S u b a d i
Bismillah. Tidak bisa dipungkiri bahwa di belahan dunia ini banyak
sekali para tokoh dan pemimpin dunia yang revolusioner. Seperti Issac Newton,
Thomas Alva Edison, Marconi, Mao Zedong, Mahatma Gandi, Bung Karno, dan lain
sebagainya.
Meski demikian, bukan
berarti kita boleh mensejajarkan Nabi Muhammad SAW dengan pemimpin-pemimpin
revolusioner dunia tersebut. Sebab, Rasulullah SAW sosok istimewa yang telah
diabadikan di dalam kitab suci al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW adalah
sosok pemimpin yang bisa berjaya semasa hidup dan setelah meninggal dunia.
Selain itu, Rasulullah merupakan satu-satunya manusia yang mendapatkan pujian
dari Allah SWT.
“Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti luhur” Q.S
al-Qalam, 4. Begitulah Allah telah mengabadikan pujianNya dalam al-Qur’an.
Tiada kata dan kalimat dalam bentuk apapun yang sanggup secara pas dan klop untuk
menggambarkan keagungan dan kebesaran Rasulullah. Sebab, sangking agungnya
Rasulullah SAW.
Tidak bisa dipungkiri juga,
bahwa sejarah adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Sejarah tentu
bermanfaat sebagai cermin kehidupan masa depan, sehingga penting berguru pada
sejarah. Sebab itu sejarah juga diikat, dikaji, dan dikembangkan sebagai
disiplin ilmu.
Manusia yang mampu berguru
pada sejarah akan cerdas dan bijak setiap mengambil keputusan. Sejarah merekam
peristiwa masa lalu. Dari kondisi sebelumnya, kita dapat mengetahui sebab-sebab
kehancuran dan keberhasilan.
“Barang siapa yang lupa
bersiaplah digulung sejarah. Umat tanpa sejarah tidak memiliki masa depan.
Bangsa besar adalah yang menghormati pahlawannya” . Demikian kira-kira kata
bijak yang sering kita dengar, tentang sejarah.
Dalam firman Allah SWT di
al-Qur’an, terdapat 35 surah dan 1.600 ayat yang menerangkan sejarah. Ini
artinya, seperempat isi kitab suci membahas sejarah. Sebagai petanda bahwa
sejarah benar-benar bagian kehidupan manusia yang tidak boleh dilupakan begitu
saja. Sejarah mempunyai peranan yang urgen.
Dalam konteks Indonesia,
banyak tokoh yang telah diabadikan oleh tinta sejarah, sekaligus menjadi
teladan umat secara luas. Dikagumi dan diidolakan. Semisal K.H. Hasyim Asy’ari.
Pendiri organisasi NU sekaligus Pahlawan Nasional.
Sejarah mencatat, bahwa
Beliau adalah sosok pahlawan yang mampu menyeimbangkan kecerdasan intelektual
dan spiritual. Sosok yang mampu berkomunikasi dengan baik, sehingga sangat
santun dalam berdakwah di tengah-tengah masyarakat.
Kakek Gus Dur ini, adalah sosok zahid, alim,
abid, wara’, dan sederhana dekat dengan umat. Benar-benar melayani umat, tidak
ingin dilayani siapapun. Sosok yang mempunyai kepedulian terhadap keutuhan
NKRI, dengan jargonya “ Hubbul Wathan Minal Iman”. [ cinta tanah air
adalah sebagian dari iman].
Jargon “Hubbul Wathan
Minal Iman”, tidak hanya
diterjemahkan bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman saja, namun ada
nilai kebangsaan yang amat tinggi. Termasuk tugas menjaga dan merawat
kebinekaan yang dimiliki bangsa ini.
Merawat kebinekaan berarti
menjaga dan merawat perbedaan bermacam-macam suku, bahasa, dan ras di Republik
ini dengan sebaik-baiknya. Apalagi dalam konteks kehidupan sekarang, merawat
kebinekaan adalah tugas yang sangat penting.
Untuk sosok perempuan, kita
mengenal Fatimatuzzahra, putri Rasulullah SAW. Mengaguminya bagi saya bukanlah
tindakan yang berlebihan. Sebab, putri Rasulullah ini adalah sosok perempuan
yang sangat istiqamah dalam iman, tauhid, dan amaliah.
Dari Beliau, akhlaknya juga
sangat berkesan. Sebab Islam itu adalah akhlak. Seseorang akan menjadi mulia di
sisi Allah juga karena akhlaknya. Bagaimana tata cara berhubungan dengan Allah,
sesama manusia, dan alam sekitar. Menjadi umat yang dikehendaki baik oleh Allah
tentu kita semua butuh dengan akhlak.
Walhasil; Jangan lupakan
sejarah, dengan sejarah kita bisa menimba ilmu seluas-luasnya dan dapat
mengambil teladan mulia dari pelaku-pelaku sejarah yang visioner itu, untuk
menjadi pribadi yang semakin hari semakin baik. Amin. Wallahu a’lam
bisshowab.
Mantul pak...
ReplyDeleteSiap Pak...
Delete