S u b a d i
Bismillah. Sangat lumrah diketahui, bahwa manusia adalah makluk ciptaan Allah yang paling sempurna, fi ahsani taqwim. Manusia di samping sebagai makluk biologis, juga termasuk makluk peradaban. Oleh sebab itu, tak heran jika banyak sekali kelebihan yang dimiliki, sekaligus tak luput juga dari sederet kekurangan.
Pada uraian singkat ini, penulis ingin menyampaikan empat sisi kekurangan yang dimiliki manusia. Mengetahui dan menyadarinya bagi saya secara pribadi menjadi penting, demi kebaikan dan keharmonisan langkah dalam meniti jalan kehidupan.
Pertama adalah angan-angan tanpa guna, berarti memimpikan sesuatu yang mustahil untuk dicapai, diraih. Tentu, angan-angan berbeda dengan cita-cita. Sebab, cita-cita adalah idealisme di masa mendatang yang memungkinkan untuk diraih dengan berbagai upaya yang realistis. Misalnya, bercita-cita ingin menjadi seorang penulis yang baik dan sukses, maka bentuk ihtiyarnya adalah terus menulis dan menulis tanpa jemu, mempublikasikan, membukukannya, terus mengasah ketrampilan menulis, dan lain sebagainya.
Kedua adalah terlalu memaksakan kehendak, kelemahan yang satu ini, sering menghinggapi orang yang sedang diberi otoritas, kekuasaan. Ia bukan lagi menjadi sosok yang mengayomi, mencerahkan dan menebarkan energi positif bagi yang ia pimpin. Akan tetapi, malahan menjadi momok yang membosankan. Sikap suka memaksakan kehendak yang menghinggapi seorang pemimpin bisa menjadi penyebab rusaknya sebuah organisasi.
Membincang soal kehendak, tentu ia menjadi sangat manusiawi, akan tetapi kehendak tersebut apakah akan bermanfaat atau tidak, perlu mendapatkan ruang perenungkan secara mendalam, sehingga ia menjadi sebuah kehendak yang arif, proporsional, dan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap roda organisasi, terutama jajaran yang dipimpin.
Ketiga adalah keras kepala dalam pendirian, sifat negatif ini jika menghinggapi seseorang, maka perjalanan hidupnya menjadi keras dan kurang bermakna. Menjalani kehidupan sejatinya juga perlu seni, kapan harus menjadi penentu arah, kapan menjadi mediator di tengah keragamanan dan kebisingan hidup, dan kapan harus menjadi pendorong yang kuat untuk timbulnya kabajikan di rumah, di tengah masyarakat, dan seterusnya.
Mempunyai sebuah pendirian adalah keniscayaan bagi setiap orang, akan tetapi bukan yang tercampuraduk dengan sikap keras kepala. Sebab, jika tercampuraduk maka kemungkinan besar yang terjadi adalah tak sudinya mendengar saran apalagi sampai mau menganalisis sebuah masukan. Mempunyai pendirian menjadi urgen, sebab ia akan memberi peluang kepada seseorang mampu membuka diri terhadap masukan konstruktif orang lain.
Dan keempat adalah egois, sifat yang bisa menjangkiti kepada siapapun, tanpa pandang bulu. Demi kebaikan pribadi dan orang lain, maka watak ini (egois) harus dikelola dan dikendalikan agar tidak tumbuh subur pada pribadi seseorang. Jika, watak ini tidak segera dikenali dan kendalikan, maka lambat laun akan menjadi bagian karakter yang melekat kuat dan bisa menimbulkan dampak yang kurang baik, bagi diri sendiri dan juga orang lain. Wallahu a'lam bissowab.
Madiun, 3 Agustus 2020
No comments:
Post a Comment
Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..