google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': "Bhinneka Tunggal Ika"

"Bhinneka Tunggal Ika"


S u b a d i

Bismillah. Hari ini Senin, 17 Agustus 2020 seluruh Bangsa Indonesia sedang merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 75. Tema yang diusung pada HUT RI tahun ini adalah "Indonesia Maju" dengan logo "Bangga Buatan Indonesia".

Tema "Indonesia Maju" memiliki arti, yakni untuk merepresentasikan Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Hal ini terlihat dari gambar 75 pada tema Indonesia Maju yang terinspirasi dari dari simbol perisai di dalam lambang Garuda Pancasila. Selain itu, juga memuat arti kesetaraan dan pertumbuhan ekonomi untuk rakyat Indonesia, dan progres nyata dalam bekerja untuk mempersembahkan hasil yang terbaik kepada semua rakyat Indonesia.

Sedangkan arti dari logo “Bangga Buatan Indonesia" yakni sebagai upaya menumbuhkan kecintaan warga negara Indonesia terhadap produk lokal atau buatan dalam negeri.
--------------------------------------------------
Ekspresi Cinta

Masyarakat Indonesia setiap tahun senantiasa merayakan hari istimewa ini. Di tiap-tiap depan rumah berdiri tiang untuk mengibarkan bendera Merah Putih, mengadakan berbagai macam jenis perlombaan, menggelar istighasah dan doa bersama, tumpengan, dan bahkan berbagai cara unik mengibarkan bendera Merah Putih pun hadir sebagai wujud ungkapan rasa cinta kepada Negara sekaligus hiburan tersendiri bagi rakyat luas, misalnya mengibarkan bendera di puncak gunung, di tebing, di pohon tinggi, dan bahkan sampai mengibarkan bendera Merah Putih di dasar laut yang dalam, serta cara-cara unik lainnya.

Mengisi hari kemerdekaan dengan berbagai macam kegiatan positif memang diperlukan, selain untuk mengenang jasa para pahlawan, juga untuk memupuk rasa nasionalisme anak bangsa. Sehingga kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia selalu terjaga dan lestari hingga selama-lamanya. Sebuah jargon mengatakan "cinta tanah air, bagian dari iman".
------------------------------------
Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Dalam tulisan singkat ini, saya ingin menyampaikan sedikit catatan tentang sejarah Bhinneka Tunggal Ika, karena ini merupakan catatan sejarah, agar tidak menyimpang atau mengaburkan sejarah, saya hanya ingin mengutip dari sumber saja. Menulis tentang sejarah Bhinneka Tunggal Ika ini merupakan cara saya dalam memperingati HUT RI ke-75 tahun ini. 
-------------------------------------
Menurut catatan Suhandi Sigit, dalam Bhinneka Tunggal Ika Maha Karya Empu Tantular, 2011. Sigit menuturkan bahwa bunyi lengkap dari ungkapan Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemukan dalam kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad XIV di masa kerajaan Majapahit. 

Dalam kitab tersebut tertulis "Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wisma, Bhinneka rakwa ring apan kena parwa bosen, Mangka ng Janatwa kalawan Siwatma Tunggal, Bhinneka Tunggal Ika Tan han dharma mangrwa".

Artinya, bahwa agama Buddha dan Siwa (hindu) merupakan zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah Tunggal. Terpecah belah tetapi satu juga, artinya tidak ada darma yang mendua. 

Lebih lanjut, Ahmad Syafi'i Ma'arif dalam Bhinneka Tunggal Ika Pesan Empu Tantular Untuk Keindonesia Kita, sebuah makalah, Jakarta, MPR RI, 2011. Menyebutkan ungkapan dalam bahasa Jawa Kuno tersebut, secara harfiah mengandung arti Bhinneka (beragam), Tunggal (satu), Ika (itu) yaitu beragam satu itu. 

Doktrin yang bercorak teologis ini semula dimaksudkan agar antara agama Buddha (jina) dan Hindu (Siwa) dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis, sebab ajaran yang terkandung dalam keduanya adalah Tunggal (satu). Mpu Tantular sendiri adalah penganut Buddha Tantrayana, tetapi merasa aman hidup dalam kerajaan Majapahit yang lebih bercorak Hindu. 

R.M, A.B. Kusuma, dalam bukunya Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: 2004. Menuturkan bahwa semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi pembicaraan terbatas antara Muhammad Yamin, Bung Karno, I Bagus Sugriwa dalam sidang-sidang BPUPKI sekitar dua setengah bulan sebelum proklamasi. 

Bahkan Bung Hatta sendiri mengatakan Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaan Bung Karno setelah Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun kemudian ketika merancang lambang Negara Republik Indonesia dalam bentuk Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika di masukkan ke dalamnya. 

Menurut penuturan Z. Yazni, dalam bukunya Bung Hatta Menjawab, Jakarta: Gunung Agung, 1979. Mengatakan secara resmi lambang tersebut dipakai dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat yang dipimpin Bung Hatta, 11 februari 1950 berdasarkan rancangan yang dibuat oleh Sultan Hamid II (1913-1978). 

Tulisan Empu Tantular tersebut oleh para pendiri bangsa diberikan penafsiran baru kerena dinilai relevan dengan keperluan strategis bangunan Indonesia merdeka yang terdiri dari berbagai agama, kepercayaan, ideologi politik, etnis, bahasa dan budaya. Dasar pemikiran tersebut yang menjadikan semboyan "keramat" Ini terpampang melengkung dalam cengkeraman kedua kaki Burung Garuda. Burung Garuda dalam mitologi Hindu adalah kendaraan (wahana) Dewa Wisnu. (Ma'arif A.Syafi'i: 2011). 

lanjut Syafi'i, terkait semboyan yang ditulis Empu Tantular, dapat diketahui bahwa wawasan pemikiran pujangga besar yang hidup di zaman kejayaan Majapahit ini, terbukti telah melompat jauh ke depan. Nyatanya, semboyan tersebut hingga sekarang masih relevan terhadap perkembangan bangsa, negara, dan bahkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global. 

Menurut hemat saya, para pendiri bangsa Indonesia yang sebagian besar beragama Islam nampaknya cukup toleran untuk menerima warisan Empu Tantular tersebut. Sungguh, sikap toleran ini sejatinya adalah watak dasar suku-suku bangsa Indonesia yang telah mengenal beragam agama, berlapis-lapis kepercayaan, dan tradisi, jauh sebelum Islam datang ke Indonesia. 

Oleh sebab itu, kita sebagai anak bangsa yang mewarisi kemerdekaan NKRI ini, mari terus bersatu, berjuang bersama untuk menjaga serta mengisi kemerdekaan NKRI dengan kegiatan-kegiatan positif dan produktif. Meski kita berbeda-beda, namun tetap satu jua. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Maka bersatulah. Indonesia Yes !!

Punjul 17 Agustus 2020

6 comments:

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...