google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': MEMBINA KARAKTER ANAK DENGAN 4 SIFAT RASUL

MEMBINA KARAKTER ANAK DENGAN 4 SIFAT RASUL



S u b a d i

Sebuah peran;
Bismillah. Sudah menjadi maklum bahwa lembaga pendidikan formal maupun non formal memiliki peran sangat vital dalam mencetak generasi unggul, berkualitas, dan beraklakul karimah. Lembaga pendidikan dalam kontek ini sekolah, sejatinya merupakan mitra bagi orang tua peserta didik. Disadari atau tidak, sebetulnya orang tua lah yang memiliki andil besar dalam perkembangan kemampuan anak dalam lingkungan pendidikannya.

Selain pengaruh motivasi internal pribadi anak, keterlibatan orang tua dalam proses pendidikan tentu memengaruhi pencapaian prestasi belajar seorang anak, baik dalam kemampuan moral maupun intelektual. Apakah akan mengalami kemajuan yang signifikan atau tidak. Bagi saya, keterlibatan orang tua dalam bentuk keteladanan [model], menanamkan kebiasaan postitif, pengawasan, motivasi dan memberikan apresiasi terhadap seorang anak adalah peran yang sangat fundamental.

Tegasnya, baik orang tua maupun sekolah keduanya memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat urgen dalam rangka mencetak generasi yang gemilang dan berakhlakul karimah. Keduanya musti terjalin hubungan yang harmonis, rasa kekeluargaan dan saling berbagi informasi. Sekolah sebagai mitra, tentu membutuhkan dukungan penuh dari setiap orang tua didik.

Ihtiyar;
Segala bentuk kegiatan pembelajaran di dalam kelas, outing class, ekstra kulikuler, program pembiasaan, dan lain-lain, saya yakin semuanya terfokus sebagai bentuk ihtiyar peningkatkan dan pengembangkan potensi peserta didik. Demi sampai pada sebuah harapan “menjadikan insan [siswa] yang berkarakter, unggul intelektualitas dan spiritualitasnya”.

Salah satu cara membentuk siswa berkarakter mulia dapat ditempuh melalui internalisasi sifat dan sikap mulia yang dimiliki Rasulullah SAW. Memahami, mendalami, dan mencontohnya bagi saya, termasuk bagian cara kita mencintai utusan Allah SWT. Mencintai pribadinya, mencintai sikapnya, dan mencontoh perilaku mulia yang dimiliki untuk bekal hidup sehari-hari.

Kita sebagai umat terakhir secara kusus berarti menjadi umat Rasulullah Muhammad SAW. Semua orang islam tentu berlomba-lomba berusaha menjadi pecinta sejatinya. Sebab, dengan kita mendapatkan cinta Rasulullah SAW besar kemungkinan kelak di hari kiamat akan layak mendapatkan pertolongannya, bahkan pertolongan itu sudah kita nikmati semenjak hidup di dunia.

Salah satu wujud bahwa kita mencintai dan menghormati Rasulullah SAW adalah dengan berusaha mencontoh perilaku Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Meneladaninya tentu bukan perkara mudah, butuh keimanan yang kokoh dan niat yang kuat. Sebab kita sedang menjadikan model dari sorang figur yang tidak secara langsung kita lihat. Dengan demikian, faktor keimananlah yang menjadikan kita mampu mengambil segala bentuk laku hikmah Rasullullah SAW.

Meneladani, sifat dan perilaku mulia Rasulullah SAW, sudah seharusnya dimulai sejak usia dini. Supaya perilaku mulia tersebut terbawa saat usia remaja sampai tua. Sifat terpuji Rasulullah SAW sangatlah banyak, aktivitas mulai bangun tidur sampai tidur kembali, setiap laku hidupnya penuh dengan keteladanan. Seluruh ucapan dan perbuatannya menunjukkan budi luhur yang menjadi tuntunan bagi setiap manusia.

Jika Anda ingin mengetahui sifat-sifat Nabi Muhammad SAW secara lebih luas, bahkan sangat luas, bisa Anda miliki kitab Assamail al-Muhammadiyah, karya Imam Tirmidzi, berupa kumpulan hadits kusus yang menyingkap secara detail sifat pribadi dan perilaku mulia dari keseharian Nabi SAW. 

4 Sifat Rasul;
Di antara sifat terpuji Rasulullah SAW, ada empat sifat yang sudah pupuler, yakni sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Empat sifat yang dari kecil sudah diperkenalkan melalui bimbingan keluarga dan lingkungan pendidikan madrasah. Keempat sifat terpuji ini sudah seharusnya selalu kita ajarkan kepada anak-anak kita, siswa-siswa kita sejak dini.

Pertama sifat siddiq [jujur], adalah sikap menyatakan sesuatu sesuai fakta. Kejujuran Rasulullah SAW sangat terkenal, tidak hanya diakui teman dekatnya, bahkan diakui oleh musuhnya. Ali r.a meriwayatkan bahwa Abu Jahal berkata kepada Rasululullah SAW, ”Kami tidak mengatakan engkau dusta. Namun, kami menganggap dusta ajaran yang engkau bawa.” Beliau selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan benar.  

