S u b a d i
Sebuah peran;
Bismillah. Sudah menjadi maklum bahwa lembaga pendidikan
formal maupun non formal memiliki peran sangat vital dalam mencetak generasi
unggul, berkualitas, dan beraklakul karimah. Lembaga pendidikan dalam kontek
ini sekolah, sejatinya merupakan mitra bagi orang tua peserta didik. Disadari atau
tidak, sebetulnya orang tua lah yang memiliki andil besar dalam perkembangan
kemampuan anak dalam lingkungan pendidikannya.
Selain pengaruh motivasi
internal pribadi anak, keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan tentu memengaruhi
pencapaian prestasi belajar seorang anak, baik dalam kemampuan moral maupun
intelektual. Apakah akan mengalami kemajuan yang signifikan atau tidak. Bagi
saya, keterlibatan orang tua dalam bentuk keteladanan [model], menanamkan kebiasaan
postitif, pengawasan, motivasi dan memberikan apresiasi terhadap seorang anak adalah
peran yang sangat fundamental.
Tegasnya, baik orang
tua maupun sekolah keduanya memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat urgen
dalam rangka mencetak generasi yang gemilang dan berakhlakul karimah. Keduanya
musti terjalin hubungan yang harmonis, rasa kekeluargaan dan saling berbagi
informasi. Sekolah sebagai mitra, tentu membutuhkan dukungan penuh dari setiap
orang tua didik.
Ihtiyar;
Segala bentuk
kegiatan pembelajaran di dalam kelas, outing class, ekstra kulikuler, program
pembiasaan, dan lain-lain, saya yakin semuanya terfokus sebagai bentuk ihtiyar
peningkatkan dan pengembangkan potensi peserta didik. Demi sampai pada sebuah
harapan “menjadikan insan [siswa] yang berkarakter, unggul intelektualitas dan
spiritualitasnya”.
Salah satu cara
membentuk siswa berkarakter mulia dapat ditempuh melalui internalisasi sifat
dan sikap mulia yang dimiliki Rasulullah SAW. Memahami, mendalami, dan
mencontohnya bagi saya, termasuk bagian cara kita mencintai utusan Allah SWT. Mencintai pribadinya, mencintai sikapnya, dan mencontoh perilaku mulia yang
dimiliki untuk bekal hidup sehari-hari.
Kita sebagai umat
terakhir secara kusus berarti menjadi umat Rasulullah Muhammad SAW. Semua orang
islam tentu berlomba-lomba berusaha menjadi pecinta sejatinya. Sebab, dengan kita mendapatkan
cinta Rasulullah SAW besar kemungkinan kelak di hari kiamat akan layak
mendapatkan pertolongannya, bahkan pertolongan itu sudah kita nikmati semenjak hidup
di dunia.
Salah satu wujud
bahwa kita mencintai dan menghormati Rasulullah SAW adalah dengan berusaha
mencontoh perilaku Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Meneladaninya tentu
bukan perkara mudah, butuh keimanan yang kokoh dan niat yang kuat. Sebab kita
sedang menjadikan model dari sorang figur yang tidak secara langsung kita
lihat. Dengan demikian, faktor keimananlah yang menjadikan kita mampu mengambil
segala bentuk laku hikmah Rasullullah SAW.
Meneladani, sifat
dan perilaku mulia Rasulullah SAW, sudah seharusnya dimulai sejak usia dini.
Supaya perilaku mulia tersebut terbawa saat usia remaja sampai tua. Sifat terpuji
Rasulullah SAW sangatlah banyak, aktivitas mulai bangun tidur sampai tidur kembali, setiap
laku hidupnya penuh dengan keteladanan. Seluruh ucapan dan perbuatannya
menunjukkan budi luhur yang menjadi tuntunan bagi setiap manusia.
Jika Anda ingin mengetahui sifat-sifat Nabi Muhammad SAW secara lebih luas, bahkan sangat luas, bisa Anda miliki kitab Assamail al-Muhammadiyah, karya Imam Tirmidzi, berupa kumpulan hadits kusus yang menyingkap secara detail sifat pribadi dan perilaku mulia dari keseharian Nabi SAW.
4 Sifat Rasul;
Di antara sifat
terpuji Rasulullah SAW, ada empat sifat yang sudah pupuler, yakni sifat
siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Empat sifat yang dari kecil sudah
diperkenalkan melalui bimbingan keluarga dan lingkungan pendidikan madrasah. Keempat
sifat terpuji ini sudah seharusnya selalu kita ajarkan kepada anak-anak kita,
siswa-siswa kita sejak dini.
Pertama sifat
siddiq [jujur], adalah sikap
menyatakan sesuatu sesuai fakta. Kejujuran Rasulullah SAW sangat terkenal,
tidak hanya diakui teman dekatnya, bahkan diakui oleh musuhnya. Ali r.a
meriwayatkan bahwa Abu Jahal berkata kepada Rasululullah SAW, ”Kami tidak
mengatakan engkau dusta. Namun, kami menganggap dusta ajaran yang engkau bawa.”
Beliau selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan benar.
