S u b a d i
Bismillah. Sejak kemarin, Senin 10 Agustus 2020, Kemenag Kabupaten Tulungagung, dalam hal ini Seksi Pendidikan Madrasah menyelengarakan kegiatan virtual meeting penguatan/pendampingan Gerakan Ayo Membangun Madrasah (GERAMM), Tahun 2020. Acara yang dilaksanakan secara virtual meeting ini, diawali dengan sambutan dari Bapak Kasi Pendidikan Madrasah, yaitu Bapak H. Suryani, M.Ag, dilanjutkan oleh Plt. Kepala Kemenag Kabupaten Tulungagung, Bapak Drs. H. Masngut, M.Pd.I, sekaligus sebagai pembuka acara. Acara pembukaan berjalan baik dan lancar.
Sejauh saya menangkap, bahwa GERAMM merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan cita-cita mulia, yakni menuju Madrasah yang Hebat dan Bermartabat, melalui program membangun madrasah dengan satu kunci, yakni mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh madrasah. Dengan program ini, diharapkan seluruh komponen madrasah dapat dibangun dan ditingkatkan kemampuannya.
Lebih lanjut, dipaparkan bahwa GERAMM meliputi 7 Gerakan, yakni Gerakan Literasi Madrasah/GELEM, Gerakan Madrasah Sehat/GEMES, Gerakan Madrasah Inovatif/GEMI, Gerakan Furudul Ainiyah/GEFA, Gerakan Peningkatan Kompetensi Guru/KATA SIGURU, Gerakan Peningkatan Kompetensi Kepala Madrasah/KATA SIKAMAD, dan Gerakan Kompetensi Pengawas/KATA SIAWAS.
-----------------------------------
Gerakan Literasi Madrasah (GELEM)
Hari ini, Selasa, 11 Agustus 2020 merupakan hari ke dua kegiatan penguatan GERAMM, tepat pukul 08.00 acara dimulai, materi hari ini adalah Gerakan Literasi Madrasah (GELEM), sebagai pemateri adalah Bapak Drs. Imam Syafi'i, M.Pd.I, Kasi Kurikulum dan Evaluasi, dari Kanwil Kementerian Agama Jawa Timur. Untuk materi ini, sekurang-kurangnya diikuti oleh 324 guru RA dan Madrasah (MI, MTs, dan MA) yang didelegasikan oleh madrasahnya masing-masing.
Ada beberapa hal cukup menarik yang dapat saya tangkap, kususnya dari sajian materi Gerakan Literasi Madrasah, pertama, disajikan sekurangnya ada tiga hal yang melatarbelakangi program ini, di antaranya bagi saya cukup menggelitik, yakni data dari Republika.co.id, Senin 15 Desember 2014,14.00 WIB, Tingkat melek huruf orang dewasa : 65,5 persen. Dan Statistik UNESCO, 2012, mengatakan indek minat baca : 0,001, berarti setiap dari 1.000 penduduk hanya satu yang membaca. Kemudian data dari PISA, mengatakan tingkat membaca siswa Indonesia berada di urutan ke 62 dari 70 negara.
Dari sini jelas, menunjukkan minat membaca penduduk Indonesia begitu rendah, sehingga dirasa sangat perlu gerakan bersama untuk menumbuhkan budaya literasi. Salah satu jalan yang paling tepat dan efektif adalah memulai Gerakan literasi dari madrasah. Sejatinya literasi juga menjadi bagian dari kurikulum 2013. Jika kita tengok Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, sudah tercantum dengan jelas, salah satu aspeknya adalah membiasakan membaca setidaknya 15 menit setiap hari. Dan kini dengan adanya Gerakan Literasi Madrasah/GELEM, diharapkan budaya literasi (membaca dan menulis) semakin berkembang secara signifikan.
Pegiat Literasi sekaligus penulis puluhan buku dari IAIN Tulungagung, Dr. Ngainun Naim, M.Ag, mengatakan, membangun tradisi membaca secara luas di kalangan masyarakat merupakan salah satu kunci penting untuk membuat masyarakat kita menjadi masyarkat yang maju. Kemajuan tidak bisa diperoleh secara signifikan hanya dengan adanya teknologi, modal besar, atau pergaulan luas semata. Kunci penting yang mendasari kemajuan adalah budaya membaca yang kokoh. (2019:40). Hemat saya, dengan diluncurkannya GERAMM, yang salah satu programnya adalah Gerakan Literasi Madrasah, perlu disambut dengan gembira, didukung, dan diupayakan kesuksesannya.
Kedua, Pengertian Literasi, menurut Ditjen Dikdasmen, 2016:2, literasi berarti kemampuan untuk mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui aktifitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Kemudian menurut UNESCO:2006:147, menyebutkan bahwa literasi mencakup 4 aspek, 1) literasi sebagai seperangkat keterampilan otonom, 2) literasi sebagai hal yang dilaksanakan, dipraktikkan, dan dikondisikan, 3) literasi sebagai proses pembelajaran, 4) literasi sebagai teks.
Dalam paparanya, Drs. Imam Syafi'i, M.Pd.I menuturkan bahwa Gerakan Literasi Madrasah adalah usaha komprehensif untuk menjadikan madrasah sebagai masyarakat pembelajar yang dilakukan semua pihak baik pemerintah, guru, peserta didik, maupun orang tua wali.
