S u b a d i
Tatkala membaca kisah
beberapa penulis produktif, waktu pagi menjadi waktu yang istimewa untuk
menulis. Menurut pengalaman penulis yang saya baca itu, waktu pagi menjadi waktu
produktif untuk menulis. Fisik yang masih segar serta pikiran masih encer
menjadi alasan utama untuk menuangkan gugusan ide dalam tulisan. Waktu pagi
memang waktu yang istimewa dan penuh
keberkahan. Sayang jika dilewatkan.
Seperti Prof. Dr.
Azyumardi Azra, setiap pagi selalu menulis satu artikel untuk media massa. Dr.
Achlami, saat Beliau mengerjaan desertasinya, setiap selesai tahajud, sekitar
jam 3 pagi beliau selalu menulis, jeda saat shalat subuh dan kemudian
dilanjudkan sampai sekitar jam setengan 6 pagi. Sehingga desertasi Beliau ini
bisa selesai dalam setahun saja. Sukses.
Ada kisah yang lebih
menarik lagi, yaitu Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D. Beliau menamai aktivitasnya
dengan “Tahajud Ilmiah” yakni perpaduan shalat tahajud dan kegiatan ilmiah. Jika
boleh mengibaratkan, Tahajud dan Menulis laksana sepasang kekasih yang
terpisahkan. Secara lengkap teladan mulia dari ketiga tokoh tersebut bisa Anda
baca di buku The Power Of Writing buah karya Dr. Ngainun Naim.
Soal waktu, pasti semua
penulis mempunyai waktu produktif. Dan kayaknya ini sifatnya personal. Ada yang
produktif di pagi hari, siang, sore atau malam hari. Mungkin juga ada penulis
yang setiap hadir kesempatan selalu dimanfaatkan untuk menulis. Waktu luang
selalu menjadi waktu yang produktif untuk hadirnya sebuah tulisan. Tak ada
waktu yang terbuang percuma.
Uraian di atas, sebagai
penegas bahwa waktu pagi adalah waktu yang penuh keberkahan. Secara umum tidak
hanya untuk menulis tetapi juga untuk melakukan aktivitas yang lain. Mampu
memanfaatkan waktu pagi dengan sebaik-baiknya besar kemungkinan hidup seseorang
akan lebih bermakna. Waktu pagi digunakan untuk melakukan kerja, ketaatan, dan
beribadah kepada Allah SWT.
Salah satu cara memperingati
waktu adalah dengan menghindar tidur di pagi hari. Kebanyakan Ulama terdahulu
pun sangat membenci kebiasaan tidur di waktu pagi. Bahkan kebiasaan banyak
tidur akan menyebabkan seseorang lalai dan malas-malasan. Pada dasarnya,
selain banyak tidur ada yang termasuk waktu di larang, juga bisa menyebabkan
persoalan kesehatan bagi tubuh kita.
Sudah menjadi rahasia umum, gemar tidur di
pagi hari, setidaknya seseorang akan dihadapakan kepada dua bahaya besar. Pertama
menjemput kefakiran. Kedua mendatangkan banyak penyakit. Pada gilirannya
kebisaan ini bisa menyebabkan lemahnya jiwa dan raga. Kondisi yang sangat tidak
menguntungkan bagi setiap orang. Allah pun tentu tidak suka.
“Mukmin
yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah dari pada yang lemah”. Satu hadits yang sering kita dengar ini, sejenak perlu
kita renungkan. Kuat secara umum tidak hanya terbatas kuat fisik, tetapi juga
kuat agama dan imannya. Untuk bisa mencapai fisik yang kuat, seseorang musti olah
raga yang teratur dan terukur. Lalu dimbangi dengan makan yang bergizi, cukup
dan teratur. Serta mengatur pola istirahat yang cukup, dan tidak berlebihan.
Jika
tidak tidur di pagi hari saja merupakan sikap yang baik. Apalagi ketika kita mampu
menghiasinya dengan sejumlah bentuk ketaatan dan aktivitas mulia, seperti mengawali
bekerja, belajar, menulis, membaca al-Qur’an, dan lain-lain. Pasti waktu pagi
akan semakin bermakna dan sangat mungkin akan mendatangkan keberkahan hidup. Tegasnya,
menggunakan waktu pagi dengan sebaik-baiknya adalah bagian dari cara mensyukuri
waktu, dan barangsiapa selalu bersyukur tentu nikmatNya akan selalu tercurah
kepada kita semua. Amin.
Punjul,
19 Juni 2020
Tulisan keren. Asli. Bukan karena ada nama saya di dalamnya he he
ReplyDelete