google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': REFLEKSI PERJALANAN HIDUP [ Muqaddimah Syarh Fath al-Mu'in ]

REFLEKSI PERJALANAN HIDUP [ Muqaddimah Syarh Fath al-Mu'in ]

S u b a d i

Bismillah. Dalam muqaddimah Syarh Fath al-Mu'in, yang berjudul I'anatut Talibin fi Hilli Alfazi Fath al-Mu'in, Abu Bakar Syato' mengatakan yang artinya sebagai berikut;

"Segala puji bagi Allah yang mempermudah jalan bagi pencari pengetahuan, yang mempermudah jalan kebahagiaan bagi orang yang bertaqwa, yang mempertajam mata batin untuk kebaikan dalam urusan agama, serta yang menganugerahkan rahasia-rahasia nur keyakinan dan keimanan".

Jika direnungkan, kalimat Abu Bakar Syato' tersebut di atas, kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, yakni uraian tentang perjalanan hidup manusia. Dari sebagian muqaddimah kitab itu, setidaknya ada 4 fase perjalan hidup manusia, Pertama, pencarian pengetahuan; kedua, pencarian kebahagiaan; ketiga, pencarian kearifan; keempat, pencarian jati diri yang sejati.

Pertama adalah pencarian pengetahuan untuk mendapatkanya, dan meningkatkan kompetensi. Pencarian pengetahuan yang sudah dimulai dari sejak duduk di bangku Sekolah Dasar hingga bangku perkuliahan seseorang akan memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keahlian atau keunggulan yang cukup, dibandingkan dengan kebanyakan yang tidak mengenyam pendidikan.

Fase pencarian pengetahuan sejatinya juga tidak mengenal henti, belajar sepanjang hayat. Apalagi di masa serba canggih seperti saat ini, era teknologi informasi, kita selalu dimudahkan untuk menambah dan memperdalam pengetahuan dan keahlian, bahkan untuk segala bidang.

Kedua pencarian kebahagiaan. kompetensi dan keunggulan seseorang akan menjadi wasilah terbukanya pintu rezeki. Orang bijak mendefinisikan bahagia itu sangat sederhana, senyum itu sudah menunjukkan kebahagiaan. Meski demikian, terkadang untuk bisa senyum, kebutuhan primer dalam hidup mesti tercukupi. 

Membincang soal rezeki, sebenarnya tidak selalu terikat dengan gaji atau penghasilan. Rezeki menjadi sangat relatif, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Meski kelihatannya banyak, jika tidak disyukuri, bisa jadi penghasilan banyak tersebut malah menjadikan hidup susah. Juga sebaliknya, meskipun penghasilan sedikit, sebab karena selalu disyukuri, yang sedikit tersebut justru bisa menjadi berkah.

Ketiga mendapatkan kearifan. Seseorang yang telah mapan hidupnya, menikmati hidup dengan rasa cukup dan pandai bersyukur, ia akan menjadi sosok yang arif dan bijak. Intinya, pada fase ini menjadi tangga perjalanan hidup seseorang untuk bisa menikmati hidup dengan penuh rasa syukur, apapun yang dianugerahkan Allah kepada dirinya. Sedikit rezeki bisa cukup, banyak rezeki akan menambah berkah hidup.

Keempat adalah mendapatkan anugerah ma'rifat, musyahadah. Fase ini adalah fase tertinggi bagi perjalanan hidup seseorang. Seperti yang banyak dibincangkan oleh orang bijak, bahwa tidak banyak orang yang sampai pada tangga ke empat ini, mendapatkan anugerah ma'rifat dari Allah SWT. Tegasnya, hanya orang-orang tertentu yang bisa sampai pada level keempat ini.

Menurut hemat saya, yang terpenting, meski tidak sampai pada level keempat, setidaknya level hidup bisa mencapai level ketiga, yakni menjadi orang-orang yang arif, sebab kehidupan bisa ditata dengan kesadaran penuh bagaimana bisa menindaklanjuti uraian di atas, seperti nasihat Abu Bakar Syato'. Wallahu a'lam bisshawab. 

Boyolangu, 27 Juli 2020.

  


No comments:

Post a Comment

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...