google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': June 2020

PERNAK PERNIK NGOPI & CANGKRUKAN


S u b a d i 

Sinar matahari mulai meredup sebab menjelang terbenam. Tak lama, malam pun hendak menyapa. Segala bentuk aktivitas berat mulai berkurang, berganti aktivitas santai dan ringan. Berkumpul keluarga, rebahan, dan bercanda bersamanya.

Ada hal menarik di balik kota yang tenar dengan jargon Astuti ; Ayem Tentrem Mulyo Lan Tinoto ini, Tulungagung. Sebagian masyarakat mempunyai kebiasaan mengisi waktu malam harinya di balik remang-remang, di ujung gang-gang, di pinggir jalan-jalan, di depan toko-toko dan di sudut-sudut jalanan. Semua itu biasa disebut warung kopi, dengan model yang beraneka ragam.

Kita menyaksikan mereka dalam mengisi waktu malamnya, kumpul-kumpul menikmati secangkir kopi, cangkruan, dan juga begadang. Terlihat asyik dan penuh kehangatan. Asyiknya menjadi tambah lengkap dengan bonus Wifi yang cuma-cuma, hingga larut pun terasa tak jemu, apalagi membosankan.

Minum kopi di warung kopi dan cangkruan memang terlihat nampak lebih asyik dan memiliki kenikmatan tersendiri. Soal budaya ngopi, warga Tulungagung salah satu jawaranya. Sampai sematan Kota Cethe pun melekat sudah relatif lama. Saat itu, sampai-sampai ada lomba Nyethe, yakni menggambar di sebatang rokok dengan tinta dari ampas kopi yang telah disajikan.

Budaya Ngopi kian meluas, mulai dari terminal, pasar-pasar, stasiun, kampus, depot-depot, dan warung kopi pun bermunculan di desa-desa. Semua kalangan menyukainya, bahkan tak sedikit pelajar belia yang ikut nyangkruk di warung kopi itu. Selain ada kebersamaan juga terjadi diskusi-diskusi kecil, hingga menemukan solusi permasalahan yang dihadapai.

Disadari atau tidak, ngopi dan cangkruan terkadang juga mendatangkan manfaat. Selain bisa menumbuhkan suasana kebersamaan dan kekeluargaan, juga mampu membangun masyarakat saling tukar informasi, meski tak mengenal batas waktu. Soal pekerjaan, soal rumah tangga, soal politik, dan lain sebagainya. 

Akan tetapi, di balik fenomena dan kebiasaan ngopi semacam ini, ternyata juga menyimpan berbagai macam perilaku menyimpang, utamanya perjudian. Tak jarang dari mereka yang memanfaatkannya untuk bermain judi togel dan lain-lain. Utamanya togel, yang konon katanya, servernya berada di Singapura dan Hongkong itu.

Warung kopi menjadi tempat yang sangat strategis, mungkin karena lebih santai, terbuka, aman, leluasa, dan mampu mewujudkan keenceran berfikir sambil menyanding secangkir kopi dan sebungkus rokok.

Sebetulnya, segala cara antisipasi dan tindakan pencegahan, sudah dilakukan para aparat penegak hukum dan pemuka masyarakat. Tak sedikit pula yang ditangkap dan dipenjara. Namun kenyataannya tak bisa menghapus budaya main judi togel ini. Judi togel tetap saja subur hingga kini.

Bagi saya, antisipasi yang bisa dilakukan salah satunya dengan peran aktif pendidikan moral terhadap masyarakat dan anak bangsa. Melalui lembaga formal maupun non formal. Semua pihak musti saling mendukung dan bekerja sama untuk terus mendidik masyarakat. Sebab judi hanyalah kesenangan sesaat, yang hanya akan mengantarkan pada kerugian hidup. 

