Subadi
Malam ini, seluruh negeri gemuruh dengan kumandang takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akabar, wa Lillahil Hamdu. Sebagai tanda berakhirnya bulan suci ramadhan sekaligus dalam rangka menyambut bulan baru, yakni bulan Syawal. Semua umat muslim berbahagia hari ini, bahagia karena bisa melewati masa-masa latihan menata hati, melawan hawa nafsu, dan berlatih taqarrub billah. Satu bulan penuh, semua umat muslim yang taat melaksanakan ibadah puasa serta qiyamul lail - Taroweh, Tadarrus, Zikir, Tahajud, Iktikaf dan lain sebagainya- . Semua dikerjakan dengan hati yang riang dan penuh kesungguhan. Menunaikannya semata-mata sebagai manifestasi ketaatan seorang hamba kepada Sang Pencipta, Allah SWT.
Terlepas dari keadaan yang serba terbatas saat ini, akibat pandemi Corona, dengan penuh kesadaran seluruh umat muslim yang taat, mampu melewati masa latihan satu bulan itu - Ramadhan- dengan suka dan cita. Masa pandemi tidak harus menjadi penghalang untuk menjalankan puasa dan seluruh ibadah yang mengiringinya. Sebagian ada yang menjalankan tarowih di rumah masing-masing, dan sebagian yang lain ada yang menjalankannya di musolah dan masjid.
Berlarut meratapi masa pandemi bukanlah sesuatu yang baik. Yang terpenting adalah, tetap berusaha bersyukur kepada Allah, bahwa kita masih diberi kekuatan dan kesempatan untuk berlatih selama satu bulan itu, meskipun tak harus kita kerjakan di musola atau masjid. Karena sejatinya rumah kita adalah surga kita di dunia, sehingga rumah-rumah pun sangat layak sebagai tempat kita bertasbih dan bersujud kepada Allah SWT. Saat-saat seperti ini, sebebarnya juga sedang mengingatkan kepada kita akan fungsi rumah, yakni rumah sebagai tempat sujud dan beribadah. Tidak hanya sebatas tempat singgah dan merebahkan badan semata.
Sebagaimana yang sering kita ketahui, bahwa tujuan utama dari puasa adalah agar kita sekalian menjadi orang-orang yang bertaqwa. Taqwa adalah derajad yang tinggi di sisi Allah SWT. Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang menjadi "Pemenang" di sisiNya. Orang yang menang bagi Allah adalah mereka yang berhasil menjalankan semua perintahNya dan berhasil menjauhi segala laranganNya. Sungguh derajad ini hanya bisa dicapai oleh mereka yang mempunyai keimanan yang kokoh serta mendapat curahan pertolongan Allah SWT. Pemenang itu, mereka-mereka yang sebenarnya sedang dihendaki baik-khair- oleh Allah SWT. Sungguh beruntung menjadi pemenang.
Satu bulan penuh itu, kita -muslim taat- berlatih memerangi hawa nafsu kita. Mengendalikan segala keinginan duniawi yang fana'. Mengendalikan segala bentuk kemaksiatan- durhaka- kepadaNya, baik durhaka lisan, tangan, kaki, perut, akal, dan hati kita. Puasa yang hakiki, yang dikehendaki oleh Allah, tidak hanya cukup menahan lapar dan dahaga saja, tetapi jauh dari itu juga harus mampu mengendalikan segala bentuk keinginan nafsu, yang dapat merusak esensi puasa itu sendiri. Karena, meskipun kita mampu melewati 1 hari penuh itu dengan lapar dan dahaga, tetapi tidak mampu mengendalikan nafsu kita, dapat dipastikan puasa dan ramadhan itu tak akan bermakna apa-apa kecuali hanya rasa haus dan lapar, bahkan kelelahan semata.
