S u b a d i
Bismillah. Pasti tidak mudah bagi seorang anak laki-laki yang ditinggal untuk selamanya oleh Bapaknya saat masih kecil, sedangkan ia adalah anak laki-laki tertua dalam keluarga. Kini ia harus menggantikan peran Bapaknya menjadi tulang punggung kelurga untuk membantu Ibunya mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kini tinggallah seorang Ibu, dia, dua kakak perempuan, satu adik laki-laki, dan satu adik perempuan.
Lima bersaudara itu usianya berdekatan, bahkan saat dia ditinggal untuk selama-lamanya oleh sang Bapak, ia masih sangat belia, masih blm cukup usia 10 tahun, baru saja masuk sekolah dasar. Memang ayahnya saat menikah dan mulai membangun bahtera rumah tangga usianya sudah tak muda lagi.
Subutlah Imam Safari, itu nama ayahnya yang pergi untuk selamanya. Sedikit berkisah tentang sosok hebat ini, mulai kecil beliau hijrah ke banyuwangi untuk keperluan thalabul ilmi, entah berapa tahun waktu yang beliau habiskan untuk menimba ilmu agama sekaligus mengabdikan diri kepada sang Kyai.
Hingga suatu saat, sangking lamanya dan tak kunjung pulang kampung, keluarga yang ada di rumah dilanda kegelisahan, apakah ia masih hidup atau sudah meninggal dunia, semua kelurga tidak ada yang tahu pasti, tidak ada kemampuan untuk mencari tahu kabar tentang Safari muda.
Sebab terlalu lama menunggu dan tidak ada kepastian akan kabar Safari, kala itu keluarga sepakat dan meyakini dengan sepenuhnya, pasti ia telah meninggal dunia, kehadirannya tak bisa diharapkan kembali. Mungkin ini adalah takdir yang telah digariskan oleh Allah untuk keluarga itu, kehilangan salah satu anggota keluarga yang mereka sayangi dan sangat diharapkan kepulangannya, namun sudah begitu lama mereka menunggu, tetap saja Safari tak kunjung kembali pulang.
Akhirnya sebagai penghormatan terakhir untuk Safari yang dianggap telah meninggal itu, keluarga mengadakan hajatan, yakni slametan. Sebagaimana tradisi yang sering dijumpai tatkala ada anggota keluarga yang meninggal. Kerabat berkumpul untuk menggelar acara slametan, rumah mulai ramai tetangga yang berkumpul untuk membantu menyiapkan hidangan, beberapa makanan ringan mulai dibikin, mendut, apem, pisang goreng, jadah, kucur, lemet, dan lain-lain.
Sebagaimana kebiasaan yang sudah menjadi tradisi, beberapa tetangga diundang hadir ke rumah sederhana itu untuk ikut berdoa dan membacakan amalan tahlil bersama, yang akan dihadiahkan kepada Safari yang diyakini telah meninggal dunia itu. Acara akan dimulai setelah shalat maghrib. Kini waktu menunjukkan pukul 17.15 seluruh hidangan yang akan disajikan kepada tamu undangan sudah siap, sepertinya tidak ada yang kurang satu pun.
Alhmdulilah, acara doa dan tahlilan bersama berjalan dengan lancar dan penuh khidmat, harapan keluarga, semoga Safari bisa tenang menghadap Allah, diampuni semua khilaf dan diterima semua amal kebajikannya. Semoga rahmat Allah selalu menyertainya, begitulah kira-kira harapan keluarga kepada Allah SWT.
Sangking tulusnya keluarga dan keyakinan akan keadaan Safari, akhirnya Safari mendapatkan isyarat yang tak lazim, ia tak merasa makan apem, memang ia tidak makan apem sama sekali. Namun, ia muntah apem beberapa kali, ia terkejut, bingung, dan keget. Karena ia merasakan hal yang aneh dan tak wajar itu, kemudian ia sowan kepada Kyai dan mengadukan kejadian aneh itu untuk minta isyarat, apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Bersambung.....