S u b a d i
Bismillah. Dunia pesantren sampai detik ini terbukti selalu menggelorakan pesan-pesan perdamaian, salah satu tradisinya melalui syiar dan syair yang bersumber dari khazanah dan kekhasan kaum pesantren itu sendiri.
Disadari atau tidak, seperti saat-saat sekarang ini, menurut hemat saya penting bagi umat islam (kususnya Indonesia) untuk mencoba bersama menggaungkan syiar yang damai dalam setiap dakwah dan kegiatan lain yang melibatkan khalayak, masyrakat banyak.
Mengapa yang demikian menjadi penting? Tak lain karena syiar untuk mengedepankan bahwa islam adalah inspirasi bukan semata-mata aspirasi, islam sebagai rahmat bukan malah melaknat, islam sebagai spirit kemajuan bukan kerikil sandung yang menjadi penyebab kejumudan, apalagi kemunduran, dan islam sebagai lumbung pemersatu bukan arena untuk permusuhan.
Budaya pesantren kian menjadi lengkap dan sejuk, salah satu alasannya adalah gelora syiar beriring syair. Nada-nada dan shalawat selalu menghiasi syiar yang dapat menjadi penambah damainya jiwa dan hati, seluruhnya semata-mata agar semua insan mampu menjaga diri, menjaga jari, menjaga lisan, dan menjaga laku keseharian. Kasih bagi seluruh insan.
Pesantren dengan gaya kaum santrinya senantiasa mengedepankan sikap santun, menghargai perbedaan, anti kekerasan, dan anti permusuhan (atas nama apapun!). Sikap yang demikian, sejatinya semata-mata hasil internalisasi budaya pesantren itu sendiri.
Ya, tradisi yang sudah terbangun sejak lama sekaligus warisan leluhur yang penuh karisma dan laku mulia, selalu mengedepankan kebersamaan, toleran, menghargai perbedaan pendapat, memiliki selera humor tinggi, cinta seni dan budaya, dan banyak mengurai kebisingan dunia dengan cara-cara santai, tetapi selalu solutif. Modern bukan?
Punjul, 5 Agustus 2020
Pesantren hebatt
ReplyDeleteTop markotop.. .
DeleteMantab..
ReplyDeletePastane kok ra tau tuku.. .
DeleteAlhamdulillah masih santri pak,.
ReplyDeleteAlhmdllh... . Terus dan terus
DeleteSiappppp
ReplyDeleteNjih. .
DeleteNjih..
Delete