S U B A D I
Catatan Pagi;
Bismillah, pagi ini cuaca langit cukup
mendung, seakan ingin turun hujan. Sehabis subuh, mas Farhan [anak pertama],
sudah merengek untuk segera ditemani belajar naik sepeda, satu-satunya tempat
yang dekat dan memungkinkan di halaman sekolah dekat rumah, yaitu halaman SDN 1
Punjul, hanya butuh beberapa langkah kami sampai di tempat tujuan itu. Tetapi waktu masih terlalu pagi, saya minta untuk sedikit bersabar.
Baru kemarin mas Farhan, mulai belajar lebih
serius untuk bisa bersepeda, kemarin sore seakan waktunya hanya habis untuk latihan
bersepeda saja, di halaman depan rumah yang amat sempit, beberapa kali terjatuh, olehnya tak
dihiraukan, yang nampak hanya wajah sumringah dan pancaran kebahagiaan, sungguh pengalaman yang
akan selalu ia kenang. Terus semangat nak, alhamdulillah, latihan sore itu sudah menunjukkan
tanda-tanda bisa bersepeda yang signifikan. Benar, ia mulai bisa menjaga
keseimbangan saat mengayuh sepeda bututnya itu. Bahagia sekali dia.
Pagi ini, seakan hanya menjadi miliknya, pagi-pagi
sekali sudah mengajak untuk pergi berlatih lagi di tempat yang lebih luas dan
aman. Ya di halaman sekolah dekat rumah itu, kita beranjak berangkat dan
sampailah di sana. Saya hanya menunggu sambil membuka-buka WA, beberapa pesan
sudah masuk, ada pesan dari guru saya yang akan pindah tempat, sebab menikah,
sehingga ingin mengajukan resign dari mengajar di sekolah, pesan yang lain, dan
tak ketinggalan WAG Ma’arif Menulis, banyak hal baru yang mencerahkan dari Guru,
dan juga teman-teman yang lain.
Tak selang beberapa lama, mas farhan sudah
bisa menaklukkan sepedahnya, dengan santainya dia naik sepedah itu, horeeeee, yah...
aku bisa, udah lancar yah... senang dan bahagiannya tak kepalang. Maklum, rata-rata
teman seusianya sudah mahir bersepeda, bahkan teman yang jauh lebih belia dari
mas Farhan juga banyak yang sudah lincah bersepeda. Tetap semangat, tidak ada kata terlambat untuk terus berlatih dan belajar.
Menulis ;
Hari ini, tanggal 8 Juni 2020, waktunya
pendaftaran sekolah SMPN di Tulungagung, kususnya bagi pendaftar jalur prestasi
dan afirmasi, bagi siswa MI sesuai prosedur, proses mendaftar harus diantar
pihak sekolah asal, jadi saya harus menemani guru kelas 6 [Pak. Elyus Khalwani]
pergi mengantarkan berkas pendaftaran
siswa kami yang ingin melanjudkan ke SMPN yang tuju. Ada 2 siswa kami yang
prestasinya cukup membanggakan, satu cakap di bidang kithabah/pidato, dan
satunya lagi di bidang olah raga, bulu tangkis. Yang bulu tangkis tujuan
sekolahnya di SMPN Boyolangu, dan yang Kithabah/pidato tujuannya di SMPN
1 Tulungagung.
Saya harus memulai aktivitas hari ini lebih
awal, karena banyak agenda yang harus saya kerjakan, macak repot, dan alhmdulillah pagi
hingga menjelang siang ini, semua proses pendaftaran berjalan dengan lancar,
dan sangking awalnya datang di kedua SMP itu, ternyata kami pendaftar pertama,
mudah-mudahan semuanya berjalan seperti yang kami harapkan dan siswa kami
diterima. Amin.
WAG “Ma’arif Menulis” bagi saya ini adalah
ruang belajar, yang tidak boleh saya
sia-siakan, tugas kita hanya ihtiyar semampu yang kita bisa, tentu dengan kerja
keras dan cerdas. Di kalas ini, tidak sedikit bentuk manfaat yang saya rasakan. Hingga detik ini usianya sudah memasuki bulan ke tiga. Dan akan terus
saya syukuri dengan aktivitas menulis, iya belajar menulis.
Sampai detik ini, saya sangat bersyukur masih
tetap diberi anugerah oleh Allah berupa kesehatan, dan waktu sehingga bisa menulis
setiap hari, meski bertatih-tatih dan banyak rintangan, soal ide, membagi
waktu, dan juga untuk keluarga kecil saya. Tak banyak yang dapat saya tulis, apalagi sampai
menghasilkan tulisan yang berbobot, saya sadar saya ingin terus belajar. Dari yang
sederhana ini, ingin saya istiqamahkan, sebagi bentuk syukur,
pengembangan diri dan bagian dari proses belajar saat ini, di samping tujuan yang lain. Sekali
lagi Alhamdulillah.
Bagian Yang Tak Terduga;
Dari WAG inilah, ada satu hal yang tak
terduga sebelumnya, yang awalnya hanya sebatas belajar menulis hal-hal
sederhana yang betebaran di sekitaran, ide-ide yang gentanyang, coba kita ikat
dalam bentuk tulisan bersama teman-teman yang lain, tentu berkat arahan dan
petunjuk seorang Pembimbing. Apa saja, bisa kita jadikan untuk modal menulis,
sebagiamana arahan yang kita terima. Dan itu terus berjalan baik hingga kini,
alhamdulillah. Yang tak kalah penting, saya sangat bersyukur dipertemukan dengan orang yang begitu arif
dan sederhana. Ia bagiku adalah Guru.
