Swt. Ketika bekal telah sempurna, maka
jangan pernah berkurang, karena tidak ada yang tau ntah bila perjalanan akan
dilanjutkan.
3. Menjaga Pandangan
dan Kemaluan.
Iman itu tidak terlihat, karena ia masalah yang
bersifat batin. Tapi iman diwujudkan dalam perbuatan. Bila setengah iman itu
dilaksanakan, maka terwujud dalam bentuk pemeliharaan mata dan kemaluan.
Demikian disabdakan Rasulullah Saw,
يَا مَعْشَرَ
الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ
أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاء
“Wahai para pemuda, siapa diantara kamu yang
mampu, maka hendaklah ia menikah, karena pernikahan itu menjaga pandangan dan
kemaluan. Siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu
sebagai pemelihara baginya”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim,
dari Abdullah bin Mas’ud).
Sebagian besar penyebab kejahatan manusia
adalah mata dan kemaluan. Keduanya dijaga dengan pernikahan.
4. Pasangan Adalah “Ayat”.
Ketika disebut kata ayat, maka yang terbayang
di benak kita adalah bagian dari surah dalam al-Qur’an. Ayat dalam surah
al-Fatihah, ayat Kursi dan ayat-ayat lainnya. Semua itu adalah ayat yang
tersurat, tertulis dalam al-Qur’an. Namun ada ayat-ayat lain, tanda-tanda
kebesaran Allah Swt di alam semesta yang disebut sebagai Ayat Kauniyyah,
diantara ayat-ayat itu adalah langit dan bumi, aneka ragam bahasa dan warna
kulit dan berbagai ayat-ayat lainnya. Satu diantara ayat itu adalah pasangan
hidup. Allah Swt berfirman,
وَمِنْ
آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
“Dan di antara ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan-Nya) ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).
Istri menjadi ayat bagi suami dan suami menjadi
ayat bagi istri. Jika setiap pasangan memahami bahwa pasangannya adalah ayat,
maka tidak akan ada yang melecehkan ayat, tidak akan ada tindakan kekerasan
dalam rumah tangga. Karena melecehkan pasangan berarti melecehkan ayat,
tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.
5. Ketenangan Jiwa.
Manusia terdiri dari ruh dan jasad. Jasad yang
tenang berasal dari ruh yang tenang. Ketenangan ruh itu berasal dari Allah Swt.
Ketenangan yang bukan berasal dari Allah Swt adalah ketenangan semu karena
palsu. Allah Swt menjelaskan bahwa salah satu penyebab ketenangan itu adalah
pasangan hidup yang telah ditetapkan Allah Swt. Firman-Nya,
لِتَسْكُنُوا
إِلَيْهَا
“Supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).
Harta memang bisa memberikan ketenangan. Tapi
ketenangan bukan pada harta. Buktinya, banyak orang yang memiliki harta, tapi
tidak mendapatkan ketenangan di dalamnya. Suatu ketika sahabat bertanya kepada
Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, apakah harta yang paling berharga?”.
Rasulullah Saw menjawab,
لِسَانٌ ذَاكِرٌ
وَقَلْبٌ شَاكِرٌ وَزَوْجَةٌ مُؤْمِنَةٌ تُعِينُهُ عَلَى إِيمَانِهِ
“Lidah yang senantiasa berzikir, hati yang
selalu bersyukur, istri beriman yang menolong keimanan suami”. (Hadits riwayat
Imam at-Tirmidzi dari Tsauban).
6. Melihat Titik Persamaan.
Dua makhluk yang berbeda, sampai orang barat
mengatakan, “Man are from Mars, Women are from Venus”. Semuanya berbeda, dari
bentuk fisik, sifat bawaan, selera makanan dan berbagai hal lainnya. Allah Swt
merekat perbedaan itu dengan Mawaddah dan Rahmah.
وَجَعَلَ
بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang”. (Qs. ar-Ruum [30]: 21).
