google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': February 2021

لا ‏تفسدوا ‏في ‏الارض ‏بعد ‏اصلاحها ‏ ‏


🆂🆄🅱🅰🅳🅸

𝓑𝓲𝓼𝓶𝓲𝓵𝓵𝓪𝓱. Pada kesempatan ini masih dalam suasana prihatin menyaksikan saudara sebangsa yang dilanda musibah banjir. Siaran televisi setiap hari menyajikan berita di beberapa wilayah Indonesia mengalami banjir. Banjir yang terjadi tak hanya menggenangi pemukiman mereka saja, namun juga merusak ladang pertanian, menghanyutkan harta benda, jalan ambrol, tanah longsor, dan juga sampai menelan korban jiwa.

Disadari atau tidak, percaya atau tidak, sejatinya semua itu bisa terjadi sebab ada suatu hal yang telah melatar belakanginya, yakni sebab adanya kekerasan manusia terhadap alam, kekerasan terhadap tanah dimana manusia tinggal dan hidup. Hal ini musti menjadi perhatian serius dan segera dicarikan solusinya.

Membincang soal kekerasan terhadap tanah seringkali terlupakan atau jangan-jangan memang sengaja dilupakan sehingga tidak menjadi perhatian dan menjadi diskusi yang serius untuk dicarikan solusinya. Kenyataan bicara bahwa dampak yang ditimbulkan begitu serius dan dahsyat. Tidak hanya menimpa mereka yang melakukan kekerasan saja, namun masyarakat kebanyakan juga ikut terkena getahnya. 

Kekerasan terhadap tanah berarti memaksa tanah untuk memproduksi diluar kemampuannya. Melihat fenomena banjir dan tanah longsor terjadi di mana-mana menjadi petanda bahwa telah terjadi kekerasan terhadap tanah yang sudah meluas di negara tercinta ini, Indonesia. Nampaknya, aktivitas memaksa tanah untuk terus memproduksi di luar ambang batas kemampuannya ini tak disadari bahwa itu suatu kekerasan. Yang penting mengolah dan menghasilkan produk yang melimpah demi materi semata.

Kini aktivitas pertanian tidak hanya terjadi di sawah dan ladang pada dataran rendah saja, namun hutan yang dulunya rindang dengan pepohonan besar dan kokoh kini sudah sangat berubah, berganti menjadi ladang pertanian dengan tanaman-tamanan kecil yang tak mampu menahan air hujan. Tanahnya pun menjadi rapuh dan mudah longsor saat terguyur oleh hujan yang lebat. 

Disamping itu, yang dulunya para petani masih menggunakan cara-cara sederhana dan tradisional untuk menggarap sawahnya, kini pola pertanian yang mereka jalani sudah jauh berubah dengan menggunakan bahan kimia non-organik yang sangat tinggi, pupuk kimia, pestisida, fungisida, dan herbisida misalnya. Sejatinya, jika mau merenungkan pola pertanian yang berlebihan itu selain dapat menyiksa tanah juga merusak ekosistem tanah sampai menimbulkan kerugian kesehatan manusia itu sendiri. 

Walhasil, meskipun semuanya telah terjadi, sebagai orang yang beriman pantang untuk berputus asa. Semampu yang bisa diusahakan sudah sepatutnya untuk terus berihtiyar demi melestarikan alam, sehingga kembali terjadi keseimbangan. Sebab, sudah berkali-kali Al-Qur'an mengingatkan " Laa tufsidu fil'ardi ba'da islahiha". [Jangan merusak bumi ini setelah ditata dengan baik]. Semoga bermanfaat. Amiin. 

Punjul, 14 Februari 2021

"Malas" Adalah Pikiran Setan

S u b a d i

Bismillah, tentu kita pernah menjumpai orang yang ada di sekitar kita terlihat pasif dan tidak ada gairah saat beraktivitas atau jangan-jangan, malah kita sendiri sering merasa malas, diam, kurang serius menjalani kehidupan, tidak peduli dengan sekitar, abai dengan yang lain, dan sebagainya. 

Jika demikian, apa yang bisa diharapkan dari orang yang terjangkiti pikiran malas? Jika ada, pasti hanyalah masalah. Hehe

Sebagai guru, pasti pernah mendengar alasan dari siswanya yang tidak mengerjakan tugas sekolah karena beberapa alasan, listrik sedang padam, kuota internet habis sehingga tak bisa menerima pelajaran daring, diajak pergi ke luar kota oleh orang tua, tidak punya buku paket, dan sederet alasan lainya.

Sejatinya, sepanjang di dalam diri seseorang masih menyala semangat belajar, tentu ia akan terus berusaha untuk bisa belajar meskipun banyak hal yang menjadi rintangan. Listrik padam, paketan habis, dan alasan lain itu tak akan bisa meredupkan semangat belajarnya. 

Namun, sepertinya jika seseorang sudah terjangkiti pola pikiran setan yang berupa sifat malas ini, didorong dan dimotivasi seperti apapun sulit akan berubah. Kalaupun mau belajar dan mengerjakan sesuatu biasanya dasarnya hanyalah karena terpaksa. Ya, terpaksa barangkali masih lebih bagus dari pada tidak sama sekali. Hehe, dengan harapan suatu saat mendapat hidayah

Tetap saja, seseorang yang melakukan sesuatu dengan terpaksa, dapat dipastikan tidak akan melakukannya dengan sepenuh hati dan hasilnya tidak akan menjadi produk yang maksimal. Malas hanya akan membuat seseorang kehilangan gairah dan semangat menjalani kehidupan. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa malas merupakan bagian dari sifat tidak terpuji. Malas itu sifat tercela. 

Misalnya lagi, pernah kita mendengar dan melihat pemberitaan di televisi tentang sidang anggota DPR. Tidak sedikit para anggota DPR yang mangkir kalau sidang, banyak kursi sidang kosong. Kalaupun datang ada saja anggota DPR yang terlihat aneh dan menggelitik, mereka masuk ruang sidang, duduk, ada yang bermain HP, mengantuk, dan bahkan tertidur pulas. Hehe. Mereka malas mengikuti sidang yang urgen itu. Meskipun mereka sudah sering dikritik, namun tetap saja ada yang bermalas-malasan saat sidang. Ini cermin bahwa mereka sudah terjangkiti pikiran setan berupa malas. 

Ah, kok malah ngelantur membicarakan orang. Hal serupa juga dialami penulis, betapa tidak "menulis" merupakan salah satu aktivitas yang menjadi komitmen penulis kala itu. Penulis meyakini sepenuhnya bahwa menulis adalah bagian dari proses belajar, menjalaninya dengan suka cita dan ikhlas pasti akan bernilai ibadah. Sehingga aktivitas menulis akan terus dirawat selamanya. Namun, kenyataan berkata lain, lebih banyak diam dan malas menulis ketimbang menulisnya. Ada saja alasan sehingga gagal memulai menulis, sibuk urusan kerjaan, rumah tangga, bisnis, tak punya ide, dan sederet alasan lainya. Jangan-jangan ini karena sudah kerasukan pola pikiran setan, yakni malas, ah... kasian setan jadi kambing hitam melulu. 

Walhasil, malas memang penyakit berat, namun bukan berarti tidak bisa diatasi, sepanjang kita mau berubah. Selalu ingat bahwa malas merupakan bagian kecil dari pola pikiran setan yang harus dihindari. Sehingga dalam menjalani aktivitas sehari-hari terasa bersemangat dan bergairah. Tentu hasilnya pun akan menjadi lebih maksimal. Malas... Lenyaplah! 

Punjul, 13 Februari 2021

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...