Dari kegiatan menulis ini, mendorong saya untuk
lebih mengenal Kyai saya [K.H. Abdul Aziz] dan mengabadikannya dalam tulisan. Kurang
lebih selama 8 tahun saya mengikuti bimbingan Beliau ini, sebelum Beliau wafat.
Saya meyakini, banyak hal yang belum saya ketahui dari Beliau, apa saja yang bisa
menjadi teladan bagi kami para santri. Saya juga menyadari bahwa dulu kita
hanya terbatas mengenal Kyai dari ngaji, kegiatan yang melibatkan santri, dan keseharian Beliau yang terlihat saja. Tetap, saya yakin masih banyak yang
bisa digali dari kehidupan dan perjalanan Beliau. Saya sadar, tak mungkin akan sanggup
mengikuti jejaknya secara keseluruhan, agaknya terlalu berat dan berlebihan. Akan
tetapi, setidaknya ada yang bisa saya teladani untuk menjadi orang yang lebih
baik hari demi hari.
Beberapa hari yang lalu, Guru kami K.H.
Bagus Ahmadi, mengirimkan pesan melalui WA, yang berisi tentang kegiatan
Romo Kyai, Beliau mengizinkan kami santrinya untuk mencatat dan dikembangkan. Secara
pribadi ini adalah suatu kehormatan, yang sayang jika dilewatkan. Sesegera saya
kopy ke laptop saya yang jadul itu.
K.H. Bagus Ahmadi, adalah Putra menantu Romo
Kyai, Beliau juga salah satu dari deretan Pengasuh PonPes MIA, penguasaan kitab
kuning, kealiman, dan kedalaman Ilmu agamanya bagi saya patut
diperhitungkan, Beliau adalah lulusan PonPes Lirboyo Kediri, yang sudah tidak
asing lagi di telinga kita.
Dengan senang hati Beliau berbagi tentang
aktivitas keseharian Romo Kyai kala sugengnya, Mas Bagus [panggilan akrab] menuturkan ;
”Di antara istiqamahnya Abah Kyai Abdul Aziz
dalam hal muthala'ah dan mengajar adalah setiap pagi sekitar pukul 02.00
Abab sudah mulai bangun tidur, shalat malam kemudian muthala'ah kitab
sampai Subuh. Selepas shalat jama'ah Subuh membacakan kitab al-Ibriz [penulis;
untuk umum baik santri pondok dan santri desa] dan Tafsir al-Jalalain.
Sekitar pukul 06.00 pagi, sudah mulai menerima tamu yang membawa berbagai
persoalan hingga sekitar pukul 11.00”.
“Selanjutnya Beliau istirahat sampai menjelang
dhuhur, jamaah shalat kemudian dilanjutkan melakukan aktivitas rumah tangga dan
keluarga”.
“Sore hari setelah jamaah shalat Ashar
sekitar pukul 15.30, Abah menerima tamu lagi hingga menjelang maghrib. Selepas
jamaah maghrib mengawasi jalannya madrasah [kalau tidak ada jadwal ngaji di
luar]”.
“Kalau Madrasah sudah terkondisikan, Beliau
di ndalem muthala'ah kitab sampai dilaksanakannya jamaah shalat Isya', jika
tidak ada jadwal ngaji rutin di luar [yaitu setiap malam Senin di Mojosari,
malam Kamis di masjid putih Kalituri dan malam Sabtu di masjid al Muhajirin
Gedangsewu],
“Dan Beliau baru bisa istirahat malam
sepulang dari mengaji rutin tersebut, dan pukul 02.00 malam sudah bangun lagi”.
Saya yakin, tidak semua santri tahu soal
rutinitas yang sudah menjadi bagian keistiqamahan Romo Kyai ini, sungguh
bukan perkara mudah, tetapi setidaknya bisa menumbuhkan spirit kita untuk lebih
mengenal Beliau lebih dekat, dan berusaha untuk meneladani apa yang sudah
menjadi bagian dari kehidupannya, tentang nilai, spiritualitas, dan spiritnya,
meskipun tidak bisa seluruhnya, sebagian yang kita mampu akan sangat bermakna
sebagai suri tauladan bagi para santri, dan umumnya masyarakat luas.
Sampai hari ini, sudah ada beberapa alumni
yang mengirimkan pesan ke WA pribadi saya, pesan yang berisi pengalaman mereka saat ngaji
dengan Romo Kyai, tentang teladan Kyai, keluarga Ndalem dan Dzuriyah,
hingga pengalaman pribadi mereka. Saya selalu meyakini, meskipun hanya sedikit,
akan sangat berharga bagi kami, para santri Romo K.H. Abdul Aziz, lahul
Fatihah....
8 Juni 2020. Boyolangu.
Lanjut....bagus
ReplyDeleteSiap Pak...
DeleteSiiip..
ReplyDeleteLanjutken
DeleteTeladan yg baik... Sae pak
ReplyDeleteNjih to pak... Siap....
DeleteSip...
ReplyDeleteLanjutken....
DeleteAmin... Amin ya rabbal alamin,. Nderek nyimak kisah²ipun Mbah Yai Abdul Aziz
ReplyDeletehehe.. njih pak...
ReplyDelete