google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': MEMBERI ITU KAYA, MEMBERI ITU PENUH HIKMAH

MEMBERI ITU KAYA, MEMBERI ITU PENUH HIKMAH



S u b a d i

“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”. Ini adalah potongan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, tergolong  muttafaq alaih. Kalimat yang sudah sering kita dengarkan mulai sejak kecil, sangat familiar di sekolah dan madrasah.  Dan bahkan tak sedikit yang menggukannya sebagai slogan motivasi.
Terkandung makna bahwa orang yang memberi lebih baik dari pada orang yang menerima. Pemberi berada di atas penerima. Maka tangan [derajat] pemberilah yang lebih tinggi sebagaimana yang dipesankan Nabi Muhammad. Dengan melihat kemuliaan memberi, sudah selayaknya untuk selalu diupayakan dan dibiasakan, sekecil apapun wujudnya tentu akan bermakna. Di  saat lapang maupun sempit.
Jika tangan kita terasa berat untuk memberi, setidaknya kita masih bisa meringankan lisan kita untuk mendo’akan, menasehati, dan menyemangati sesama. Memberi menjadi susuatu yang sangat penting dalam kehidupan sosial, sebab ia menjadi bagian dari khlak mulia seseorang. Tegasnya, orang yang berakhlak mulia akan gemar berbagi kebaikan serta menafkahkan sebagian harta yang dimiliki  untuk membantu sesama dan beramal di jalan Allah.
Sikap selalu berbuat baik kepada sesama merupakan sikap yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Sejalan juga dengan dawuhnya Allah dalam surat Al-Lail 5-7; yang artinya “ Maka barangsiapa memberikan [hartanya di jalan Allah] dan bertaqwa, dan membenarkan [adanya pahala] yang terbaik [surga]. Maka Kami kelak akan menyipakan baginya jalan yang mudah”.
Jika kita renungkan ayat di atas, setidaknya Allah sedang menerangkan tentang tentang tingkah laku manusia, pertama manusia yang suka memberi, kedua manusia yang selalu berupaya bertaqwa. Orang yang suka memberi sejatinya tidak hanya terbatas pada tataran rupiah saja, akan tetapi dalam makna yang lebih luas memberi adalah menolong, yang wajib tidak luput, yang sunnah selalu diperjuangkan dan diupayakan. Bertaqwa, sebagaimana yang sudah mafhum memberi pengertian bahwa takut mengabaikan perintah Allah dan melanggar larangannya.
Konsistensi keimanan seorang muslim dalam dimensi kemanusiaan dapat diwujudkan dalam sikap dermawan dan ketulusan bagi sesama. Dalam konteks materi, tentu kemampuan seseorang dalam berbagi tidak akan sama, bagi mereka yang mempunyai kelebihan harta akan sangat mudah berbagi harta, dan tidak menutup kemungkinan bagi sebagian yang lain akan terasa sulit dan berat. Maka berbagi di sini, dimaknai secara luas, dengan doa, ucapan  yang baik, memotivasi, bantuan tenaga, curahan ilmu,  dan tentu dengan harta itu sendiri. Dalam terminologi yang lain berbagi juga berati sedekah.
Saya sangat tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Kyai H. Agoes Ali Mashuri, yang berhasil saya catat, Beliau memaparkan setidaknya ada tujuh manfaat sedekah ;
Pertama, sedekah itu memperkuat keimanan seseorang. Keimanan seseorang tidak cukup pada tataran lisan saja, dengan bersaksi bahwa dirinya beriman lantas kucup, tidak demikian. keimanan musti diwujudkan dalam praktek di kehidupan nyata. Salah satunya adalah sedekah. Kasadaran dan kemauan untuk berbagi kepada sesama hanya semata-mata karena Allah.
Kedua, sedekah dapat menumbuhkan rasa empati sosial. Gus Ali menyatakan bahwa esensi dari konsep sedekah adalah memberikan apa yang kita punya, baik materiil maupun non materiil untuk orang yang lebih membutuhkan. Jelas, perilaku mulia ini [sedekah] tentu mensyaratkan adanya sesuatu yang diberikan dan juga siapa yang hendak diberi. Bagi orang yang memberi, perilaku dermawan ini akan melatih sikap empati terhadap orang lain.
Ketiga, sedekah akan menghindarkan diri dari sikap meterialisme. Ini sepertinya kusus bagi orang yang bersedekah harta. Bagi mereka sudah barang tentu, secara fisik akan mengurangi jumlah harta yang ia miliki, akan tetapi pada hakikatnya adalah bertambah. Memberikan harta dengan Cuma-Cuma agar seseorang tidak mempunyai sikap gila harta.
Keempat, sedekah meningkatkan rasa syukur kepada Allah. Sangat sepakat, bahwa apa yang kita punya sebetulnya hanya titipan Allah. Kenikmatan yang kita peroleh dalam bentuk apa saja, semata-mata hanya karena izinNya. Mensyukurinya adalah sebuah keharusan, dan satu di antara jalan bersukur adalah sedekah.
Kelima, sedekah melatih berfikir positif. Ini bagi saya sangat luar biasa, dengan ketulusan dan keikhlasan dalam berbagi dan bersedekah, maka tidak akan ada rasa kekawatiran di dalam hati. Tidak takut kehabisan harta, tidak takut jatuh miskin, misalnya. Bersedekah sejatinya mengantarkan kita berfikir positif dalam praktek kehidupan nyata, sebagai manifestasi keimanan dalam dimensi kemanusiaan.
Keenam, sedekah menghindarkan dari sifat kikir. Sikap dan sifat kurang terpuji sejatinya musuh bagi orang yang beriman. Sebab ia selalu menghalang-halangi seseorang untuk berbuat kebajikan. Maka dari itu, sedekah menjadi sejata yang cukup ampuh untuk melawan sikap kikir ini. Kikir sudah selayaknya kita lawan sejak dini, sebab kikir yang terpupuk bisa mengantarkan kepada  sikap sombong, sikap yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Satu jalan untuk melawannya adalah dengan tulus berbagi dan sedekah.
Ketujuh, sedekah meningkatkan imunitas tubuh [kekebalan tubuh]. Gus Ali, memaparkan penenilitian seorang ilmuan, bahwa melakukan sesuatu yang positif akan memberi efek kesehatan kepada tubuh kita. Salah satu hal positif tersebut adalah sedekah. Wallahu a’alamu Bisshowab.
Sungguh, begitu indahnya hikmah berbagi, secara pribadi saya juga musti akui belum mempu berbuat banyak, bahkan masih sangat jauh. Akan tetapi bagi saya, dengan cara menulis seperti ini, sebagai pengingat kelupaan diri dan bahan refleksi untuk kita aplikasikan dalam kehidupan nyata. Yakinlah bahwa memberi itu kaya, orang yang takut miskin sejatinya ia telah jatuh miskin.   

Boyolangu, 16 Juni 2020


                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               


No comments:

Post a Comment

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...