google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': Santri Mbeling [Manipulasi Ijazah dari Kyai]

Santri Mbeling [Manipulasi Ijazah dari Kyai]


Subadi

Istri yang berada di kejauah saat ini sedang sakit, meski demikian ia tetap semangat masuk kerja demi menjalankan tugas yang diembannya. Seminggu anak-anak yang di rumah juga terserang batuk, pilek, hingga demam. Namun, alhamdulillah anak-anak itu tetap menunjukkan semangatnya. Syukur pula kesehatan mereka berangsur membaik dan bisa bersekolah lagi. Suaminya, tetap tegar membersamai anak-anak yang masih kecil-kecil itu. Rasa capek lelah akan sirna menjauh karena semua dijalankan dengan ikhlas, hakikatnya semua itu adalah tugas harus diembannya. Urusan rumah, anak, dan kerja menjadi prioritas utama, senyampang semuanya sudah menjadi keharusan yang musti diselasaikan dengan sebaik-baiknya. Segala urusan akan serasa ringan dan bisa selesai selagi tempat bersandar dan berserah diri hanyalah Allah semata. Melibatkan Allah dalam setiap urusan adalah mutlak baginya. Dan aslinya si ayah juga tidak sedang prima kesehatanya, alias gregesi.

Mengamati, mendengar dan merenungkan akan kehidupan ini terasa begitu unik, hingga bisa diambil  menjadi pelajaran bagi siapa saya yang mau berfikir. Kehidupan di dunia ini memang lengkap dengan berbagai macam pernak-perniknya. Ada kisah seorang anak yang nyantri di salah satu pesantren yang Kyainya tersohor akan kemuliaan yang beliau miliki. Menurut cerita, Kyai ini semasa mudanya selain rajin nyantri dan berguru kepada Kyai-kyai ternama pada masanya itu, beliau juga termasuk orang yang suka mengamalkan wirid atas ijazah yang diperoleh dari Kyainya. Sehingga, pada masa beliau sudah terpandang menjadi seorang Kyai dan mengasuh ratusan santri, ia banyak menjadi rujukan masyarakat yang ingin mendapat berkah ilmu dan hikmah-hikmah yang Kyai miliki. Banyak orang yang punya urusan hidup datang untuk minta do'a atau petunjuk dari beliau.

Kegiatan ngaji sudah menjadi kegiatan wajib bagi setiap pesantren di nusantara ini. Konon santri ini jarang sekali absen dalam mengikuti majlis ngaji kitab bersama Kyainya. Pokok tidak mudik dia selalu berusaha istiqomah ngaji bersama Kyai. Apapun yang disampaikan Kyai ia catat di pinggiran kitab yang digunakan ngaji saat itu. Makna Gandul tentu sudah menjadi kelaziman, namun ada hal-hal di luar materi inti yang di sampaikan Kyai secara umum maupun kusus. Biasanya di sela-sela membacakan kitab Kyai memberikan amalan atau wirid yang bisa diamalkan dan mempunyai kasiat jika dilakukan secara istiqomah. Baik waktu dan hitungannya.

Santri itu tidak pernah sekali-kali menjumpai Kyainya saat memberikan ijazah wirid itu boleh dipergunakan untuk hal-hal yang tidak baik atau merugikan orang lain. Semuanya murni untuk kebaikan dan ketenangan pribadi santri. Seabagai wasilah cepat hafal nadzom, mudah menerima pelajaran, pagar diri dari mara bahaya, mengobati orang sakit, mengawali membangun rumah, agar cepat terkabul segala harapan, dan lain sebagainya. Misalnya.

Namun pasti ada saja santri yang mbeling yang menggunakan amalan wirid untuk hal hal yang lain dan tentu tidak sesuai dengan petunjuk Kyai nya. Santri itu rumahnya jauh dari pondok sehingga ia mukim di pondok. Pulang kampung biasanya ia naik bus kota, setelah itu transit naik angkutan yang biasa masuk ke pelosok desa dan sampai di depan rumahnya.

