google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': ROMO KYAI H. ABDUL AZIZ di MATA KANG IMAM MASHURI

ROMO KYAI H. ABDUL AZIZ di MATA KANG IMAM MASHURI




S U B A D I

Bagi saya, Sosok Kyai adalah manusia pinilih, yang sarat akan kedalam ilmu agama dan prilaku yang selalu dihiasi oleh nilai-nilai kebijaksanaan. Menjadi manusia pinilih, sebab tanggung jawab yang diembannya tidaklah mudah dan ringan, yang tidak semua orang sanggup memikulnya. Kyai tidak hanya menjadi model [teladan mulia] bagi santri yang diasuhnya saja, lebih jauh dari itu, Kyai juga menjadi panutan masyarakat luas.

Laku dan perilakunya, semata-mata manifestasi dari setiap jengkal ilmu yang bersemayam di jiwanya. Seluruh hidupnya seakan hanya untuk diabdikan kepada jalan Allah, menjadi mu’allim, murobbi ruh, pencerah, pendakwah, dan jalan penyembuh, bagi tumpulnya akal, buramnya hati dan mengurai segala macam problematika  hidup.

Sosok Kyai, tidak hanya menjadi tumpuan umat untuk mengasuh akal, hati, dan jiwa. Akan tetapi juga mampu memberikan harapan dan optimisme kepada semua orang, atas keringnya spiritualitas dan semua aduan permasalahan kehidupan, urusan rumah tangga, kesehatan fisik, jiwa, bahkan urusan pemerintahan sekalipun, misalnya.
  
Kebeningan hati dan keluasan ilmu yang dimilikinyalah, sebenarnya yang menjadikan Sosok Kyai, mampu menjadi wasilah terurainya segala masalah, baik yang datang dari perorangan, kelompok, hingga urusan pemerintahan. Seakan ayal, jika Kyai sanggup mengurai segala bentuk kebisingan kehidupan, akan tetapi, kenyataannya membuktikan, semua menjadi gamblang, terang, dan terurai. Ini bisa terjadi, bagi saya, semata-mata karena atas hidayah dan inayah Allah SWT. Ketulusan, ketaatan, kemurnian dan pasrahan kepada Rab-nya-lah, yang akhirnya Sosok ini senantiasa dihampiri taufik Allah, yang tercurah padanya, seakan tiada bertepi.

Sangat wajar, jika seorang santri mengagumi Sosok Kyai yang dicintanya, dan bahkan ingin mengabadikan seluruh pengalamannya saat bersama Kyai yang dicintainya itu, tidak hanya dalam ingatan semata.  Sejatinya, jika mau jujur, tak kan ada santri yang sanggup mengurai seluruh pengalaman selama ia ngudi ngilmu bersama Sang Kyai. Bagi saya, se titik nilai yang terekam pun, akan sangat berharga untuk diabadikan dalam sebuah tulisan, sehingga kalam hikmah dan laku spitualitas itu menjadi abadi dan akan teringat sepanjang masa, utamanya untuk kita teladani.

Karena sesungguhnya, sangat mungkin ingatan bisa saja lupa, tetapi catatan lah yang akan mengingatkan. Makanya, menulis yang bagian dari bentuk belajar ini menjadi sangat penting, dalam rangka menancapkan teladan Kyai sebagai bagian dari peradaban. Yang pada gilirannya tidak hanya akan dikenang saja, tetapi juga untuk kita teladani bersama-sama, semata-mata untuk perbaikan amal dan menghiasi laku kehidupan kita bersama.

Kang Imam Mashuri [ kang smile], bagi saya, adalah salah satu sosok santri yang ta’at dan tawadhu’ yang pengabdianya tidak bisa diremehkan begitu saja, sebab, semenjak tahun 2001 hingga saat ini masih istiqamah mengabdikan diri untuk almamaternya [PONPES MIA]. Kang Imam Mashuri,  banyak menyampaikan pengalaman dan kesan yang dapat menbangunkan memori kita terhadap Sosok teladan, Guru Spiritual kita Romo Kyai H. Abdul Aziz, sebagai bahan refleksi.

Dalam paparannya kang Imam Mashuri mengukuhkan bahwa “Romo K.H. Abdul Aziz bagi kang Imam Mashuri, tidak hanya sebatas sosok seorang Kyai semata,  Beliau baginya juga sosok seorang Bapak/Abah [ tentu juga di mata para santri-santri yang lain, termasuk saya]. Hal ini terlihat dalam bukti perhatian serta kehidupan Beliau sehari-hari, semasa sugengnya." Lahul Fatihah !

Perhatian Fisik
Sebagai penanda, kang Imam Mashuri menuturkan bahwa Romo K.H. Abdul Aziz, tidak mau selalu membebankan kepada para santri sesuatu yang dapat menghambat proses talabul ilmi, mulia dari urusan yang berat, maupun yang sangat ringan sekalipun, ini dibuktikan hampir setiap malam Beliau selau keliling di lingkungan pondok dengan membawa senter,  kemungkinan besar Beliau sedang memantau keamanan santri dan lingkungan pondok. Bagi saya,ini adalah bentuk perhatian yang luar biasa dari seorang Kyai, yang sebenarnya bisa dilakukan oleh pengurus keamanan pondok, tetapi beliau sudi melakukannya.