Anak-anak juga seperti itu. Dalam situasi apapun, sifat kejujuran harus dimiliki. Tanda anak hebat adalah jujur. Sebagai contoh, seorang anak-anak, sebut saja namanya Budi ditanya oleh guru. ”Kamu tadi pagi salat Subuh atau tidak?” Budi menjawab dengan berbohong, ”Iya Bu, saya salat Subuh tadi pagi.” Ibu guru melanjutkan,”Jam berapa kamu salat?” Budi berbohong lagi,”Jam 05.00 Bu.” Ibu guru bertanya lagi, ”Salat sama siapa kamu?” Budi terpaksa berbohong lagi, ”Sama mama, papa, dan adek, Bu.”

Hanya karena berbohong sekali, Budi terpaksa berbohong lagi dan lagi karena guru terus bertanya. Jadi kita tidak boleh berbohong karena berbohong sekali pun dapat menibulkan kebohongan-kebohongan yang lain dan menyebabkan kita mendapatkan banyak dosa.

Kedua sifat Amanah [dapat dipercaya]. Amanah merupakan sikap yang dapat di percaya. Apabila suatu urusan dipercayakan kepadanya maka dia akan melaksanakan urusan tersebut dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana Rasulullah SAW diberikan amanah untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya mesti taruhan nyawa, jiwa, dan raga. Rasul tidak gentar untuk menjalankan amanah itu.

Ketika kita berjanji kepada teman, orangtua, saudara, bahkan kepada musuh sekalipun kita harus tetap menepati janji. Jika kita mengingkarinya berarti tidak dapat dipercaya. Misalkan, Budi diberikan amanah oleh guru untuk memeberi tahu teman-temannya yang lain untuk mengerjakan tugas. Tetapi dia tidak menyampaikannya. Berarti Budi termasuk orang-orang yang tidak dapat dipercaya.

Ketiga sifat Tabligh [Menyampaikan], Sifat tabligh yang artinya menyampaikan, yaitu sifat wajib Nabi menyampaikan seluruh ajaran yang diterima dari Allah SWT berupa wahyu kepada umat manusia agar menjadi pedoman hidup. Rasulullah SAW menyampaikan seluruh ajaran yang diterimanya dari Allah SWT bahkan sampai yang hal yang terkecil pun sehingga umat manusia mempunyai pedoman dalam kehidupannya.

Kewajiban mencontoh dan menerapkan salah satu sikap Rasulullah yaitu menyampaikan amanah yang ia dapat kepada orang yang berhak menerima dan tidak satupun tidak sampai kepada alamatnya. Misalkan, Budi disuruh ibunya untuk menyampaikan dan memberikan titipan uang kepada ibu pemilik warung. Tetapi dia tidak memberikan uang tersebut, malah menggunakannya untuk jajan. Berarti Budi tidak menyampaikan amanah yang diberikan oleh ibunya kepadanya.

Keempat sifat fathonah [Cerdas], Sifat fathonah merupakan sifat yang pasti dimiliki. Kita pahami betapa sulitnya tugas yang di emban Rasulullah SAW sehingga wajib memiliki sifat cerdas. Rasulullah saw terkenal sebagai seorang yang cerdas dan pandai, serta sangat arif dan bijaksana. Dalam mengambil keputusan didasari dengan pertimbangan dan pemikiran matang.

Tugas orang tua dan guru sebagai pendidik harus mengondisikan agar anak rajin belajar supaya menjadi anak cerdas dan pandai. Termasuk di dalamnya mendampingi dan memfasilitasi berbagai kebutuhan penunjang belajar. Jadi dengan meneladani sifat cerdas Rasul, kita dapat melewati berbagai rintangan dalam kehidapan sehari-hari. Terutama anak-anak.

Keempat sifat dari Rasulullah yang dipaparkan di atas, merupakan akhlak yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini. Terlebih dalam situasi seperti saat ini ketika banyak anak bergaul tidak wajar. Karakter seseorang tidak bisa secara instans akan terbentuk, perlu pendidikan dan pembiasaan sejak dini. Sebab karakter itu bisa terbentuk dari hasil belajar dan kebiasaan yang terus menerus. Jika kebiasaan baik yang menjadi rutinitasnya tentu kebiasaannya baik itulah nantinya yang akan menjadi karakter pribadinya di kemudian hari. Dan juga sebaliknya.

Pada titik tertentu, saya sampai juga berfikir. Mengapa sifat Rasul yang empat itu, yang satu [fathanah] berhubungan dengan kecerdasan akal yang tiga [amanah, tabligh, dan siddiq] berhubungan dengan kecerdasan moral ? jika kita bandingkan adalah 1:3. Barangkali ini ada korelasinya dengan hadits Nabi “Innama buitstu liutammima makarimal akhlak”. Jika boleh menegaskan “Sungguh akhlak merupakan sesuatu perkara yang sangat utama dalam kehidupan umat manusia”. wallahu a’lam bisshawab.

Punjul, 2 Juli 2020.

No comments:

Post a Comment

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...