Mawaddah melihat kecantikan fisik, Rahmah
memandang kebaikan akhlak. Mawaddah memandang kelebihan, Rahmah menutupi
kekurangan. Itulah penyambung yang putus, perekat yang retak. Allah Swt
menggambarkan pasangan seperti pakaian, saling menutupi dan melindungi,
هُنَّ لِبَاسٌ
لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun
adalah pakaian bagi mereka”. (Qs. al-Baqarah [2]: 187).
Pakaian yang tidak mampu menutupi dan
melindungi, maka bukanlah pakaian.
7. Patuh Bersyarat.
Laki-laki diberi tanggung jawab di dunia dan
akhirat. Maka selama ia menunaikan kewajiban dan amanah, ajakan dan larangannya
wajib diikuti. Bahkan Rasulullah Saw bersabda,
لَوْ كُنْتُ
آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ
لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia
untuk bersujud kepada manusia, pastilah aku perintahkan seorang istri untuk
sujud kepada suaminya”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Abu Hurairah,
hadits Hasan).
Dalam beberapa kasus, melawan suami menyebabkan
turunnya laknat, sebagaimana sabda Rasulullah Saw,
إِذَا دَعَا
الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا
لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
“Apabila seorang suami mengajak berhubungan,
tapi perempuan itu menolak, maka ia dilaknat malaikat hingga waktu pagi”.
(Hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Namun ketaatan itu bukan tanpa syarat. Suami
ditaati selama ia taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya. Tidak ada ketaatan
kepada makhluk jika ketaatan itu menyebabkan perbuatan maksiat kepada Allah
Swt,
فَإِنْ أُمِرَ
بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ عَلَيْهِ وَلَا طَاعَةَ
“Jika diperintahkan melakukan perbuatan
maksiat, maka tidak perlu didengar dan tidak wajib dipatuhi”. (Hadits riwayat
Imam at-Tirmidzi, dari Abdullah bin Umar, hadits Hasan Shahih).
8. Tulang Rusuk Yang Bengkok.
Rasulullah Saw menggambarkan perumpamaan dengan
gambaran yang sangat sempurna,
وَاسْتَوْصُوا
بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ
فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ
لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
“Tinggalkanlah pesan yang baik untuk para
perempuan. Sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk.
Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika
engkau luruskan, maka engkau mematahkannya. Jika engkau biarkan, maka ia akan
tetap bengkok. Tinggalkanlah pesan yang baik-baik untuk perempuan”. (Hadits
riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah).
Ia diciptakan bukan dari tulang kaki pria untuk
diinjak. Bukan dari tulang kepalanya untuk dijunjung. Tapi dari tulang rusuk
agar berada setara di sampingnya. Tapi tulang itu bengkok, jika diikuti akan
ikut bengkok. Namun jika diluruskan dengan paksa, ia akan patah.
9. Amal Jariyah.
Allah Swt memberikan ruang dan masa kepada
manusia agar manusia beramal. Ketika ruang dan masa itu ditarik oleh Allah Swt,
maka berakhirlah amal. Tapi ada amal yang tidak akan pernah terhenti, satu
diantaranya anak yang shaleh, sabda Rasulullah Saw,
إِذَا مَاتَ
الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia itu meninggal dunia, maka
putuslah amalnya, kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak
shaleh yang mendoakannya”. (Hadits riwayat Imam Muslim, dari Abu Hurairah).
Anak shaleh itu diperoleh lewat pernikahan yang
sah. Surga pun dijanjikan bagi mereka yang mampu menjaga amanah anak, sesuai
sabda Rasulullah Saw,
مَنْ عَالَ
ثَلَاثَ بَنَاتٍ فَأَدَّبَهُنَّ وَزَوَّجَهُنَّ وَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ فَلَهُ
الْجَنَّةُ
“Siapa yang merawat tiga orang anak perempuan
dengan baik, ia beri pendidikan yang baik, ia nikahkan dengan orang-orang yang
baik, ia berbuat baik kepada mereka, maka surgalah baginya”. (Hadits riwayat
Imam at-Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudri).
wallohu a'lam bissowab...
No comments:
Post a Comment
Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..