Punjul, 30 Juni 2020




TARJAMAH DASAR KEUTAMAAN ILMU & ILMUWAN [Kitab Adabu al-Alim Wa al-Muta'alim, hal. 12-24]




S u b a d i  
Dalam kitab ini, pada bagian bab pertama K.H.M. Hasyim Asy'ari memberikan pandangannya yang begitu panjang, mengenai keutamaan ilmu dan Ilmuwan' (dalam referensi yang lain, ulama bisa diartikan orang-orang yang memiliki perhatian lebih terhadap ilmu pengetahuan/ilmuwan).
Penjelasan dan uraian yang disajikan dalam bab ini lebih banyak diambil dan didasarkan pada al-Qur'an  dan al-Hadits, serta pendapat para Ulama salaf. Dasar-Dasar Keutamaan Ilmu dan Ilmuan yang di jadikan pijakan adalah sebagai berikut, tarjamah penulis ;
1]. Firman Allah; Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang yang diberi ilmu beberapa derajat.  Yakni allah akan mengangkat derajat orang-orang Alim pada derajat yang tinggi, sebab mereka telah mengumpulan ilmu dan amal.
2]. Ibnu Abbas r.a berkata; Derajat para ulama’ lebih tinggi dibanding derajat orang-orang mukmin dengan jarak tujuh ratus derajat. Jarak antara derajat satu dengan derajat yang yang ke dua itu bisa ditempuh selama lima ratus tahun.
3]. Firman Allah; Allah bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan hanya Allah. Dan juga bersaksi demikian adalah para Malaikat dan orang-orang yang berilmu. -Allah mengawali kasaksianya dengan Dzatnya, kemudian para Maliakat dan ketiga adalah ahli ilmu- firman Allah itu mengisaratkan bahwa Ahli Ilmu itu mempunyai derajat yang luhur dan mulia.
4]. Firman Allah; Hanya Ulama’ lah yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya.
5]. Firman Allah; Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih itu adalah sebaik-baiknya makhluk. –sampai kata Allah- adapun surga ‘Adn itu bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
[dari ke dua ayat di atas dapat pahami  bahwa sesungguhnya ulama’ adalah orang-orang yang takut kepada Allah Ta’ala, dan orang-orang yang takut kepada Allah adalah sebaik-baik makhluk. Maka kesimpulan terakhirnya ialah ulama’ adalah sebaik-baik makhluk]
6]. Sabda Nabi; Ulama’ adalah pewaris para Nabi. -ini sebenarnya sudah cukup untuk menggambarkan keagungan derajat-. Tatkala tidak ada derajat di atas kenabian, maka pun demikian tidak ada kemuliaan di atas mulianya mewarisi derajat kenabian itu “ .
Tujuan utama ilmu adalah mengamalkannya. Karena amal adalah buahnya ilmu, faidahnya umur dan bekal di akhirat. Maka barangsiapa mampu mengamalkan ilmunya berarti ia termasuk orang yang beruntung, dan barang siapa tidak mengamalkan ilmunya berarti ia termasuk orang yang merugi.
Tatkala disuguhkan pertanyaan kepada Nabi, tentang dua orang laki-laki salah satunya adalah ahli ibadah dan lainya orang yang berilmu. Lantas Nabi pun berkata; keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah laksana keagunganku-Nabi- dibanding orang-orang di bawah kalian semua.
7]. Sabda Nabi; Barang siapa sedang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah pun memberikan jalan kepadanya, yakni jalan menuju surga.
8]. Sabda Nabi; Menuntut ilmu sangat diwajibkan bagi setiap orang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Dan orang yang menuntut ilmu selalu dimintakan ampunan oleh segala sesuatu hingga ikan-ikan di lautan.
