S u b a d i
Bismillah. Hati dan kehidupannya laksana gunung besar yang menjulang tinggi, sejuk dan indah. Terlebih jika dipandang dari kejauhan, setiap mata yang memandang akan meninggalkan kesan indah, sejuk, damai, hening dan penuh ketenangan.
Namun sesungguhnya, jika kita dekati di dalamnya terdapat hutan belantara, jejurangan, tebing curam, bahkan sungai-sungai yang bekelak-kelok hingga penuh bebatuan.
Hutan belantara juga identik dengan rimbunnya berbagai jenis pepohonan, ada yang berbuah ada yang tidak. Pohon yang berbuah pun ada yang dapat dimakan karena enak, manis, dan nyaman rasanya, namun tak sedikit juga yang beracun, bahkan bisa mematikan.
Begitulah keadaan kehidupan hati. Pada titik waktu tertentu hati bisa merasa bahagia, namun pada titik waktu yang lain juga bisa bersedih. Kadangkala terasa bersemangat untuk melakukan sesuatu, namun sekali waktu hanya tersisa rasa kemalasan.
Manusia sebagai pemilik hati, kayaknya tak bisa membebaskan diri dari rasa bahagia serta kesedihan, juga tak mampu menghindari kemudahan serta kesulitan. Tegasnya, setiap manusia hidup yang dianugerahi hati oleh Tuhan senantiasa memikul rasa bahagia juga beban penderitaan.
Pasti kita sudah tahu sifat air mengalir. Kebanyakan sungai berkelak-kelok, artinya kemana sungai berkelok di situ air mengikutinya hingga ke muara. Sepertinya, mustahil air menentang dan bisa kembali pulang ke sember asalnya, di atas bukit yang tinggi. Air yang mengalir itu, dalam perjalannya sering bertemu dengan bebatuan, dari yang kecil, sedang, besar, hingga kelokan tajam.
Hidup pun juga demikian, kita sadari atau tidak, tak selamanya kita selalu bertemu dengan sesuatu yang kita senangi, namun juga sering, bahkan sangat sering berjumpa dengan sesuatu yang sulit hingga menyibukkan pikiran. Seperti ujian hidup, cobaan, wabah, bertambahnya usia, sakit, dan berbagai warna kehidupan.
Kita hidup dan kaki berpijak di tengah tatanan norma, tradisi, hingga moral agama. Maka kemerdekaan kita tak sebebas yang selalu diharapkan. Tegasnya, tidak semuanya boleh melakukan sesuatu hal sekehendak pikiran dan keinginan kita. Kita berjalan, bertindak senantiasa terikat oleh tatanan yang ada, demi terciptanya keseimbangan.
Namun demikian, bukan berarti kita tak bisa menjelmakan hati menjadi sebening embun di pagi hari. Salah satu kuncinya adalah senantiasa berfikir positif di setiap suasana dan keadaan. Sebab dengan berfikir positif akan lebih mendekatkan kepada kebahagiaan, hidup menjadi lebih terasa hidup, dan hati pun menjadi bening dan lembut.
Sungguh berbeda dengan kita yang merawat berfikir negatif. Sebab hanya akan menyisakan ketakutan, gelisah, sakit, hingga kesengsaraan. Kesedihan yang tak kunjung purna hanya akan menggangu ketenang hati. Membayangkan keburukan hanya akan menguras energi pikiran, ia akan habis untuk hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan.
Tugas kita hari ini adalah senantiasa berusaha menjalankan hidup dengan sebaik-baiknya. Menatap hari esok dengan doa, ihtiyar, dan husnuddzan. Wallahu a'lam bisshawab.
Punjul, 7 September 2020
mantabek...
ReplyDeleteNiki dleming Pak. .. Cari2 inspirasi menulis.. .
DeleteHati....
ReplyDeleteHati-hati dengan hati...
Jaga hati agar lisan juga terjaga..