SUBADI
Entah mulai kapan, budaya bagi-bagi angpao saat hari raya Idul Fitri ini dimulai. Seingat saya, setiap kali lebaran, tradisi ini selalu saya jumpai, betul-betul saya rasakan. Sebagai seorang anak kecil menerima angpao dari orang-orang tua terdekat itu sebuah kegembiraan yang luar biasa. Tak pernah memikirkan besar-kecilnya nilai uang yang saya terima. Sekali diberi rasanya sangat senang, saya - juga yang lain- sehabis menerima pemberian itu, selalu membalas dengan ucapan "matur suwun, [terima kasih]". Sebagaimana yang selalu diajarkan Orang Tua, menerima dengan sopan, tidak boleh dibuka di depan yang memberi, masukkan ke dalam saku, dan kalau diberi bilang terima kasih. Itu saja !.
Tak pernah saya memikirkan, tradisi itu -bagi angpao- tujuannya apa. Sebagai anak kecil hanya bisa merasakan kegembiraan, kesenangan dan optimisme untuk selalu bisa bertemu dengan lebaran di tahun-tahun yang akan datang. Saya, hampir tidak menemukan orang tua, terutama orang tua Bapak dan Ibu [ Embah ], saudara-saudaranya, seluruh kerabat Bapak dan Ibu, tetangga, dan famili-famili yang lain, yang luput dari memberi angpao. Bisa dipastikan, sekali bertamu saat ba'dan/silaturrahmi lebaran, mereka selalu memberi angpao kepada saya, juga saudara-saudara yang lain, utamanya yang masih anak-anak. Sungguh peristiwa bagi angpao itu rasanya semakin menyempurnakan kebahagian di hari nan fitri itu.
Ternyata, menerima angpao itu, tidak hanya saya rasakan saat masih anak-anak, bahkan saat duduk dibangku Aliyah saja masih sering diberi angpao, meskipun yang memberi tak sebanyak dulu, setidaknya yang bisa saya ingat adalah, Mbah putri-Mbah Katijah- [ibunya Bapak], pak Rois Amin [adiknya Bapak], Mbok Hj. Martiamah [adik perempuan bapak], Mbokde Tun [kakak perempuan Bapak], Pak Muyakin [ adiknya ibuk], Mbokde Kat [kakak perempuan ipar Ibu saya], dan beberapa yang tidak bisa saya ingat dengan jelas. Ini orang-orang tua yang selalu memberi saya angpao hingga dewasa. Bagiku mereka orang-orang yang hebat, sudah selayaknya saya selalu mendoakan, semoga beliau-beliau itu selalu diberi kesehatan dan rezeki yang barokah. Amin.
Kini, saya sudah berumah tangga, dan mempunyai dua orang putra. Saya sudah mampu berfikir, tentang makna bagi-bagi angpao itu. Bagi saya, tradisi itu bukan lah sesuatu yang negatif, sama sekali tidak. Saya mencoba berfikir untuk memahaminya dari sudut yang positif. Bagi angpao, sekecil apapun nilanya, yang hendak diberikan kepada anak-anak famili itu, adalah bagian dari wujud kasih sayang, persaudaraan, semangat berbagi, manifestasi rasa syukur bisa melewati puasa ramadhan 1 bulan penuh, dan utamanya adalah pelajaran bahwa kita sama sekali tidak boleh melupakan tali keluarga, hingga kapan pun. Sungguh indah, jika kita selalu berfikir positif tentang bagi angpao ini.
Bahkan, di hari Raya Idul fitri ini, jauh-jauh, Nabi Muhammad telah menegaskan, tentang kepada siapa sejatinya zakat fitrah itu musti diberikan, dan tujuannya apa?. Di dalam Kitab Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Maqsud, Karya Ibnu Rusyd, Jilid 1 bagian Kitab Zakat, fasal v, menyebutkan hadis Nabi yang artinya "Cukupi mereka pada hari ini, Jangan sampai meminta-minta" [H.R. Muslim dan Tirmidzi]. Ini terkandung tujuan, jangan sampai ada orang fakir yang kelaparan di Hari Kemenangan ini, Idul Fitri. Sehingga pesan ini, menjadi salah satu pijakan hukum kepada siapa zakat fitrah hendak diberikan.
