S U B A D I
Bagi saya, Sosok Kyai adalah manusia pinilih, yang
sarat akan kedalam ilmu agama dan prilaku yang selalu dihiasi oleh nilai-nilai kebijaksanaan.
Menjadi manusia pinilih, sebab tanggung jawab yang diembannya tidaklah
mudah dan ringan, yang tidak semua orang sanggup memikulnya. Kyai tidak hanya
menjadi model [teladan mulia] bagi santri yang diasuhnya saja, lebih
jauh dari itu, Kyai juga menjadi panutan masyarakat luas.
Laku dan perilakunya, semata-mata manifestasi dari
setiap jengkal ilmu yang bersemayam di jiwanya. Seluruh hidupnya seakan hanya
untuk diabdikan kepada jalan Allah, menjadi mu’allim, murobbi ruh,
pencerah, pendakwah, dan jalan penyembuh, bagi tumpulnya akal, buramnya hati
dan mengurai segala macam problematika hidup.
Sosok Kyai, tidak hanya menjadi tumpuan umat untuk
mengasuh akal, hati, dan jiwa. Akan tetapi juga mampu memberikan harapan dan optimisme
kepada semua orang, atas keringnya spiritualitas dan semua aduan
permasalahan kehidupan, urusan rumah tangga, kesehatan fisik, jiwa, bahkan
urusan pemerintahan sekalipun, misalnya.
Kebeningan hati dan keluasan ilmu yang dimilikinyalah,
sebenarnya yang menjadikan Sosok Kyai, mampu menjadi wasilah terurainya segala
masalah, baik yang datang dari perorangan, kelompok, hingga urusan
pemerintahan. Seakan ayal, jika Kyai sanggup mengurai segala bentuk
kebisingan kehidupan, akan tetapi, kenyataannya membuktikan, semua menjadi
gamblang, terang, dan terurai. Ini bisa terjadi, bagi saya, semata-mata karena
atas hidayah dan inayah Allah SWT. Ketulusan, ketaatan, kemurnian
dan pasrahan kepada Rab-nya-lah, yang akhirnya Sosok ini senantiasa
dihampiri taufik Allah, yang tercurah padanya, seakan tiada bertepi.
Sangat wajar, jika seorang santri mengagumi Sosok Kyai
yang dicintanya, dan bahkan ingin mengabadikan seluruh pengalamannya saat bersama
Kyai yang dicintainya itu, tidak hanya dalam ingatan semata. Sejatinya, jika mau jujur, tak kan ada santri yang
sanggup mengurai seluruh pengalaman selama ia ngudi ngilmu bersama Sang
Kyai. Bagi saya, se titik nilai yang terekam pun, akan sangat berharga untuk
diabadikan dalam sebuah tulisan, sehingga kalam hikmah dan laku spitualitas
itu menjadi abadi dan akan teringat sepanjang masa, utamanya untuk kita teladani.
Karena sesungguhnya, sangat mungkin ingatan bisa saja
lupa, tetapi catatan lah yang akan mengingatkan. Makanya, menulis yang bagian
dari bentuk belajar ini menjadi sangat penting, dalam rangka menancapkan
teladan Kyai sebagai bagian dari peradaban. Yang pada gilirannya tidak hanya
akan dikenang saja, tetapi juga untuk kita teladani bersama-sama, semata-mata
untuk perbaikan amal dan menghiasi laku kehidupan kita bersama.
Kang Imam Mashuri [ kang smile], bagi saya, adalah salah satu sosok santri
yang ta’at dan tawadhu’ yang pengabdianya tidak bisa diremehkan
begitu saja, sebab, semenjak tahun 2001 hingga saat ini masih istiqamah mengabdikan
diri untuk almamaternya [PONPES MIA]. Kang Imam Mashuri, banyak menyampaikan pengalaman dan kesan yang
dapat menbangunkan memori kita terhadap Sosok teladan, Guru Spiritual kita Romo
Kyai H. Abdul Aziz, sebagai bahan refleksi.
Dalam paparannya kang Imam Mashuri mengukuhkan
bahwa “Romo K.H. Abdul Aziz bagi kang Imam Mashuri, tidak hanya sebatas
sosok seorang Kyai semata, Beliau baginya
juga sosok seorang Bapak/Abah [ tentu juga di mata para santri-santri yang lain,
termasuk saya]. Hal ini terlihat dalam bukti perhatian serta kehidupan Beliau sehari-hari, semasa sugengnya."
Lahul Fatihah !
Perhatian Fisik
Sebagai penanda, kang Imam Mashuri menuturkan
bahwa Romo K.H. Abdul Aziz, tidak mau selalu membebankan kepada para
santri sesuatu yang dapat menghambat proses talabul ilmi, mulia dari urusan
yang berat, maupun yang sangat ringan sekalipun, ini dibuktikan hampir setiap malam
Beliau selau keliling di lingkungan pondok dengan membawa senter, kemungkinan besar Beliau sedang memantau keamanan
santri dan lingkungan pondok. Bagi saya,ini adalah bentuk perhatian yang luar
biasa dari seorang Kyai, yang sebenarnya bisa dilakukan oleh pengurus keamanan
pondok, tetapi beliau sudi melakukannya.
