google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': LADANG TAFAKUR [Belajar Dari Perilaku Anak Kecil]

LADANG TAFAKUR [Belajar Dari Perilaku Anak Kecil]


Subadi


Bagi orang tua, anak adalah karunia Allah SWT yang tak dapat dinilai dengan apa pun. Dengan segala keunikan dan kepolosannya ia menjadi tempat curahan kasih sayang orang tua. Setiap anak itu unik. Masing-masing dari mereka memiliki kebutuhan, tantangan, dan beragam permasalahan yang berlainan. Selain itu, ia juga memiliki potensi dan bakat yang berbeda-beda. Setiap anak berhak memilih dan melakukan apa yang ia inginkan. Ini sangat diperlukan, agara ketika beranjak dewasa anak mampu menjadi sosok yang bertanggung jawab, kreatif dan mandiri. 

Alangkah bahagianya jika Allah SWT mengaruniakan kepada kita hati yang bening. Ibarat gelas bening yang terisi air jernih. Saat masuk di dalamnya sebutir debu saja akan mudah terlihat. Jika ditembus cahaya maka teranglah seisi gelas dan bahkan bisa menerangi sekitarnya. Begitulah kira-kira gambaran orang tua yang memiliki hati yang bening. Jika berbuat salah akan segera menyadari kesalahannya dan tidak akan selalu sibuk untuk menyalahkan anak, melainkan akan sibuk mengevaluasi dirinya. 

Dengan hati yang jernih pula, dapat dipastikan orang tua akan mudah menerima ilmu dari mana saja. Ilmu yang tidak hanya di dapat dari bangku sekolah dan kuliah, ilmu yang tidak hanya hadir dari orang yang lebih tua saja. Hati yang jernih pasti juga dapat menerima limpahan ilmu dari sorang anak bahkan bayi sekalipun. Dari sini mari bersama-sama kita bertafakkur !!! Bertafakur dengan mengamati kebiasaan dan keunikan anak kecil. Bersihkan hati untuk mendapatkan ilmu. 

Lazimnya, anak kecil punya semangat pantang menyerah yang patut di tiru oleh orang dewasa. Lihatlah anak-anak yang mulai berjalan, bertatih-tatih melangkahkan kakinya. Sesekali, bahkan sering terjatuh, yang membuat kakinya lecet hingga berdarah. Walaupun demikian ia tetap mengulangi untuk berjalan tanpa berfikir " aku tidak bakat berjalan ". Terus dan terus berjalan tanpa kenal lelah dan putus semangat. Sampai ia benar-benar mampu berjalan dengan lancar. 

Lihatlah, ketika anak sedang bertengkar dengan temannya. Umumnya anak-anak lebih cepat akur dan akrab kembali. Semenit yang lalu ia adu mulut bahkan berebut mainan. Tapi semenit kemudian ia sudah berbagi makanan dan bermain bersama lagi. Sungguh ladang untuk tafakkur bagi orang-orang yang mau berfikir. 

Lantas mengapa orang-orang dewasa takut gagal ? Sesungguhnya kita tidak harus malu dengan kegagalan kita, mencoba sesuatu yang positif. Kejatuhan kita bukanlah kegagalan. Karena kegagalan yang sesungguhnya adalah tidak berbuat untuk memulai sesuatu. Apalagi jika sesuatu itu sudah kita mulai, dan bahkan sudah menghasilkan karya, meskipun sangat sederhana. Itu adalah prestasi dasar yang musti disyukuri dengan terus gigih dan tekun untuk menghadirkan karya-karya baru yang lebih berkualitas dan bermanfaat lagi. Malu musti disingkirkan jauh jauh. 

Ada pelajaran lain yang dapat diambil dari anak-anak, Pelajaran akan kepolasan mereka. Anak-anak menjalani kehidupan apa adanya, tidak pernah dipusingkan dengan keadaan. Mereka sungguh polos, hati dan pikirannya merdeka. Jika orang dewasa mau menirunya dalam hal yang positif, pasti hidup tidak akan berat penuh sengsara. Selain itu, anak-anak juga mempunyai kebiasaan yang menunjukkan prilaku kreatif, di benaknya banyak sekali hal-hal yang ingin ia ekpresikan, main corat-coret tembok, loncat-loncat, menyobek kertas, menggambar apa yang ia pikirkan dan lain sebagainya. Dan sudah selayaknya sebagai orang dewasa dengan kematangan berfikir yang dimiliki, bertindak kreatif adalah suatu keniscayaan. Tentu ini tak cukup untuk menggambarkan kepolosan anak-anak yang dapat kita contoh tanpa harus merasa malu. 

Meskipun demikian, ada juga beberapa kebiasaan dan prilaku anak yang tidak layak untuk ditiru orang dewasa. Diantaranya adalah suka pamer dan ingin menang sendiri, Apapun yang ia miliki selalu ingin diperlihatkan kepada temannya dan orang-orang sekitar. Tentu ini Naif  jika orang dewasa sampai meniru prilaku anak-anak yang satu ini. Saya yakin tujuan anak kecil itu hanya sebatas kelucuan, bukan tujuan yang negatif. Tetapi, suka pamer dan menang sendiri bagi orang dewasa adalah kesalah besar yang musti dihindari.

Anak kecil selalu ingin menang sendiri dan sering mamaksakan kehendak,  ini dapat dimaklumi karena ia belum mempunyai kemampuan dalam memperhitungkan sesuatu. Jika ini terjadi pada orang dewasa akan sangat naif dan fatal. Lantas bagaimana cara sebagai orang tua agar kebiasaan negatif pada anak tidak terbawa sampai dewasa? salah satu kuncinya adalah kedewasaan orang tua - Ibu dan Bapak- . Kedewasaan tersebut dimulai dari mengendalikan diri dari ingin menang sendiri. Orang tua musti mengedepankan dialog dari pada selalu mendekte anak. Karena harus disadari keinginan orang tua belum tentu benar-benar baik bagi seorang anak.

Sifat lain dari anak yang tidak patut untuk ditiru adalah tidak adanya rasa malu. Ia tidak malu kencing di celana bahkan menangis di tempat umum. Jika sampai ditiru orang dewasa, ini sama sekali bukan prestasi melainkan kebodohan yang amat besar. hehe. Sungguh betapa banyak prilaku anak-anak yang dapat kita tafakuri. Sebagai sumber inspirasi sekaligus ilmu bagi kita. Semoga bermanfaat.

05 Mei 2020
Pujul Karangrejo Tulungagung 

4 comments:

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...