Bagi kang Imam Mashuri, ada sesuatu yang sangat terkesan hingga membekas di relung hatinya, ia ingat betul dan teteh mengungkapkan “Dulu saat awal pembangunan madrasah yang barat [berlantai 2] Beliau tidak pernah menarik bantuan  sepeserpun dari  para santri,  apalagi  mengharap sokongan rupiah dari pemerintah. Bahkan bagi santri yang ikut membantu proses pembangunan, oleh Beliau diberi upah sesuai dengan upah yang berlaku pada umumnya”.

Dalam penuturan selanjudnya, kang Imam Mashuri menyebutkan “Sebagai bentuk perhatian kepada para santri, agar talabul ilminya tidak terganggu, saya masih ingat dengan kuat, terkait proses pembangunan kamar mandi, kolah air yang sangat besar, sehingga untuk mengisinya harus dilakukan penjadwalan sekitar 8 santri, bahu membahu dengan sekuat tenaga agar kolah air itu bisa penuh, sudah barang tentu membutuhkan waktu yang cukup lama. Rasa empati Beliau sangat kentara, sehingga dibelikan mesin Diesel, demi memberi kemudahan kepada santri-santrinya, sehingga waktu dan tenaga yang mustinya habis untuk mengisi kolah besar itu, kini bisa digunakan untuk belajar dan istirahat”.

“Dan bahkan, dalam hal dapur Beliau juga membangukan dapur untuk memasak, membelikan alat masak, seperti panci, termasuk beras oleh Beliau juga disubsidi [bahasa pemerintah] untuk para santri. Listrik pun, para santri hanya diutus untuk menjaga dan merawat, soal tagihan sama sekali tidak dibebankan kepada santri. Bagi saya apa yang telah dibangun dan diberikan oleh Romo K.H. Abdul Aziz itu, hanya semata-mata untuk meringankan beban para santri, sebagai wujud perhatian seorang Kyai, sehingga para santri bisa lebih fokus dalam tolabul ilmi.

Perhatian Pendidikan
Ada satu hal yang sangat menarik soal perhatian Romo K.H. Abdul Aziz terhadap kegiatan belajar para santri, yang seakan sudah menjadi aturan baku di PONPES MIA sejak kala itu, kang Imam Mashuri pun, mengukuhkan dalam ceritanya “Dalam hal talabul ilmi beliau selalu mengarahkan untuk selalu istiqamah dan mengutamakan pendidikan di pondok tanpa sedikitpun mengesampingkan pendidikan formal [bagi santri yang nyambi sekolah formal].” Romo K.H. Abdul Aziz menegaskan peraturan untuk seluruh santri agar tidak wiridan setelah shalat magrib, karena waktu untuk belajar di madrasah hanya sebentar, jam 18.30-08.00. semua santri setelah selesai shalat magrib itu, wajib sesegera mungkin untuk menyiapkan belajar di madrasah, bahkan untuk wiridan saja, tidak terlalu dipanjangkan”.

"Kemudian, dalam masalah pendidikan formal, perhatian kepada kami yang nyambi sekolah formal ini, Beliau buktikan tatkala para santrinya ada yangg sedang melaksanakan Ujian Nasional, kita selalu dinasihati serta diberi  wejangan, tak ketinggalan amalan-amalan kusus, dengan maksud kita mampu melewati UN itu dengan lancar dan sukses. ijazah yang hingga kini saya ingat adalah untuk istiqamah membaca surat Wasyamsi setelah shalat magrib". 

Do’a dan Spirit
“Saya ingat sampai sekarang apa yang disampaikan beliau agar kita diberi keberkahan baik di dunia dan akhirat, yaitu pada waktu ngaji Kitab tafsir Jalalain Beliau membacakan surat al Muzaamil ayat 20 “faqrouu ma tayassara minal quran”. Beliau menganjurkan kami untuk senantiasa mengistiqamahkan membaca al-Quran yang mudah dan yang paling disukai. Ini bagi saya, sejauh yang saya tangkap dari paparan beliau, selain kita membaca al-Qur’an secara penuh, bahwa al-Qu’an juga merupakan senjata dan do’a bagi kita, ayat atau surat apa yang kita lebih condong kepadannya, hendaknya juga diistiqamahkan, dengan istiqamah kita akan mendulang karamah, amin”. Kang Imam Mashuri, menutup ceritanya.

7 Juni 2020.
  

   

4 comments:

  1. Luar biasa. Terus ditulis Mas. Banyak hikmah dan uswah beliau yang penting untuk diketahui.

    ReplyDelete
  2. Njih Pak, ini alhamdulillah juga banyak dukungan dari para Guru kita, dan beberapa kang santri juga sudah mulai kirim tulisan, dan alhamdulillahnya para kang santri yang sudah "banyak" menjadi Dosen juga sangat mendukung. dan bahkan kang santri yang tidak berkutat pada dunia pendidikan pun mulai ada yang kirim tulisan, seadanya pingin saya kemas dengan kang santri yang banyak pengalaman literasi. panjenengan Doakan njih...

    ReplyDelete
  3. Semoga lancar. Salah satu mimpi saya, para kiai dan jejak hidupnya ditulis. Insyaallah manfaatnya sangat besar untuk pendidikan masyarakat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insyaalloh... Ini njih, sampun diajangi kalian keluaga Ndalem, jika ingin menggali informasi Pak...

      (jejak Sang Kyai dan Kyai di mata santri)

      Delete

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...