google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': “RECEH”nya BUDAYA PLAGIASI, [Refleksi Menulis Jujur]

“RECEH”nya BUDAYA PLAGIASI, [Refleksi Menulis Jujur]




SUBADI

Belajar menulis, bagi saya, tidak harus terbelenggu dengan hasrat keinginan menghadirkan tulisan yang bermutu tinggi, ilmiyah dan berbobot [kata teman-teman], apalagi sampai mengabaikan nilai-nilai luhur yang dikandung oleh mulianya budaya literasi. Betul memang, tidak semua penulis pemula kesulitan untuk menghadirkan tulisan yang berbobot, nyatanya banyak karya belia mereka yang bagus dan sarat akan gagasan briliyant dan pengetahuan baru, saya yakin yang bisa seperti ini, karena ditunjang oleh budaya membaca mereka yang sebelumnya sudah berjalan dengan baik dan konsisten, pasti hobi membaca,  bahkan kutu buku.

Harus saya akui, dengan minimnya pengetahuan dan jarangnya membaca buku, seringkali membuat saya kekeringan ide. Sehingga saya harus memutar otak kuat-kuat, untuk mencari inspirasi dengan cara apa saja, pokoknya bisa menghadirkan ide yang bisa saya tulis. Mulai dari aktivitas sehari-hari, membaca buku ringan yang ada di rumah, menonton berita di tv, merenungkan setiap kejadian yang memungkinkan untuk dijadikan topik tulisan, sampai hal-hal yang sangat remeh sekalipun, dan lain sebagainya. Yang terpenting, bisa menjadi ide untuk ditulis, demi sebuah karya tulis. 

Kekeringan ide itu, kerap kali mendorong saya untuk mengabil jalan pintas, sesekali melihat-lihat tulisan yang ada di internet, artikel-artikel yang betebaran dan  beraneka-ragam topik itu, seakan melambai-lambai untuk saya Copas, tubuh sudah capek, ide tidak kunjung datang, sudah larut malam, dan kantuk pun ikut melanda. Rasanya ini adalah jalan yang tepat untuk hadirnya sebuat tulisan. Tetapi, saya masih bersyukur, masih diberi pikiran yang jernih, apalah artinya saya belajar menulis, jika saya harus mengambil jalan pintas itu, ini pasti hanya bujuk rayu setan saja. Wajib saya lawan.   

Dalam proses belajar menulis ini [sebab, kering dan terbatasnya gugusan ide yang saya miliki], yang saya coba kukuhkan adalah, saya harus berani memulai menulis dari hal -hal yang sangat sederhana sekalipun, yang terpenting saya di sini belajar mengolah dan  menyusun kata secara istiqamah, sampai tulisan saya mudah dipahami dan enak dibaca. Seiring berjalannya waktu, dengan rajin membaca saya yakin tulisan yang saya hasilnya akan bermutu sekaligus berbobot, seiring perjalanannya waktu belajar menulis.  Dari pada saya harus  mengejar bobot, tetapi lupa akan kejujuran dalam menulis, yang akhirnya kebiasaan dan kecenderungan untuk selalu Copas akan sulit dihindari, karena menjadi karakter buruk saya. 

Sebagaimana yang sudah mafhum, Copas karya tulis orang lain, yang kemudian diakui sebagai tulisan pribadi, dalam dunia literasi disebut plagiasi. Kegiatan seperti ini juga banyak terjadi di kalangan akademisi, bahkan penulis produktif dan dosen juga ada yang terjerembab pada jurang kebodohan plagiasi ini, sebagaimana kasus plagiasi yang telah dicontohkan oleh Dr. Ngainun Naim dalam bukunya The Power of Writing. Menurut cacatan Beliau ini, bahwa plagiasi merupakan perilaku yang kurang terpuji, [Naim, 115]. Jika kita membaca keseluruhan contoh kasus plagiat yang  dipaparan pada bab IV sub ke 4 itu [Habitus Plagiasi], kiranya tidak berlebihan, jika saya menyimpulkan bahwa plagiasi bukan hanya sekedar tindakan yang kurang terpuji, tetapi juga akan merugikan, bagi karir seorang penulis. 