Anak-anak juga
seperti itu. Dalam situasi apapun, sifat kejujuran harus dimiliki. Tanda anak
hebat adalah jujur. Sebagai contoh, seorang anak-anak, sebut saja namanya Budi
ditanya oleh guru. ”Kamu tadi pagi salat Subuh atau tidak?” Budi
menjawab dengan berbohong, ”Iya Bu, saya salat Subuh tadi pagi.” Ibu
guru melanjutkan,”Jam berapa kamu salat?” Budi berbohong lagi,”Jam 05.00
Bu.” Ibu guru bertanya lagi, ”Salat sama siapa kamu?” Budi terpaksa
berbohong lagi, ”Sama mama, papa, dan adek, Bu.”
Hanya karena
berbohong sekali, Budi terpaksa berbohong lagi dan lagi karena guru terus
bertanya. Jadi kita tidak boleh berbohong karena berbohong sekali pun dapat
menibulkan kebohongan-kebohongan yang lain dan menyebabkan kita mendapatkan banyak
dosa.
Kedua sifat Amanah
[dapat dipercaya]. Amanah merupakan
sikap yang dapat di percaya. Apabila suatu urusan dipercayakan kepadanya maka
dia akan melaksanakan urusan tersebut dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana Rasulullah
SAW diberikan amanah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia
melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya mesti taruhan nyawa, jiwa, dan
raga. Rasul tidak gentar untuk menjalankan amanah itu.
Ketika kita
berjanji kepada teman, orangtua, saudara, bahkan kepada musuh sekalipun kita
harus tetap menepati janji. Jika kita mengingkarinya berarti tidak dapat
dipercaya. Misalkan, Budi diberikan amanah oleh guru untuk memeberi tahu teman-temannya
yang lain untuk mengerjakan tugas. Tetapi dia tidak menyampaikannya. Berarti Budi
termasuk orang-orang yang tidak dapat dipercaya.
Ketiga sifat
Tabligh [Menyampaikan], Sifat tabligh
yang artinya menyampaikan, yaitu sifat wajib Nabi menyampaikan seluruh ajaran
yang diterima dari Allah SWT berupa wahyu kepada umat manusia agar menjadi
pedoman hidup. Rasulullah SAW menyampaikan seluruh ajaran yang diterimanya dari
Allah SWT bahkan sampai yang hal yang terkecil pun sehingga umat manusia mempunyai
pedoman dalam kehidupannya.
Kewajiban mencontoh
dan menerapkan salah satu sikap Rasulullah yaitu menyampaikan amanah yang ia
dapat kepada orang yang berhak menerima dan tidak satupun tidak sampai kepada
alamatnya. Misalkan, Budi disuruh ibunya untuk menyampaikan dan memberikan
titipan uang kepada ibu pemilik warung. Tetapi dia tidak memberikan uang
tersebut, malah menggunakannya untuk jajan. Berarti Budi tidak menyampaikan
amanah yang diberikan oleh ibunya kepadanya.
Keempat sifat fathonah
[Cerdas], Sifat fathonah
merupakan sifat yang pasti dimiliki. Kita pahami betapa sulitnya tugas yang di
emban Rasulullah SAW sehingga wajib memiliki sifat cerdas. Rasulullah saw
terkenal sebagai seorang yang cerdas dan pandai, serta sangat arif dan
bijaksana. Dalam mengambil keputusan didasari dengan pertimbangan dan pemikiran
matang.
Tugas orang tua dan
guru sebagai pendidik harus mengondisikan agar anak rajin belajar supaya
menjadi anak cerdas dan pandai. Termasuk di dalamnya mendampingi dan
memfasilitasi berbagai kebutuhan penunjang belajar. Jadi dengan meneladani
sifat cerdas Rasul, kita dapat melewati berbagai rintangan dalam kehidapan
sehari-hari. Terutama anak-anak.
Keempat sifat dari
Rasulullah yang dipaparkan di atas, merupakan akhlak yang perlu ditanamkan
kepada anak sejak dini. Terlebih dalam situasi seperti saat ini ketika banyak
anak bergaul tidak wajar. Karakter seseorang tidak bisa secara instans akan
terbentuk, perlu pendidikan dan pembiasaan sejak dini. Sebab karakter itu bisa
terbentuk dari hasil belajar dan kebiasaan yang terus menerus. Jika kebiasaan
baik yang menjadi rutinitasnya tentu kebiasaannya baik itulah nantinya yang
akan menjadi karakter pribadinya di kemudian hari. Dan juga sebaliknya.
Pada titik
tertentu, saya sampai juga berfikir. Mengapa sifat Rasul yang empat itu, yang
satu [fathanah] berhubungan dengan kecerdasan akal yang tiga [amanah,
tabligh, dan siddiq] berhubungan dengan kecerdasan moral ? jika kita
bandingkan adalah 1:3. Barangkali ini ada korelasinya dengan hadits Nabi “Innama
buitstu liutammima makarimal akhlak”. Jika boleh menegaskan “Sungguh akhlak merupakan sesuatu
perkara yang sangat utama dalam kehidupan umat manusia”. wallahu a’lam bisshawab.
Punjul, 2 Juli
2020.
No comments:
Post a Comment
Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..