S u b a d i
Pada tulisan singkat ini, saya akan mencoba mengingat kembali tentang sebagaian kajian lafadz Basalamah. Lafadz yang begitu istimewa, selain menjadi bagian dari surat al-Fatihah, ia juga selalu hadir untuk mengawali surat-surat yang lain. Sungguh, segala aktivitas yang diawali dengannya akan menjadi berkah.
Sekitar tahun 2007, saya berkesempatan membacakan salah satu kitab tentang ilmu Sharaf. Ilmu sharaf merupakan bagian ilmu alat yang biasa dikenal dengan ummul ilmi, ibunya ilmu. Ia selalu bersanding dengan ilmu Nahwu yang juga dikenal dengan Abul ilmi, ayahnya ilmu.
Pada bagian awal kitab tersebut secara panjang lebar diawali dengan kajian tentang lafadz Basmalah. Ia dikupas secara lebih terperinci, mulai dari komposisi kata-katanya, i'rabnya, bagian huruf yang tersimpan, hingga menyingkap makna di balik setiap kata dari lafadz Basmalah.
Lafadz Basmalah sebagimana yang telah kita ketahui, ia diawali dengan kata bismi. Kata ini sejatinya terdiri dari dua kata, yakni bi dan ismi. Lafadz bi merupakan huruf jar, sedangkan lafadz ismi merupakan kata isim (kalimat isim dalam bahasa Arab). Pada lafadz bismi, dalam penulisannya sebagaimana lazimnya ia digabung. Sejatinya ada satu hurf yang terbuang yakni alif. Umumnya penulis, ketika menulis lafadz bismi ada yang memanjangkan hurf ba' ada juga memanjang kan hurf sin. Pada konteks ini, sejatinya yang lebih tepat adalah dengan cara memanjangkan hurf ba'. Mengapa? Sebagaimana yang disampaikan muallif alasannya adalah sebagai penanda bahwa di situ, ada hurf alif yang terbuang. Meskipun demikian, pola tulisan yang ke dua tidaklah salah, boleh, dan sah-sah saja.
Kemudain lafadz Allah. Lafadz ini dijelaskan begitu panjang, mulai dari segi asal lafadz itu sendiri sampai makna agung yang dikandungnya. Sebab masih bertalian dengan lafadz ism sebelumnya. Ringkasnya, lafadz Allah adalah Ismu Dzat. Muallif secara kusus dan mendalam menjelaskan hakikat makna yang terkandung di dalam kata ini (Allah). Di sana disebutkan bahwa lafadz Allah huwa ismu Dzat Al-mujtami' li sairi sifati al-Kamali. Lafadz Allah adalah sebuah Nama bagi Dzat, yang di dalam lafadz tersebut menyimpan: mengumpulkan seluruh sifat-sifat kemuliaan.
Dalam penjelasan selanjutnya ditegaskan bahwa seluruh sifat kemuliaan, dalam hal ini terangkum dalam asma alhusna yang jumlahnya 99 itu, sejatinya sudah terkandung di dalam lafadz Allah. Tegasnya, jika kita mempunyai pengetahuan tentang lafdz Jalalah ini, dan kita menggunakannya untuk berdzikir, pada hakikatnya satu kata yang kita ucap dengan penuh ketundukan, fadilah dan maknanya sama dengan melantunkan 99 asma alhusna. Bagi saya, itulah mengapa ilmu itu menjadi penting dan ditinggikan derajatnya.
Kemudian, dilanjutkan dengan kedua sifat Allah, yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Untuk penjelasan kedua sifat ini, bisa dibaca pada tulisan saya sebelumnya, yang secara lebih kusus berisi penjelasan tentang keduanya.
Pada intinya, Rahman Allah adalah rahmatNya yang dilimpahkan kepada seluruh makluk di muka bumi ini tanpa tebang pilih, baik yang beriman atau tidak, semua dijamin olehNya. Sedangkan Rahim Allah adalah rahmatNya di akhirat, yang hanya akan dilimpahkan secara kusus kepada orang-orang yang beriman saja. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bisa jawab.
Punjul, 3 Juli 2020.
No comments:
Post a Comment
Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..