Acara
Bulan Romadhon
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمِنِ الرَّحِيْمِ. الْحَمْدُ لِلهِ
الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِلْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
عَلَى المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. وَبَعْدُ.
Segala puji hanyalah milik Allah. Dzat yang menjadikan
Ramadhan bulan istimewa, bulan ampunan dan bulan suci bagi umat Muhammad.
Shalawat serta salam kita tujukan kepada manusia pilihan, kekasih Allah,
Muhammad Saw. Dengan shalawat ini semoga kelak kita termasuk umat yang
mendapatkan syafaatnya.
Bapak-bapak,Ibu-ibu, saudara-saudari, yang dirahmati Allah.
Ramadhan datang lagi. Bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam sedunia karena didalamnya banyak sekali keutamaan-keutamaan. Sebab banyaknya keutamaan yang dimiliki bulan Ramadhan, bulan ini dikenal dengan beberapa nama.
Pertama, Syahrul Azhim. Artinya “bulan yang agung”. Ramadhan adalah bulan yang mulia dan agung karena Allah telah mengagungkan dan memuliakannya. Kedua, Syahrul Mubarok. Artinya bulan yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah (ampunan). Sebab, waktu yang berjalan pada bulan suci ini bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang beriman dengan pahala amal ibadah yang dilipatgandakan. Ketiga, Syahrul Shiyam, yaitu bulan yang didalamnya dari awal hingga akhir kita diwajibkan melaksanakan puasa. Keempat, Syahrul Qur’an, yaitu bulannya Al-Qur’an. Disebut demikian karena Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan. Kelima, Syahrul Musawah, yaitu bulan santunan. Pada bulan Ramadhan sangat dianjurkan bagi setiap muslim untuk saling menolong, berkasih sayang dengan sesamanya, yang keadaannya jauh lebih memperhatinkan secara ekonomi. Keenam, Syahrus Shabr, yaitu bulan kesabaran. Bulan Ramadhan melatih jiwa kaum muslim untuk senantiasa sabar dalam mengendalikan bahwa nafsu dari hal-hal yang membatalkan puasa, baik lahir maupun bathin.
Hadirin rahimakumullah
Bulan ini telah dikhususkan oleh Allah dengan beberapa kelebihan. Kelebihan yang paling agung adalah Allah menurunkan Al-Qur’an pada bulan Ramadhan sebagai petunjuk bagi manusia.
Firman Allah SWT.:
شَهۡرُ
رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ
مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ
وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدَّةٞ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ
يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُكۡمِلُواْ
ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمۡ وَلَعَلَّكُمۡ
تَشۡكُرُونَ (185) .
“(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di
antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur”
(QS. Al-Baqarah: 185)
Dengan diturunkannya Al-Qur’an pada
bula Ramadhan maka seharusnya seorang muslim memperbanyak membaca Al-Qur’an
pada bulan yang penuh berkah ini. Apalagi Allah telah menjanjikan pahala yang
berlipat ganda untuk setiap ibadah dan amal shalil yang dikerjakannya.
Diantara keutamaan bulan Ramadhan
lainnya adalah pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup rapat.
Hal ini ditegaskan oleh sabda Nabi Saw.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Nabi Saw. bersabda, “Pada malam permulaan bulan ramadhan,
syaitan-syaitan yang nakal dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat
dan tidak ada satu pintupun yang dibuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka dan
tidak ada satu pintupun yang ditutup, dan penyeru datang menyeru, ‘Wahai orang
yang menghendaki kebaikan, datanglah kemari dan wahai orang yang menghendaki
keburukan berhentilah.’ Dan Allah membebaskan orang dari api neraka dan itu
terjadi pada setiap malam bulan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi).
Hadirin yang dicintai Allah.
Hadits tersebut sepatutnya dipahami sebagai motivasi untuk umat Islam agar berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan berbuat kebaikan pada bulan Ramadhan dan berusaha seoptimal mungkin menghindari kemaksiatan. Dengan begitu, tidak ada celah bagi syaitan untuk menganggu orang-orang yang beriman pada bulan Ramadhan. Suasana yang demikian itu, dengan sendirinya menjadikan pintu-pintu surga terbuka luas dan pintu-pintu neraka terkunci rapat. Namun, sayangnya kita masih sering menemukan ada saja yang masih melakukan kemaksiatan.
Selain itu, keutamaan yang penuh
misteri dalam bulan Ramadhan adalah adanya malam yang lebih baik dari seribu
bulan, yaitu Lailatul Qadar. Disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Qadr (97) ayat
1-3.
بِّسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
إِنَّآ
أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ ١ وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ
ٱلۡقَدۡرِ ٢ لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٞ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٖ ٣
Sesungguhnya Kami telah
menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (1). Dan tahukah kamu apakah
malam kemuliaan itu (2). Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan (3). (QS. Al-Qadr: 1-3)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Nabi Saw. bersabda, “Barangsiapa yang bangun untuk beribadah pada saat
Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah maka dia akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Muslim).
Malam tersebut adalah malam yang
mulia dimana tidak ada satupun manusia yang dapat mengetahui kapan datangnya.
Malam itu dimuliakan karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an sehingga
amal shalih yang dikerjakan pada malam itu dinilai lebih baik dari amal shalih
yang dikerjakan selama seribu bulan. Dalam rangka menyambut kehadiran Lailatul
Qadar, Rasulullah Saw. mengajarkan umat Islam untuk melakukan I’tikaf dimasjid
pada malam-malam ganjil setelah dua puluh hari Ramadhan. Mayoritas ulama juga
sepakat bahwa Lailatul Qadar datang pada malam-malam ganjil tersebut.
