google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': 5 BUKTI BUDAYA MODERN PESANTREN

5 BUKTI BUDAYA MODERN PESANTREN


S u b a d i

Bismillah. Rasanya kurang afdhal jika tulisan sebelumnya yang berjudul "BUDAYA PESANTREN, BUDAYA MODERN" tidak saya uraikan lebih lanjut. Pertama, sebagai jawaban atas masukan teman, soal apa yang menjadi penyebab sampai dikatakan budaya pesantren, budaya modern?. Terimakasih untuk yang telah membaca tulisan tersebut, sebab telah menjadi spirit untuk menjawab dan menulis. Kedua, sebagai tambahan keterangan agar tulisan lebih komprehensif dan tidak bias makna.

Okey, setidaknya ada 5 point yang hendak saya uraikan dengan singkat. Kelima hal ini, sejauh saya mengamati dan merasakan merupakan kelaziman lama, bahkan menjadi tradisi kaum pesantren. Yang jelas, bicara pesantren tentu tak bisa lepas dari membincang Kyai, santri, kitab kuning, syawir, dan selera humor. Kelima point yang saya maksud dan menjadi asbab itu adalah sebagai berikut:

Pertama, melatih menghargai pendapat. Jelas pesantren mempunyai pengajaran bahsu al-masail atau halaqah musyawarah. Forum ini mafhum sebagai perkumpulan yang menyerupai diskusi group terfokus untuk mencari jawaban atas persoalan-persoalan keagamaan, bahkan soal konvensional. 

Untuk bisa aktif mengikuti jalannya diskusi santri dituntut untuk membaca banyak literatur dalam memberikan jawaban. Sebab rujukan kitabnya beragam, dapat dipastikan jawaban atas pertanyaan yang sama bisa memunculkan jawaban yang beragam pula, sesuai dalil dan argumentasi masing-masing. 

Kyai sebagian guru yang alim selalu malatih para santri untuk menyampaikan pendapat sekaligus mempertahankannya dengan dalil yang diyakini kuat. Di samping itu juga selalu diajarkan untuk menghargai pendapat yang berbeda-beda. 

Kedua, cinta seni dan keindahan. Sebagai contohnya, saat bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, santri dapat dipastikan membaca syair-syair yang indah dan merdu, al-Barzanji misalnya. Sungguh, pujian-pujian dan alunan cinta kepada sang panutan, Muhammad SAW itu menjadikan kaum santri terbiasa dengan kalimat-kalimat yang indah dan puitik. Tak hanya itu, jiwa seni tingkat tinggi juga diajarkan melalui seni kaligrafi, sungguh indah. 

Ketiga, selera humor, kelakar. Sering kita menjumpai para Kyai yang alim mempunyai selera humor yang tinggi, semua keadaan seakan mudah dan santai. Tentu kebiasaan ini bukan tanpa alasan. Humor bisa dipahami sebagai ekspresi rasa syukur atas luasnya nikmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada hambanya. 

Salah satu pijakan yang biasa disampaikan oleh beberapa orang Alim, yang saat ini biasa menuturkan dalil tentang humor adalah Gus Baha'. Kaum santri mengembangkan selera humor berpijak pada kalimat ihya' ulumuddin, yang artinya demikian "bahwa ada sebagian umatku yang selalu optimis, karena yakin akan luasnya rahmat dan kasih sayang Allah. Namun, di saat yang lain juga suka menangis tersedu, karena takut akan adzab dari Tahan". Itulah mengapa kaum santri suka kelakar dan homoris, seperti Gus Dur. 

Keempat, melestarikan santra dan budaya. Ya, salah satu faktor utamanya adalah karena adanya pelajaran 'arud, yakni bagaimana cara menggubah syair yang sangat indah dan penuh makna. Tegasnya, pelajaran ilmu balaghah di pesantren dapat dipahami sebagai kaderisasi Seniman lisan sekaligus tulis. Contohnya sangat banyak betebaran di sekitaran kita, baik yang berbahasa Jawa, Sunda, Indonesia, dan bahasa-bahasa daerah yang lain. 

Kelima, problem solving yang sederhana. Meski tak semuanya, tetapi tidak sedikit pula para Kyai dan santri yang sudah senior banyak mempelajari pengobatan ala Nabi, atau yang biasa kita kenal dengan tibbun Nabawi. Faktanya, pengobatan tidak semata-mata untuk penyakit yang bersifat biologis yang disebabkan oleh faktor luar tubuh, tetapi juga disebabkan oleh faktor ruhani seseorang itu sendiri. 

Membincang soal ruhani, dalam konteks kontemporer bisa dikaitkan dengan psikologi atau ilmu lainnya. Dan biasanya, berbagai macam cara alternatif ditempuh para Kyai dan santri sebagai solusi atas berbagai persoalan hidup masyarakat luas, tidak selalu jlimet dan ilmiah tetapi solutif. Wallahu a'lam bisalahowab. 

Boyolangu-Punjul 7 Agustus 2020


No comments:

Post a Comment

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...