9]. Sabda Nabi; Barang siapa pagi-pagi bergegas untuk menuntut ilmu maka para Malaikat memintakan ampunan untuknya serta memintakan agar diberkahi dalam pekerjaannya.
10]. Sabda Nabi; Barang siapa pagi-pagi bergegas pergi ke masjid yang tak lain bertujuan untuk belajar tentang kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan maka baginya pahala seperti pahala melaksanakan ibadah haji yang sempurna.
11]. Sabda Nabi; Guru dan peserta didik itu laksana jemari ini dan ini. Nabi sambil mengumpulkan jari telunjuk dan kedua jari yang mengiringinya. Perumpamaan bahwa antara guru dan peserta didik adalah bagian yang tak bisa dipisahkan. Saling mengisi dalam hal pahala. Dan tak ada kebaikan diantara manusia yang dapat menyamai setelah derajat guru dan murid.
12]. Sabda Nabi; Jadilah kalian orang yang mengajarkan ilmu, orang yang belajar ilmu, orang yang mendengarkan ilmu, atau hanya sekedar mendengarkan ilmu. Dan jangan sekali-kali menjadi orang yang ke lima. Maka engkau akan menjadi rusak.
13]. Sabda Nabi; Belajarlah kalian semua tetang ilmu dan ajarkanlah ilmu itu untuk semua orang.
14]. Sabda Nabi ; Tatkala kalian melihat pertamanan surga, maka mengembala lah kalian semua. Kemudian ditanyakan kepada Nabi, apa yang dimaksud pertamanan surga itu ya Rasulullah? Nabi pun menjawab; itu adalah halaqoh Dzikir. Imam Atho’ berkata; bahwa halaqoh dzikir itu adalah tempat/ majlis yang memperbincangkan masalah halal dan haram, bagaimana kamu membeli? bagaimana kamu shalat? bagaimana cara kamu membayar zakat? Bagaiman kamu berhaji ? bagaimana kamu menikah? bagaimana cara kamu menceraikan istri? dan segala hal yang berkaitan dengan masalah itu semua.
15]. Sabda Nabi ; Belajarlah kalian tentang ilmu dan amalkan lah ilmu itu.
16]. Sabda Nabi ; Tinta orang-orang ‘alim/ orang yang menebarkan ilmu dan darah orang yang mati syahid akan ditimbang kelak di hari kiamat.
17]. Sabda Nabi ; Tidak ada yang bisa menyembah Allah dengan sebaik-baik cara menyembah keculai dari orang-orang yang faqih fi ad-din/ orang yang faham akan agama. Dan sesungguhnya orang yang faqih/ alim satu saja itu lebih menakutkan bagi setan ketimbang seribu ahli ibadah.
18]. Sabda Nabi; Di hari kiamat kelak bakal ada tiga golongan yang dapat memberikan syafaat/pertolongan, satu para Nabi, dua para ulama’ dan tiga orang yang mati syahid.
19]. Ada satu riwayah mengatakan bahwa; sungguh Ulama’ kelak di hari kiamat akan berada di atar mimbar yang berasal dari nur/cahaya.
20]. Al-Qodi Husin di permulaan kitab Ta’liqatnya, menyebutkan riwayat dari Nabi bahwa Nabi besabda; Barang siapa cinta kepada ilmu dan ulama’ maka kejelekannya tidak akan di tulis di hari kiamat.
21]. Lanjut Qodi Husin, dalam riwayat yang sama, Nabi bersabada ; Barang siapa sholat di belakang/ makmum kepada orang Alim, maka ia seakan-akan shalat dibelakang Nabi. Dan barang siapa shalat dibekang Nabi maka diampuni dosa-dosanya.
22]. Dalam haditsnya Abu Dzar, dikatakan bahwa sesungguhnya mendatangi majlis dzikir/ ilmu itu lebih utama dari pada shalat seribu rakaat, menyaksikan seribu janazah dan menjenguk  seribu orang sakit.
Itulah setidaknya dasar-dasar yang dijadikan pijakan Mbah Hasyim dalam menguraikan keutamaan ilmu dan Ilmuwan. Jika ada salah, semoga Allah mengampuni dosa saya. Amin.

