S u b a d i
Kata "ngopi" menurut sebagian orang tidak hanya digunakan untuk mewakili aktivitas minum kopi sambil cangkruk di warung kopi atau sekedar menikmatinya sembari duduk nyantai di teras rumah sambil membaca koran saja.
Pada situasi yang lain dan khas, sebagian orang memaknai kata "ngopi" dengan berbagi macam sudut pandang dan tujuan, ngopi bisa bermakna ngolah pikir, sumber inspirasi, ngopeni, dan lain-lain.
Saya, secara pribadi sepakat untuk semuanya, menikmati secangkir kopi, apapun jenisnya tetap oke, mengah kata ngopi untuk makna yang lain juga oke. Hidup memang tidak harus dibuat tegang, ia harus dijalani dengan rileks, gembira dan senang, tentu pada konteks yang positif dan manfaat.
Saat sebagian orang memaknai ngopi adalah ngolah pikir atau sekedar nyangkruk di warung kopi, bukan berarti kita tak boleh memberikan makna dengan sudut pandang yang berbeda. Dengan cara yang lain, sesuai apa yang kita pikirkan, yang penting positif, terlebih sarat akan inspirasi.
Ya, "Ngopi" Pada titik ini bisa menjadi tugas seorang santri. Tugas yang mulia, sebagai salah satu wujud eksistensi, pengabdian, sekaligus pembuka pintu keberkahan. He he
Ngopi yang pertama adalah ngopeni ngaji, ngaji merupakan salah satu aktivitas paling dasar dan fundamental bagi seorang santri. Dengan ngaji secara konsisten tentu pribadi akan menjadi aji. Sifat bodoh akan terkikis dan meredup, bahkan hilang. Sebab, salah satu tujuannya dari ngaji adalah li izalatil jahli. Tanpa ngaji dapat dipastikan santri tak kan menemukan maknanya yang sesungguhnya.
Ngopi yang kedua adalah ngopeni budi, budi atau akhlak merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari santri. Tak ada ceritanya santri yang tak berbudi menjadi santri yang sesungguhnya. Bagi santri, adab menjadi prioritas utama dalam rangka terbukanya pintu keridhaan Kyai, ustadz, dan cendela ilmu yang bermanfaat. Beradab adalah ciri khas setiap santri yang diridhai. Tanpa adab, budi, dan akhlak santri tak kan menemukan makna sejatinya.
Ngopi yang ketiga adalah ngopeni kitab. Santri dalam hal ini berbeda dengan santri mustami'at, seperti santri yang hanya menjadi pendengar pengajian umum. Pada makna yang khas, santri dalam rangka mengikat ilmu selalu mengaji kepada Guru dengan kitab yang menjadi sumber belajarnya. Ngopeni kitab berarti menjaganya, menghargainya, menghormatinya, memberi makna, merawatnya, dan menjadikannya sebagai rujukan setiap laku hidup dan dakwahnya. Mengabaikannya merupakan hal yang kurang bijak dan tidak terpuji, apalagi sampai menelantarkannya. Bahkan, hubungan santri dan kitab merupakan bagian etika yang harus dijaga.
Ngopi yang keempat adalah ngopeni masjid, pada titik tertentu santri juga akan pulang dan hidup di masyarakat. Santri yang kehidupannya selalu lekat dan identik dengan lingkungan masjid, tatkala sudah berada dilingkungan masyarakat ia juga musti mengambil peran untuk memakmurkan masjid, apapun bentuknya, yang penting bernilai positif, mulang ngaji, menjadi muadzin, menjadi marbot, dan lain-lain. Sebab, jika menjadi jauh dari masjid, besar kemungkinan makna santri akan semakin pudar dan kurang berarti.
Ngopi yang kelima adalah ngopeni nama baik Kyai dan almamaternya. Ini bisa menjadi jalan ihtiyar demi hadirnya keridhaan dan ilmu yang berkah, tentu dengan menaruh rasa hormat dan khidmat kepada guru dan juga ikut memakmurkan almamater. Ngopi dalam hal ini menjadi sangat penting, sebab juga bagian dari etika sebagai santri yang tak boleh ditinggalkan.
Ngopi yang selanjutnya, silahkan ditambahkan sendiri, tentu masih banyak bentuk ngopeni yang lain.
Punjul, 4 Juli 2020/Boyolangu, 22 Oktober 2021
Mampir ngopi tapi *NGE-TEH*
ReplyDeleteJenengan yng buat ngeteh pak.... Silahkan...
DeleteNgopi yang keenam; ngopi luwak😂😂😂😂
ReplyDeleteKwkwkw... Jian mantap....
Deletekulo kopi herbal mawon pak...
ReplyDeletesantri tak lepas dari rokok dan kopi...
kanggo jagak lek ben betah melek kanggo laku utami...
Bihh... Isya Allah mantap pak. ..
Delete