Dari sini jelas, program Gerakan Literasi Madrasah sejatinya tidak hanya sebagai upaya menumbuh kembangkan budaya literasi bagi peserta didik, akan tetapi, secara luas diharapkan literasi membudaya di lingkungan madrasah dan masyarakat, mulai peserta didik, guru, kepala madrasah, pengawas madrasah, dan orang tua wali. Sehingga literasi benar-benar menjadi bagian dari budaya bangsa Indonesia. Tradisi literasi memang harus terus digelorakan, sebab dengan semangat literasi yang kokoh, hingga membudaya merupakan piranti dan dan penanda kemajun sebuah bangsa.
Ketiga, Tujuan Literasi, dalam paparannya, beliau menyajikan dua tujuan, tujuan umum, dan tujuan kusus. Tujuan Umumnya adalah menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi madrasah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Madrasah, agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tujuan Kususnya adalah, a) menumbuh kembangkan budaya literasi di madrasah, b) meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan madrasah agar lebih literat, c) menjadikan mdrasah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga madrasah mampu mengelola pengetahuan, dan d) menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mawadahi berbagi strategi membaca. (Dirjen Dikdasmen. 2016:2).
Keempat, Pelaksanaan, Gerakan Literasi Madrasah dalam praktiknya meliputi 3 tahap, yakni:
a) kegiatan pembiasaan, yang mencakup penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca setiap hari (one day one ayat, one day on hadits, morning circle, morning smart, bacaan berkarakter, dan membaca buku non pelajaran), dan menata lingkungan kaya teks, (mengubah kelas menjadi kaya teks, pengadan buku nonpelajaran, perpustakaan, sudut baca, cafe baca, gubuk literasi, majalah dinding, dll.
b) kegiatan pengembangan, disajikan beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini, meliputi menulis komentar singkat, merangkum apa yang dibaca, pengembangan kosa kata dengan satu hari 4 kata 4 bahasa, pengumpulan karya siswa dan guru, dll.
c) kegiatan pembelajaran, pada sesi ini merupakan peningkatan kemampuan literasi di semua mata pelajaran, strategi membaca efektif, menerapkan budaya literat dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses, dan penilaian pembelajaran.
Kelima, Madrasah Menulis/MaNis. Bagian ini bagi saya cukup menarik, sangat sayang jika dilewatkan, sebab kegiatan ini, MaNis, memiliki tujuan untuk membudayakan menulis bagi guru, pegawai, dan peserta didik untuk menghasilkan produk tulisan sesuai dengan jenjang dan kemampuannya. Kegiatan ini setidaknya meliputi 4 hal, yakni guru menulis/gelis, siswa menulis/Sulis, kepala Madrasah menulis/kamis, dan penelis/Pengawas Madrasah menulis.
Sungguh tidak berlebihan, secara pribadi saya ucapkan selamat kepada guru, kepala madrasah, dan pengawas yang tergabung dalam group Ma'arif Menulis. Mari terus rawat spirit menulis yang sudah terbangun ini. Menulis sebagai warisan leluhur, kususnya para ulama' memang sudah sepatutnya dilestarikan. Al-Qur'an bisa sampai kepada kita saat ini juga bagian dari jasa para penulis masa lalu. Menulis adalah aktifitas mulia, menulis bagian dari proses belajar, sehingga jika dilandasi dengan niat yang benar, menulis juga akan bernilai ibadah, sebab belajar adalah perintah agama Islam. Lebih lanjut, jika membincang ihwal literasi dalam peradaban Islam, sudah jelas disebutkan dalam surat al-Alaq ayat 1-5, dan surat al-Qalam ayat 1.
Banyak hal yang disajikan dalam materi ini, bagi guru dan kepala Madrasah memiliki kewajiban untuk menghasilkan tulisan yang dipergunakan untuk meningkatkan kompetensi sekaligus dipergunakan sebagai prasyarat kenaikan pangkat, tentu bagi ASN. Karya tulis yang dimaksud yaitu: buku berjenjang, esai praktik pembelajaran yang baik, laporan hasil penelitian, buku populer, modul, artikel ilmiah, dan lain-lain.
Sedangkan untuk peserta didik, bersama-sama didampingi oleh guru untuk bisa menghasilkan karya literasi, diantaranya adalah cerpen, puisi, novel, komik, poster, resensi buku, dan lain-lain.
Tidak hanya guru dan siswa yang dituntut untuk mengembangkan budaya literasi, dalam hal ini menulis, kepala Madrasah dan pengawas juga musti melai membiasakan menulis, bisa berupa laporan penelitian tindakan Madrasah, laporan tindakan kepengawasan, buku populer, jurnal, artikel, karya terjemahan, dan lain-lain.
Terakhir, karena program ini adalah gerakan bersama yang resmi diluncurkan sebagai kebijakan yang harus dikerjakan oleh Madrasah di bawah naungan Kementerian Agama, maka akan ada monitoring dan evaluasi, sebagian upaya pemantauan dan penilaian untuk mengukur sejauh mana signifikansi keberhasilan Gerakan Literasi Madrasah. Tentu sesuai kriteria yang telah ditetapkan, baik mengenai lingkungan fisik, lingkungan sosial dan afektif, serta lingkungan akademik. Semoga bermanfaat, semoga sukses. Amin.
Punjul, 11 Agustus 2020
Top markotop, mantab Ustadz...
ReplyDeleteSemoga sedikit membantu bagi yang tadi tidak bisa mengikuti zomm Buk. ..
DeleteSiaran pers 2 hari...
ReplyDeleteKamis = Kepala Madrasah Menulis
Kammalis = Kepala Madrasah Malas Menulis 🤣🤣😷😷
Pokok ojo sampek males kerjo Pak.. Kwkkwkw. .. Iso luwe. ..
DeleteHebat yii...
ReplyDeleteSinau niki Pak. ...
Deletemantab mantab...
ReplyDeleteSukron jazilan
Delete