Punjul, 29 April 2020.


MEMBANGUN KARAKTER SISWA DENGAN “SASTRA”



S u b a d i

Madrasah [ Tantangan dan Harapan] ;
Bismillah. Arus globalisasi kian derasnya, kemerdekaan berbicara, kemerdekaan berbuat sudah tidak terbendung. Perang ujaran, setiap detik terjadi di media sosial. Tayangan televisi yang kurang mendidik karakter anak bangsa semakin gencar diproduksi. Kenakalan remaja selalu mewarnai berita di televisi. Pengaruh media sosial kian hari semakin mengikis moralitas generasi muda kita. Ini adalah tantangan bagi orang tua dan juga lembaga pendidikan dalam menyiapkan generasai yang gemilang dan berkarakter.
Memproyeksi pendidikan karakter abad 21 harus secara menyeluruh, bergerak bersama-sama. Di samping guru dan pihak sekolah, justru peran orang tualah sebenarnya yang paling utama. Sekolah adalah mitra dan fasilitator dalam proyeksi tersebut. Jika mendapati orang tua yang kurang dalam tingkat pendidikan, tidak peduli dan sebagainya, sekolah sebagai institusi pendidikan harus tanggap dan langsung mengambil alih peran.
Kurun beberapa tahun terakhir ini, Pendidikan Madrasah, sejauh saya mengamati diakui atau tidak telah mengalami kemajuan yang signifikan. Anggapan masyarakat akan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan yang lebih mumpuni dalam rangka membina karakter peserta didik, telah menjadikan madrasah terus diminati oleh masyarakat. Fenomena ini, menurut saya musti disadari dengan sepenuhnya dan diimbangi dengan peningkatan kualitas pengajaran dan pelayanan.
Salah satu faktor yang menjadikan minat masyarakat kepada Madrasah kian meningkat. Menurut saya adalah karena gaung pendidikan karakter lebih melekat di tubuh Madrasah. Madrasah dapat mengejawentahkannya dalam bingkai Akhlak Mahmudah. Peserta didik Madrasah dibekali dengan pemahaman bahwa Akhlak itu universal,  berakhlak berarti harus mampu membangun hubungan yang positif dengan Tuhannya, Rasulnya, Orang tuanya,  sesama manusia,  dirinya sendiri, cara bersikap dan berbudaya serta menjaga alam sekitar.

Sastra dan Pendidikan Karakter;
Sejatinya banyak cara yang bisa ditempuh lembaga pendidikan dalam rangka penanaman pendidikan karakter kepada peserta didik. Baik melalui kurikulum, materi pelajaran di kelas, kegiatan ektra, pramuka, dan program pembiasaan aktivitas keagamaan yang sudah terjadwal, baik harian, mingguan atau tahunan. Semua sangat memungkinkan untuk menanamkan pendidikan karakter kepada peserta didik.
Salah satu cara dalam rangka membangun karakter peserta didik dapat ditempuh dengan Pembelajaran Sastra. Sastra merupakan bagian dari kesenian  yang dapat memberikan kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan pada diri manusia. terutama anak-anak usia sekolah dasar.
Rudi umar susanto, dosen sastra Universitas NU Surabaya, mengatakan bahwa dalam sastra tersaji unsur perasaan lebih tinggi. Sastra berhubungan dengan penciptaan, dan ungkapan [ekspresi] pribadi. Jiwa sastra berupa pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia. Sebuah karya sastra akan menjadikan pembacanya lebih kaya akan pengalaman dan pengetahuan, hati akan bergetar dan jiwa akan diliputi kegembiraan.
Sastra menjadi salah jalan membangun karakter yang efektif bagi anak didik juga telah diugkap Broto dalam Sumaryadi, ia mengatakan “sastra dapat menimbulkan rasa baru, keindahan, moral,  keagamaan, khidmat terhadap Tuhan, dan cinta terhadap sastra bangsanya”, Pembelajaran Sastra di Sekolah: Metode Imersi, 2012.
Kemudian, Agus Wibowo dalam bukunya Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, 2013, h.127. Menuturkan bahwa “Sastra juga mampu memberikan kenikmatan, keindahan, dan keagungan kepada anak didik khususnya dan bangsa ini pada umumnya”.
Sejalan dengan implementasi pendidikan karakter yang sedang digalakkan oleh pemerintah saat ini, maka dapat ditarik benang merah bahwa sastra merupakan salah satu media yang efektif sebagai ihtiyar menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter kapada anak didik.

