google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': Pandemi Covid-19 Mengingatkan Akan Fungsi Rumah

Pandemi Covid-19 Mengingatkan Akan Fungsi Rumah

 
Nararya Farhan Nawafi' sedang study at home

Subadi


Awalnya Virus ini hanya muncul di tempat yang sangat jauh, Wuhan-Cina. Yang kala itu rasa-rasanya tidak akan sampai ke Indonesia, apalagi akan masuk ke pelosok-pelosok desa. Hari demi hari terus berjalan, pasien terinfeksi kian banyak yang berguguran hingga jumlah yang sangat mengkawatirkan. Tidak hanya pasien yang menjadi korban, tetapi keselamatan tim medis pun terancam, tak sedikit yang juga terjangkit dan gugur saat bertugas. Penyebarannya begitu pesat, mengharuskan pemerintah segera membuat keputusan cepat untuk menanggulangi penyebaran virus ini, selain karena mengancam jiwa masyarakat, juga sedang mengancam sendi-sendi kehidupan.

Mobilisasi orang-orang terus berlangsung, dari satu daerah ke daerah yang lain, dari satu negara ke negara yang lain. Tidak disadari, sebagian dari mereka ada yang membawa virus ini, mungkin virus itu bersemayam di dalam tubuhnya atau berada di barang-barang bawaan dan pakaian yang mereka kenakan. Pergerakan Sosial terus terjadi, pun demikian kontak fisik antar individu. Sehingga dengan mudah yang sehat ikut terjangkit tanpa mereka sadari. Pergerakan virus sudah pasti sulit dikendalikan, tersebar hampir di seluruh penjuru dunia, termasuk juga Indonesia. Sehingga penyakit ini mewabah di seluruh dunia. Pandemi Covid-19.

Dampak yang ditimbulkan begitu besar. Di antaranya adalah mengharuskan orang-orang bekerja dari rumah, tidak lagi di kantor-kantor. Beribadah di rumah, tidak lagi di masjid ataupun mushola [terutama di wilayah episentris], dan proses belajar mengajar pun dilaksanakan dari rumah. Para guru serta dosen mengajar dari rumah, para peserta didik dan mahasiswa harus belajar dari rumah. Hampir berjalan 2 bulan mulai kebijakan ini dibuat sampai batas akhir pasti yang belum diketahui.

Tidak dapat dipungkiri dampak negatif yang ditinggalkan amat terasa. Meskipun demikian, bersamaan dengan pandemi Covid-19 ini pasti ada hikmah yang menyertainya. Selain Tuhan ingin menunjukkan kuasaNya sekaligus bukti bahwa manusia adalah makhluk yang benar-benar lemah. Dengan adanya virus corona tipe baru, menggerakkan para pakar melakukan riset/penelitian untuk menciptakan obat dan vaksin yang dapat melawan virus ini. Mengingatkan kembali kepada manusia, bahwa untuk menjaga keseimbangan kehidupan hendaknya menjaga lingkungan hidup dengan baik, makan sewajar dan seperlunya,  tidak mengekploitasi alam,  dan hendaknya melestarikan lingkungan hidup dengan sebaik-baiknya. Misalnya.

Rasanya terlalu panjang penulis untuk masuk pada point pembicaraan topik ini. Uraian di atas sebatas gambaran umum saja bahwa sesungguhnya setiap peristiwa yang terjadi di alam ini, sekalipun peristiwa itu adalah musibah pasti selalu ada hikmah yang menyertainya. Kuncinya sederhana saja,  jika kita mau membaca fenomena yang terjadi dan mau memikirkannya. 

Hampir dua bulan anak-anak sekolah menjalani aktivitas belajarnya di rumah. Kegaiatan belajar yang sebelumnya tidak pernah terkirakan. Kini benar-benar terjadi,  mau tidak mau guru dan peserta didik harus menjalani kegiatan pembelajaran dari rumah masing-masing. Sebuah fenomena yang baru. Di sini, peran serta orang tua sangat dibutuhkan demi terlaksananya pembelajaran anak-anaknya. Tiap orang tua harus menyediakan alat komunikasi yang memadai - androit/laptop- , menyisihkan sebagian uang untuk membeli pulsa/paket data internet - karena rata-rata pembelajarannya daring-,  selain juga harus menyisihkan sebagian besar waktunya untuk mendampingi anak-anaknya tatkala belajar. Terutama bagi bagi orang tua yang anak-anak yang masih duduk di bangku TK dan Sekolah Dasar. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan demi tercapainya tujuan belajar dari rumah ini. Orang tua tidak hanya sekedar mendampingi, tetapi ikut membantu mengatur jadwal belajar, memantau, memberi motivas sembari memberi solusi ketika sedang menemui kendala belajar dan lain sebagainya.