Pada suatu saat, sehabis mengamalkan ijazah wirid dari Kyainya, setidaknya sudah ia amalkan selama 3 tahun, ia berfikir ingin mencoba amalan itu untuk mengelabuhi kernet bus yang ia tumpangi. Bus saat itu penuh dengan penumpang, mulai orang umum, pelajar, dan tak lain adalah dirinya di dalam bus itu. Sudah semestinya, bahwa siapa saja yang naik bus pasti akan ditarik sejumlah uang sebagaimana tertera pada kertas tiket bus. Tentu semua penumpang memberikan ongkos naik bus. Namun, santri mbeling itu, coba memandang kernet dan melafalkan 7 kali amalan yang telah ditirakati tersebut. Walhasil kernet bus hanya melongo memandang si santi itu. Entah apa yang terfikir di benaknya, kernet itu tak jadi meminta ongkos kepadanya. Sampai bus berhenti diterminal, pak kernet itu seakan terlihat gelisah hanya memandangi santri tanpa arah yang jelas.

Pernah suatu ketika, ia ingin berkunjung ke rumah temannya di luar kota. Ia coba memberanikan diri naik sepeda motor meskipun tak punya SIM. Dengan perasaan dag dig dug ia tetap melanjutkan perjalanan ke rumah temannya itu. Sebenarnya ia sangat kawatir jika diperjalanan ada penertiban SIM dan surat-surat kendaraan. Terkait surat montor tidak ada masalah, tanggal surat motornya masih berlaku, tidak mati pajak. Namun, masalahnya di SIM nya. Santri itu belum punya SIM selama ia punya motor sendiri. Kekawatiran itu ditengah perjalanan terjawab sudah, ada patroli penertiban surat kendaraan dan SIM. Mengetahui hal ini ia sangat kaget, namung dia punya jurus terakhir untuk mengelabuhi pak polisi, sebelum dihentikan oleh polisi ia coba membacakan amanal yang sama itu sebanyak 7 kali dan ditiupkan pada KTP yang dia punya. Saat dicek kelengkpan surat-suratnya oleh polisi ia berikan surat montor dan saat diminta SIM ia berikan KTP. Walhasil KTP sudah dicek, dilihat-lihat, bahkan sampai dibolak balik dia lolos dari masalah ini. KTP yang berikan mungkin seakan berubah menjadi SIM. 

Dua kejadian nyleneh sudah  dua kali dia jumpai, tidak jadi bayar tarikan bus dan KTP seolah terlihat menjadi SIM. Suatu ketika kejadian itu ia ceritakan kepada teman-temanya, dan walhasil ada satu teman yang tidak percaya akan peristiwa tersebut dan kemudian mengajukan tantangan kepadanya. Dia bilang "saya tidak percaya sebelum lihat langsung". Santri mbeling itu lantas menerima tantangan temannya "ayo kita coba, apa maumu" ? . Temannya itu merogoh saku dan mengambil uang di dalamnya. Uang yang dimilik saat itu sebesar Rp. 20.000 . Ia mengajak santri mbeling pergi ke sebuah SPBU untuk ikut membeli bensin. Santri itu dengan percaya diri menyanggupi permintaan temannya. Ia minta uang Rp.20.000 itu dibelikan besin sebesar Rp. 15.000 dan ia ingin kembalianya Rp.35.000 . wah.... dengan penuh keyakinan santi mbeling itu lalu membacakan 7 kali amanal yang sama dan ditiupkan ke selembar uang tersebut. Kemudian, terjadilah transaksi dengan petugas SPBU seperti adanya. Benar, petugas itu memberikan uang kembalian sebesar RP.35.000. Artinya, kayaknya uang Rp.20.000 itu dia anggap Rp. 50.000. Melihat kejadian ini si teman baru percaya dan tertawa besar. hahaha.

Boyolangu, 25 Januari 2022

 

 

No comments:

Post a Comment

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...