google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': PERNAK PERNIK NGOPI & CANGKRUKAN

PERNAK PERNIK NGOPI & CANGKRUKAN


S u b a d i 

Sinar matahari mulai meredup sebab menjelang terbenam. Tak lama, malam pun hendak menyapa. Segala bentuk aktivitas berat mulai berkurang, berganti aktivitas santai dan ringan. Berkumpul keluarga, rebahan, dan bercanda bersamanya.

Ada hal menarik di balik kota yang tenar dengan jargon Astuti ; Ayem Tentrem Mulyo Lan Tinoto ini, Tulungagung. Sebagian masyarakat mempunyai kebiasaan mengisi waktu malam harinya di balik remang-remang, di ujung gang-gang, di pinggir jalan-jalan, di depan toko-toko dan di sudut-sudut jalanan. Semua itu biasa disebut warung kopi, dengan model yang beraneka ragam.

Kita menyaksikan mereka dalam mengisi waktu malamnya, kumpul-kumpul menikmati secangkir kopi, cangkruan, dan juga begadang. Terlihat asyik dan penuh kehangatan. Asyiknya menjadi tambah lengkap dengan bonus Wifi yang cuma-cuma, hingga larut pun terasa tak jemu, apalagi membosankan.

Minum kopi di warung kopi dan cangkruan memang terlihat nampak lebih asyik dan memiliki kenikmatan tersendiri. Soal budaya ngopi, warga Tulungagung salah satu jawaranya. Sampai sematan Kota Cethe pun melekat sudah relatif lama. Saat itu, sampai-sampai ada lomba Nyethe, yakni menggambar di sebatang rokok dengan tinta dari ampas kopi yang telah disajikan.

Budaya Ngopi kian meluas, mulai dari terminal, pasar-pasar, stasiun, kampus, depot-depot, dan warung kopi pun bermunculan di desa-desa. Semua kalangan menyukainya, bahkan tak sedikit pelajar belia yang ikut nyangkruk di warung kopi itu. Selain ada kebersamaan juga terjadi diskusi-diskusi kecil, hingga menemukan solusi permasalahan yang dihadapai.

Disadari atau tidak, ngopi dan cangkruan terkadang juga mendatangkan manfaat. Selain bisa menumbuhkan suasana kebersamaan dan kekeluargaan, juga mampu membangun masyarakat saling tukar informasi, meski tak mengenal batas waktu. Soal pekerjaan, soal rumah tangga, soal politik, dan lain sebagainya. 

Akan tetapi, di balik fenomena dan kebiasaan ngopi semacam ini, ternyata juga menyimpan berbagai macam perilaku menyimpang, utamanya perjudian. Tak jarang dari mereka yang memanfaatkannya untuk bermain judi togel dan lain-lain. Utamanya togel, yang konon katanya, servernya berada di Singapura dan Hongkong itu.

Warung kopi menjadi tempat yang sangat strategis, mungkin karena lebih santai, terbuka, aman, leluasa, dan mampu mewujudkan keenceran berfikir sambil menyanding secangkir kopi dan sebungkus rokok.

Sebetulnya, segala cara antisipasi dan tindakan pencegahan, sudah dilakukan para aparat penegak hukum dan pemuka masyarakat. Tak sedikit pula yang ditangkap dan dipenjara. Namun kenyataannya tak bisa menghapus budaya main judi togel ini. Judi togel tetap saja subur hingga kini.

Bagi saya, antisipasi yang bisa dilakukan salah satunya dengan peran aktif pendidikan moral terhadap masyarakat dan anak bangsa. Melalui lembaga formal maupun non formal. Semua pihak musti saling mendukung dan bekerja sama untuk terus mendidik masyarakat. Sebab judi hanyalah kesenangan sesaat, yang hanya akan mengantarkan pada kerugian hidup. 

Punjul, 30 Juni 2020




2 comments:

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...