Suasana yang sangat berbeda dengan hari-hari sebelum pandemi ini terjadi. Suasana rumah seperti menjadi sekolahan, orang tua yang seluruh waktunya biasanya habis untuk bekerja di luar. Kini musti menyisihkan banyak waktu untuk menjadi guru bagi anak-anaknya. Disadari atau tidak, Covid-19 mengingatkan kembali akan fungsi rumah sebagai pusat ilmu bagi keluarga. Ini pesan positif dan perlu kita renungkan. Tidak hanya cukup kita renungkan tetapi juga harus ditindaklanjuti. Tentu bagi setiap orang tua.

Jika kita menengok ke belakang, kiranya sangat tidak berlebihan jika dikatakan orang tua dan rumah adalah guru dan sekolah pertama bagi seorang anak. Orang tua menjadi guru bagi anaknya setidaknya mulai anak dalam kandungan. Segala macam cara telah dilakukan, terutama seorang ibu. Dia rajin mendengarkan musik-musik yang baik, rajin membaca Al-qur'an, makan makanan yang halal lagi baik, mengatur emosi, berbicara hanya yang baik-baik saja,  berdoa dan lain-lain sebagainya. Semuanya pernah dilakukan orang tua, kususnya ibu demi mengajari anaknya yang masih di dalam kandungan. Sungguh awalan belajar yang baik. Sampai ia lahir dan tumbuh besar, sejatinya orang tua lah yang menjadi model dan panutan bagi seorang anak. Rumah bukan hanya hunian semata tetapi juga sekolahan pertama bagi seorang anak. Jika setiap orang tua menyadari akan fungsi rumah bagi keluarganya sebagai pusat ilmu, tentu tidak akan mengemas rumahnya hanya dengan barang-barang, kursi-kursi, lemari-lemari berisi baju, dan barang-barang berharga lainya saja. Tetapi, karena rumah sebagai pusat ilmu, rumah musti juga dapat menumbuhkan spirit belajar anak-anak. Seperti adanya perpustakaan rumah, yang menyediakan buku-buku yang relevan dengan tingkat usia anak, hingga buku-buku yang lain yang lebih kompleks. Termasuk dorongan orang tua, baik dari segi ucapan dan tingkah laku sehari-hari harus mencerminkan sosok seorang guru. Karena orang tua juga guru bagi anak-anaknya.

Rumah tangga akan diangkat derajatnya oleh  Allah SWT. ternyata bukan rumah tangga yang punya kedudukan tinggi. Bahkan sebaliknya, tidak jarang kedudukan tinggi itulah yang menghinakan. Tidak jarang pula kekayaan yang banyak akan membuat sebuah rumah tangga "dimiskinkan" oleh keinginan-keinginan, diperbudak dan dinistakan oleh apa yang dimiliki. Tentu ini bukan harapan kita semua. Harapan kita adalah seperti yang sudah dipesankan oleh Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11, yang artinya; "...... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di anataramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat....". 

Kegigihan rumah tangga dalam menuntut ilmu, memperkaya ilmu dan meluaskan ilmu adalah kekayaan yang teramat berharga. Barang siapa ingin dunia pasti pakai ilmu. Ingin akhirat harus pakai ilmu. Ingin keduanya haruslah pakai ilmu. Ilmu adalah pupuknya iman. Memiliki harta tetapi kurang ilmu, malah kita akan menjadi "penjaga harta". Kalau kita memiliki ilmu yang banyak maka ilmulah yang akan menjaga kita. Harta dinafkahkan bisa habis, sedangkan ilmu bila kita nafkahkan kian semakin melimpah. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika berpesan " Pastikan agar anggota keluaga kita - anak, istri, suami-  selalu sungguh-sungguh untuk mencari ilmu. Baik ilmu tentang hidup di dunia maupun ilmu untuk menggapai kebahagiaan di akhirat. 

Percayalah ! Allah SWT menjanjikan, jika Allah cinta pada keluarga, cirinya ialah dibukakan hati mereka untuk belajar ilmu agama. Untuk itu, Hari ini adalah mementum yang tepat bagi kita orang tua untuk mengingat kembali bahwa rumah adalah pusat ilmu bagi keluarga kita. Kita mulai lagi dengan mencari majlis\ ilmu, datangi dengan sungguh-sungguh. Beli buku-buku yang bermanfaat untuk bacaan keluarga, terutama anak-anak kita. Menjadikan perpustakaan menjadi bagian penting dari rumah kita. Dengarkan radio dan apa sajalah yang penting dapat membuat kita semakin mengenal Allah SWT. Yang terpenting dapat mengenalkan anak-anak kita pada ilmu dan dapat menumbuhkan spiritnya untuk selalu giat belajar.
Perpustakaan rumah yang harus ditingkatkan kembali
 

Menyikapi bencana ternyata tidak harus dengan ratapan dan kegelisahan. Dengan sedikit berfikir jernih kita akan dapat memperoleh hikmah-hikmah di balik semua kejadian.

wallahu a'almu bissowab...

08 Mei 2020
Punjuul Karangrejo Tulungagung.

4 comments:

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...