Ramadhan adalah bulan berlatih. Jika saat berlatih saja kita tidak berhasil, maka dapat dipastikan tatkala bertarung di medan perang, kita tidak akan sanggup menaklukkan lawan kita. Lawan kita bukanlah bala tentara bergajah, bukan pula pasukan bermisil lengkap, lawan kita yang sesungguhnya adalah hawa nafsu kita sendiri, lawan kita adalah diri kita sendiri. Hakikatnya musuh sejati kita adalah hawa nafsu kita sendiri. Nafsu-nafsu yang mengajak kita untuk semakin jauh dari Allah SWT. Meninggalkan mengerjakan segala bentuk ketaatan, seperti shalat, zakat, thalabul ilmi, dan amal saleh lainnya. Serta mengajak kita untuk selalu berdusta, berkata kotor, menggunjing sesama, iri hati, dengki, sombong, dan segudang bentuk prilaku tercela lainnya. Itulah pernak pernik senjata nafsu yang sedang kita hadapi.
Medan perang kita sesungguhnya adalah hari-hari setelah bulan Ramadhan ini. Makanya saat idul fitri, biasa kita kenal dengan kembali fitri dan menyongsong kemenangan - Minal Aidin Wal Faizin- . Di situlah kita akan diuji oleh Allah, apakah hasil berlatih kita itu mampu menaklukkan musuh kita, -yakni nafsu kita- atau tidak. Dalam hal ini Allah telah memberi petunjuk ciri-ciri Pemenang yang sesungguhnya. Saya secara pribadi selalu berdoa, semoga kita semua mampu menaklukkan nafsu kita, sehingga kita layak menerima predikat sang Pemenang, yang tak lain adalah bagian dari manifestasi ungkapan -Al-Faizin- itu sendiri.
Dalam hal ini, Allah telah menegaskan dengan jelas, siapakah mereka yang menjadi Pemenang itu. Mereka adalah orang-orang yang termasuk dalam firman Allah SWT Surat Ali Imron, ayat 133 sampai 135. Mari kita tengok bersama-sama, Setidaknya ada 6 ciri-ciri Pemenang menurut ayat tersebut;
1] Pemenang adalah mereka yang menjadi harapan surga, karena selalu berusaha betaqwa.
2] Pemenang adalah mereka yang mau menginfakkan hartanya di kala lapang dan sempit.
3] Pemenang adalah mereka yang mampu menahan amarahnya.
4] Pemenang adalah mereka yang selalu memberi maaf kepada sesama.
5] Pemenang adalah mereka yang bila melakukan dosa segera mohon ampun kepada Allah.
6] Pemanang adalah mereka yang tidak meneruskan berbuat dosa takkala mereka tahu bahwa itu dosa.
Sungguh, selain ayat tersebut masih banyak ayat Al-qur'an yang megajarkan kita akan ciri-ciri Pemenang. Dengan senantiasa memohon kepada Allah, semoga ibadah kita, latihan kita di Ramadhan ini, dapat berhasil dan mampu menaklukkan hawa nafsu kita selama satu tahun yang akan datang, mungkin juga selamanya. Amin.
Punjul, Karangrejo. 23 Mei 2020
Terimaksih telah post tausiyah nya, Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
ReplyDeleteAlhmdulillah..pak...
DeleteSarra dan dharra'
ReplyDeleteMenarik untuk di ulas lagi
Mantap2... Insy... Itu akan satu topik menarik....
DeleteKulo sengaja global, karena mata wes rodok perih, dan wes puanjang.. Semoga ada kesempatan lagi untuk kita ulas...
DeleteLanjutkan
ReplyDeleteSiap... Lanjutkan, motivasi dan bimbinganya sangat diharapkan...
DeleteSoyo mantab tadz....semoga nafsu yang satu ini dibimbing oleh Nya. Nafsu bisa menjadi penulis mengikuti jejak Prof Ngainun Naim. Aamiin.
ReplyDeleteAamin.. Nafsu mulia...
Delete