Bagi kang Imam Mashuri, ada sesuatu yang sangat
terkesan hingga membekas di relung hatinya, ia ingat betul dan teteh
mengungkapkan “Dulu saat awal pembangunan madrasah yang barat [berlantai 2] Beliau
tidak pernah menarik bantuan sepeserpun
dari para santri, apalagi mengharap sokongan rupiah dari pemerintah. Bahkan bagi santri yang ikut membantu proses
pembangunan, oleh Beliau diberi upah sesuai dengan upah yang berlaku pada
umumnya”.
Dalam penuturan selanjudnya, kang Imam Mashuri
menyebutkan “Sebagai bentuk perhatian kepada para santri, agar talabul
ilminya tidak terganggu, saya masih ingat dengan kuat, terkait proses
pembangunan kamar mandi, kolah air yang sangat besar, sehingga untuk mengisinya
harus dilakukan penjadwalan sekitar 8 santri, bahu membahu dengan sekuat tenaga
agar kolah air itu bisa penuh, sudah barang tentu membutuhkan waktu yang cukup
lama. Rasa empati Beliau sangat kentara, sehingga dibelikan mesin Diesel,
demi memberi kemudahan kepada santri-santrinya, sehingga waktu dan tenaga yang
mustinya habis untuk mengisi kolah besar itu, kini bisa digunakan untuk belajar
dan istirahat”.
“Dan bahkan, dalam hal dapur Beliau juga membangukan dapur untuk memasak,
membelikan alat masak, seperti panci, termasuk beras oleh Beliau juga disubsidi
[bahasa pemerintah] untuk para santri. Listrik pun, para santri hanya diutus
untuk menjaga dan merawat, soal tagihan sama sekali tidak dibebankan kepada
santri. Bagi saya apa yang telah dibangun dan diberikan oleh Romo K.H. Abdul
Aziz itu, hanya semata-mata untuk meringankan beban para santri, sebagai wujud
perhatian seorang Kyai, sehingga para santri bisa lebih fokus dalam tolabul
ilmi.
Perhatian Pendidikan
Ada satu hal yang sangat menarik soal perhatian Romo K.H.
Abdul Aziz terhadap kegiatan belajar para santri, yang seakan sudah menjadi
aturan baku di PONPES MIA sejak kala itu, kang Imam Mashuri pun,
mengukuhkan dalam ceritanya “Dalam hal talabul ilmi beliau selalu
mengarahkan untuk selalu istiqamah dan mengutamakan pendidikan di pondok tanpa
sedikitpun mengesampingkan pendidikan formal [bagi santri yang nyambi sekolah
formal].” Romo K.H. Abdul Aziz menegaskan peraturan untuk seluruh santri agar
tidak wiridan setelah shalat magrib, karena waktu untuk belajar di madrasah
hanya sebentar, jam 18.30-08.00. semua santri setelah selesai shalat magrib
itu, wajib sesegera mungkin untuk menyiapkan belajar di madrasah, bahkan untuk
wiridan saja, tidak terlalu dipanjangkan”.
"Kemudian, dalam masalah pendidikan formal, perhatian
kepada kami yang nyambi sekolah formal ini, Beliau buktikan tatkala para
santrinya ada yangg sedang melaksanakan Ujian Nasional, kita selalu dinasihati
serta diberi wejangan, tak
ketinggalan amalan-amalan kusus, dengan maksud kita mampu melewati UN itu
dengan lancar dan sukses. ijazah yang hingga kini saya ingat adalah untuk
istiqamah membaca surat Wasyamsi setelah shalat magrib".
Do’a dan Spirit
“Saya ingat sampai sekarang apa yang disampaikan beliau
agar kita diberi keberkahan baik di dunia dan akhirat, yaitu pada waktu ngaji
Kitab tafsir Jalalain Beliau membacakan surat al Muzaamil ayat 20
“faqrouu ma tayassara minal quran”. Beliau menganjurkan kami untuk
senantiasa mengistiqamahkan membaca al-Quran yang mudah dan yang paling disukai.
Ini bagi saya, sejauh yang saya tangkap dari paparan beliau, selain kita
membaca al-Qur’an secara penuh, bahwa al-Qu’an juga merupakan senjata dan do’a
bagi kita, ayat atau surat apa yang kita lebih condong kepadannya, hendaknya
juga diistiqamahkan, dengan istiqamah kita akan mendulang karamah, amin”. Kang
Imam Mashuri, menutup ceritanya.
7 Juni 2020.
Luar biasa. Terus ditulis Mas. Banyak hikmah dan uswah beliau yang penting untuk diketahui.
ReplyDeleteNjih Pak, ini alhamdulillah juga banyak dukungan dari para Guru kita, dan beberapa kang santri juga sudah mulai kirim tulisan, dan alhamdulillahnya para kang santri yang sudah "banyak" menjadi Dosen juga sangat mendukung. dan bahkan kang santri yang tidak berkutat pada dunia pendidikan pun mulai ada yang kirim tulisan, seadanya pingin saya kemas dengan kang santri yang banyak pengalaman literasi. panjenengan Doakan njih...
ReplyDeleteSemoga lancar. Salah satu mimpi saya, para kiai dan jejak hidupnya ditulis. Insyaallah manfaatnya sangat besar untuk pendidikan masyarakat
ReplyDeleteInsyaalloh... Ini njih, sampun diajangi kalian keluaga Ndalem, jika ingin menggali informasi Pak...
Delete(jejak Sang Kyai dan Kyai di mata santri)