Demikian pula, pada bulan ini
doa-doa orang-orang yang berpuasa dikabulkan oleh Allah SWT. sebagaimana
ditegaskan dalam sabda Nabi Saw. Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a.
bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan banyak hamba-Nya
dari api neraka pada setiap siang dan malam bulan Ramadhan dan bagi setiap
muslim pada saat siang dan malam memiliki doa yang dikabulkan.” (HR.
Al-Bazzar).
Karena pada bulan ini dikhususkan
untuk kewajiban berpuasa maka Allah memberikan penghargaan, yaitu bau mulut
orang yang berpuasa lebih harum daripada minyak kasturi disisi Allah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
bahwa Nabi Saw. bersabda, “Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Puasa itu untukku
dan Akulah yang akan memberikan balasan baginya, sebab dia meninggalkan
syahwat, makanan dan minumannya karena Aku. Puasa itu perisai, dan bagi orang
yang berpuasa itu dua kebahagiaan: kebahagiaan pada saat dia berbuka puasa dan
kebahagiaan pada saat dia bertemu dengan Tuhan-Nya. Dan sungguh bau mulutnya
lebih harum disisi Allah dari bau kasturi.” (HR. Bukhari).
Bapak-bapak,Ibu-ibu, saudara-saudari, yang dirahmati Allah.
eutamaan-keutamaan tersebut tentunya hanya dapat diperoleh orang-orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh. Sebab, ada yang berpuasa, tetapi masih melakukan hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah. Inilah yang dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw.
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ
وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ اِلَّا السَّهَر (رواه
احمد وابن ما جه والنسائى)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw
bersabda, “banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa pun dari
puasanya, kecuali lapar. Banyak orang yang bangun malam, tetapi tidak
mendapatkan apapun dari bangunnya, kecuali terjaga.” (HR. Ahmad, Ibnu
Majah, dan Nasa’i).
Maksud dari hadits tersebut adalah
banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak menjauhkan diri dari kemaksiatan dan
dosa. Alih-alih memperoleh pahala atas puasanya, mereka hanya mendapatkan rasa
lapar dan dahaga. Oleh karena itu, puasa selain dalam arti mengendalikan diri
dari tidak makan dan minum maka puasa dapat pula diartikan sebagai pengendalian
diri dari melakukan kemaksiatan dengan memperbaiki amal ibadah kita. Dengan
begitu, dalam bulan yang penuh berkah ini kita dapat menyempurnakan ibadah yang
wajib dan menambah amalan sunnah. Coba kita pikirkan, jika yang wajib saja
begitu sulit untuk diamalkan, bagaimana mungkin kita dapat mengamalkan yang
sunnah?
Dalam rangka menghindari
kemaksiatan, ada yang beranekdot, “Lebih baik tidur saja, apalagi tidurnya
orang yang berpuasa itu kan ibadah.” Banyak yang mengatakan bahwa ungkapan
tersebut didasarkan pada hadits Nabi Saw. yang berbunyi,
نَوْمُ
الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ, وَدُعَاؤُهُ
مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ.
(رواه البيهقى)
(رواه البيهقى)
“Tidurnya orang yang berpuasa itu
ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan (pahalanya), doanya
dikabulkan, dan dosanya diampuni.” (HR. Baihaqi).
Bapak-bapak, Ibu-ibu, saudara-saudari, yang dirahmati
Allah.
Tampaknya hadits tersebut “berdampak buruk” bagi sebagian masyarakat Islam, khususnya di Indonesia. Untuk menghilangkan rasa haus, lapar dan capek serta menghindari kemaksiatan, mereka banyak meluangkan waktu untuk tidur daripada beraktifitas dan memperbanyak amal shalih. Padahal ada yang perlu diketahui berkenaan dengan kualitas hadits diatas. Setelah dilakukan penelitian oleh beberapa ulama hadits terhadap hadits tersebut, hasilnya adalah bahwa hadits tersebut termasuk hadits palsu. Hadits yang tidak bisa disandarkan kepada Nabi Saw. karena dibuat-buat oleh seseorang hingga mirip sabda Nabi Saw.
Dengan demikian, hendaklah
orang-orang yang berpuasa menggunakan waktunya dengan memperbanyak ibadah dan
amal kebaikan tanpa harus meninggal tanggung jawabnya terhadap keluarga,
seperti bekerja, belajar, dan lainnya. Perhatikan sabda Nabi berikut.
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانً وَاحْتِسَابً غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ
مِنْ ذَنْبِهِ.
(رواه البخارى)
(رواه البخارى)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.,
berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan
Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari)
Makna imanan wahtisaban pada
hadits diatas adalah meyakini kewajiban berpuasa, baik dengan hati, lisan,
maupun perbuatan, tidak merasa berat untuk beribadah kepadanya, baik pada waktu
siang dan malam, serta mengharap pahala dari Allah semata. Jika seseorang telah
berpuasa seperti itu, Insya Allah ia akan mencapai derajat taqwa. Sebagaimana
disebutkan dalam firman-Nya bahwa diwajibkannya puasa itu bagi orang-orang yang
beriman agar mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ
لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ (183)
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183).
Dengan selayaang pandang tentang
keutamaan bulan Ramadhan dan makna puasa. Semoga kita semua bisa memanfaatkan
momentum Ramadhan ini untuk meningkatkan ibadah kepada Allah. Pada akhirnya
semoga kita benar-benar dapat mencapai derajat yang dijanjikan Allah, yaitu
derajat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). Aamiin.
Apabila terdapat kesalahan/kehilafan
kami mohon maaf, kepada Allah kita sama-sama mohon ampun.
Wabillah taufiq wa hidayah
No comments:
Post a Comment
Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..