Saya menjadi tambah yakin bahwa plagiasi adalah bagian dari prilaku kurang terpuji. Yaitu, saat awal mulai membuat blog, karena tidak ada yang membantu, beberapa kali saya mencoba membuka tutorial cara membuat blog yang ada di youtube, mulai dari cara daftar sampai cara mengisi kolom setting, dan seterusnya, beberapa chanel youtube saya putar dan simak dengan cermat. Mas youtuber beberapa kali mengingatkan "Setelah mempunyai blog, tugas Anda sekarang adalah mengisinya dengan artikel dan tulisan setiap hari, yang dibanyakin tulisannya, jangan fotonya".

Mas youtuber itu, pada pesan selanjutnya juga menuturkan, "jika Anda mengisi blog dengan tulisan, pastikan yang anda unggah adalah karya anda sendiri, karena jika Anda mengisinya dengan cara Copas/plagiat, itu akan sangat merugikan Anda, terlebih bagi orang lain, kususnya penulisnya". Sampai hari ini, saya masih ingat betul kata-kata itu. Apalagi, ditambah keterangan dari buku, yang pada bagian tertentu memaparkan tentang pentingnya membangun spirit menulis, serta memaparkan contoh kasus plagiasi yang merupakan perilaku kurang terpuji itu.

Jujur, saya sangat sepakat dikatakan bahwa spirit kepenulisan merupakan ruhnya menulis. Spirit inilah yang menentukan proses kepenulisan seseorang apakah akan terus berkembang atau berhenti, [Naim, 25]. Akan tetapi spirit menulis itu, akan menjadi lebih mulia jika disandarkan pada nilai kejujuran dalam menulis. Menulis jujur, bagi saya adalah sebuah keniscayaan dan tantangan tersendiri, karena ia akan menjadi motivasi terbangunnya spirit membaca, refleksi, dan segala aktivitas yang dapat menghadirkan ide menulis. Dengan demikian, kecenderungan untuk Copas tulisan orang lain akan tersingkirkan dengan sendirinya.

Saya juga tidak tahu, akan seperti apa, perjalanan sinau menulis ini di hari-hari selanjudnya, yang terpenting “hari ini” saya kerjakan dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab, ini bagi saya, sudah lebih dari cukup. Hanya satu keyakinan saya, bahwa karakter seseorang juga akan sangat ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan, jika kebiasaan itu bagian dari nilai positif, besar kemungkinan akan membentuk karakter yang mulia. Begitu juga sebaliknya, jika kebiasaan itu bagian dari nilai negatif, besar kemungkinan akan membentuk karakter yang kurang baik, receh

Tulisan ini, adalah bagian dari cara saya untuk memotivasi diri pribadi saya sendiri, bahwa segala aktivitas apapun [termasuk menulis] musti dilandasi dengan spirit “Kejujuran”. 

Guyonan; Suatu ketika, ada yang berkomentar, Kang, mengapa argument yang sering kamu gunakan kok Cuma dari bukunya Dr.Ngainun Naim saja? Yang lain mana?, ya, [sambil tersenyum] saya jawab; Memang buku tentang menulis yang saya miliki, hanya itu, tidak punya yang lain, itu saja saya sudah bahagia, dan bisa belajar menulis. Hehe

04 Juni 2020, Punjul-Karangrejo-Tulungagung.

6 comments:

  1. Replies
    1. Terharu tetangganya pak kasian... Kwkwkw... Siap pergi ke toko buku lowakan Dok, Hunting buku...

      Delete
  2. Tulisan Ustafz menginspirasi sy, semoga sy juga kuat terhindar dari plagiasi, mental rwceh h h h

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap... Monggo sareng-sareng terus menulis Buk...

      Delete
  3. Konsisten dengan idealisme dalam nenulis

    ReplyDelete
  4. Sip.... Bagi penulis dpt menyelesaikan tulisan adalah suatu kenikmatan terlepas dari komentar orang, karena menikmati proses itu lebih bermakna

    ReplyDelete

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...