Mungkin hadits tersebut tidak relevan dengan bagi-bagi angpao di saat lebaran. Iya, secara tektual saya sepakat, memang hadits itu, sama sekali tidak diperuntukkan menyikapi bagi-bagi angpao. Secara pribadi, saya hanya mampu berfikir, bahwa Idul Fitri adalah hari dimana seluruh umat muslim -siapa pun itu- berhak dan layak merasakan kebahagiaan paripurna, dan tidak ada yang merasa kekurangan sedikitpun saat itu. Baik pakaian, makanan, dan soal rasa.
Dari sini, pelajaran yang dapat saya ambil adalah, semangat berbagi itu musti kita tunjukkan di hari yang fitri ini, -hari kemenangan- sebiasa yang kita mampu. Berbagi angpao pada sanak saudara, berbagi kepada tetangga yang membutuhkan, berbagi dengan orang tua, dan berbagi kepada siapa saja. Terserah yang kita bisa.
Lebaran kali ini, memang beda dengan tahun-tahun yang lalu, sangat berbeda. Sehingga yang biasanya kita bisa kumpul, bertemu dengan sanak saudara di kampung dan saling berbagi angpao. Kini harus kita tahan dulu, semoga nanti saat yang tepat, rencana bagi angpao kepada sanak saudara bisa terlaksana, alhmdulillah, meskipun tidak banyak, niatan itu sudah ada, dan sudah kita tata sedemikian rupa.
Tulisan ini, bisa selesai karena ada peristiwa yang menghentak hati. Kira-kira tadi siang, jam 14.00, ada beberapa anak tetangga, ramai-ramai bersepedah, saya amati sambil jalan-jalan di depan rumah, mereka mampir lebaran di beberapa rumah tetangga yang cukup berada, saya lihat orangnya ada, pintunya di buka, mereka permisi masuk dengan suara yang cukup keras, diulang beberapa kali, tapi yang punya rumah tidak kunjung keluar, dan seperti itu terjadi beberapa kali. Mungkin si penghuni sedang berada di belakang, entahlah. Sampailah mereka di depan rumah saya, dan alhmdulillah, mereka saya hentikan. He, mandek sik, mampir sini, jajanku sik akeh [ hai, berhenti dulu, mampir sini, jajanan saya masih banyak], sambut saya. Mereka lantas menjawab, Enngeh Mas, [iya mas], dan kamipun masuk rumah, dan bincang-bincang sambil makan jajan, yang tertata rapi di meja. Mereka sangat sopan-sopan.
Saat itulah, entah kenapa saya teringat, lebaran saya waktu kecil. Dan tak selang kemudian, istri sudah pengertian dengan mereka, satu persatu diberi angpao, mereka hari ini pasti merasa senang, sebagai mana yang dulu saya rasakan. Alhmdulillah, lega sekali hari ini.
Punjul-Karangrejo, 25 Mei 2020.
Melatih dan membiasakan anak untuk "terima kasih" terhadap setiap pemberian orang lain tanpa melihat besar dan jumlah
ReplyDeleteUntuk yg tua, indahnya berbagi
Suwun pak...
DeleteAngpao nya rasa madu
ReplyDeleteNjih pak.. Manis bener
DeleteTiada yang lebih indah dari pada angpau..
ReplyDeleteLeres pakde...
DeleteMantap sudut pandangnya. Josh.....
ReplyDeleteNjih Pak... Siap.
DeleteBerbagi--apa pun bentuknya--adalah kunci sukses dalam hidup.
ReplyDeleteAamiin... Suwun Pak...
DeleteBagi2 rejeki... Ben ditambahi Karo sing ngecet Lombok..
ReplyDeleteHehe.. Njih pak... Alhmdulillah, pun mulai komen tinggal ngisi pak...
DeleteWah, senangnya sudah besar pun masih terima angpau
ReplyDeleteNjih pak... Pol polan senengee....
DeleteSaya tak kesana setelah hari raya, semoga angpao nya masih ada
ReplyDeletetak kesana? kok ambigu.... ke sana? opo tidak kesana? hayooooo
Delete