Sastra di Sekolah Dasar;
Di jenjang sekolah dasar, terdapat materi pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra di sekolah dasar pada dasarnya bertujuan membina apresiasi anak terghadap karya sastra. Sehingga anak dapat mengembangkan kearifan, kejelian, dan ketelitian untuk menangkap isyarat-isyarat dalam kehidupan yang tercermin dalam kara sastra. Jika apresiasi telah tumbuh pada diri anak, maka akan memberikan dampak positif terhadap anak, tingkah laku dan kepribadiannya.
Menurut Rahmanto, sebagaimana tertuang dalam bukunya yang berjudul Metode Pengajaran Sastra, 1996;15. Sebagaimana dikutip oleh Rudi Umar mengatakan “ jika pengajaran sastra dilakukan secara tepat maka dapat memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat”.
Dari sini, menurut hemat saya santra menjadi materi penting untuk diajarkan kepada anak didik. Meskipun demikian sastra harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka. Karya sastra yang diajarkan adalah sastra secara khusus yang dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.
 Apabila karya sastra diajarkan sejak bangku sekolah dasar, maka sejak dini anak didik akan dapat mengerti kehidupan manusia yang sederhana, berbudi luhur dan disiplin. Selain itu ia akan dapat belajar tatakrama / sopan santun berbahasa dari pengungkapan kata-kata Sastrawan.
Ini  bagi saya sangat mungkin terjadi, sebab di dalam karya sastra terdapat gambaran kebiasaan manusia bergaul dengan kebenaran, keindahan dan kebaikan. Selain itu, di dalam karya sastra begitu kaya dengan kata-kata yang tersusun secara tepat dan mempesona.

Genre Sastra yang Membangun Karakter;
Melalui penjabaran tersebut, perlu disadari, secara tidak langsung karya sastra memudahkan guru dalam menanamkan pendidikan karakter terhadap anak. Guna menjadi anak yang sopan dan santun di dalam lingkungan sekitarnya maupun dimanapun mereka berada nantinya.
Dalam hal ini, agar karya sastra yang diajarkan menjadi efektif dan tepat sasaran, saya akan menyajikan genre sastra yang bernilai dan relevan dengan pendidikan karakter. Karya sastra yang dipilih tidak “asal comot” atau semaunya saja diambil dan dipilih untuk bahan ajar. Akan tetapi karya sastra yang memiliki kriteria yang berkualitas.
Agus Wibowo, 2013; 131. Dalam bukunya, telah meyajikan 4 genre sastra yang bernilai dan relevan dengan pendidikan karakter. 4 genre itu sebagai berikut :
1.      Literer-estetis
Genre sastra yang mengandung nilai keindahan, keelokan, kebagusan, kenikmatan, dan keterpanaan yang dimungkinkan oleh segala unsur dalam karya sastra.
Contoh: puisi Taufik Ismail yang terkumpul dalam judul “Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit”.
2.     Humanistis
Genre sastra yang mengandung nilai kemanusiaan, menjunjung harkat dan martabat manusia serta menggambarkan ituasi dan kondisi manusia dalam menghadapai aneka masalah kehiupan.
Contoh : Kisah Ramayana dan Mahabarata.
3.     Etis dan Moral
Genre sastra yang dalam karyanya mengacu pada pengalaman manusia dalam bersikap dan bertindak, melaksanakan yang benar dan meninggalkan yang salah serta bagaiamana seharusnya tanggung jawab manusia dilakukan.
Contoh : karya Kalatidha [R.Ng.ranggawarsita].
4.     Religius-Sufstik-Profetis
Genre sastra yang menyajikan pengalaman spiritual dan transendental.
Contoh : kerinduan manusia pada Tuhan, bahkan hubungan kedekatan manusia dengan tuhan telah lama ditulis dalam karya sastra oleh para Sufi. Dalam bentuk puisi misalnya karya Hamzah Fansuri, Nuruddin ar-Raniri, Amir Hamzah, abdul Hadi W.M., dan sebagainya. 
Keempat nilai sastra tersebut dipandang mampu mengoptimlakan peran sastra dalam membentuk karakter bangsa pada umumnya dan anak didik pada kususnya. Hemat saya, dengan mengacu kepada keempat nilai sastra tersebut di atas, semoga kita, para guru tidak mengalami keraguan dan kegalauan saat mengajarkan sastra kepada peserta didik. Semoga bermanfaat. Amin.

Punjul, 27 Juni 2020











  

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...