google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': SOSOK PEMBANGKIT SEMANGAT [1] "IMAM ASY-SYAFI'I YANG SAKIT-SAKITAN"

SOSOK PEMBANGKIT SEMANGAT [1] "IMAM ASY-SYAFI'I YANG SAKIT-SAKITAN"


S u b a d i

Bismillah. Apakah anda sering dilanda sakit? Sakit panas, typus, magh, hipertensi, darah rendah, atau hanya sekedar flu atau batuk. Jangan sampai patah semangat, apalagi putus asa, jadilah orang yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, demikianlah kira-kira banyak orang bijak berpesan. 

Berkali-kali kali Imam Asy-Syafi'i berpesan kepada murid-muridnya, pesan yang cukup singkat, namun mengesankan. "Al'ilmu 'ilmani, 'ilmu al-fiqhi li al-adyani wa 'ilmu at-thibi li al-abdani wa ma wara-a dzalika bulghatu Majelis ini". Yang artinya " Ilmu itu ada dua macam : ilmu fikih untuk agama, dan ilmu kedokteran untuk merawat badan. Selain keduanya hanya bekal pergi ke perkumpulan. 

Tidak banyak orang yang tahu, bahwa ternyata ada rahasia di balik ungkapan Asy-Syafi'i tersebut. Ternyata wasiat ini disampaikan oleh Beliau karena latar belakang "pengalaman pahit" yang mendera Asy-Syafi'i sampai akhir hayatnya. 

Sebagaimana disebutkan dalam buku yang berjudul "Rahasia Sukses Fuqaha" Imam Asy-Syafi'i menahan dua penyakit, yang tak kunjung sembuh, yaitu penyakit batu dan bawazir. Penyakit Asy-Syafi'i ini tergolong kronis. Namun demikian, Beliau menerimanya dengan tabah. Beliau tak pernah patah "semangat atau mengeluh". Penyakit yang dideritanya ini tidak pernah mengganggu aktivitas belajar dan mengajarnya. 

Bahkan, menurut catatan Ibnu Hajar : "ketika penyakit Imam Asy-Syafi'i semakin parah, Beliau kemana-mana selalu membawa mangkok kecil, mangkok ini diletakkan di bawah pantat Beliau untuk menampung darah yang terus menerus menetes pada saat Beliau duduk".

Sungguh, tak berlebihan dikatakan di antara nikmat dan karunia Allah yang sangat berharga itu adalah nikmat kesehatan. Sebagai bagian dari orang-orang yang mengagumi Imam Asy-Syafi'i, bahkan ikut menikmati buah pemikirannya patut untuk menyontoh ketabahan Beliau dalam menerima ujian sakit dari Allah sekaligus semangatnya. Tentu, kita tidak akan bisa menyamainya, setidaknya Beliau telah memberi teladan yang begitu mulia, meskipun dalam keadaan sakit, masih saja tekun untuk belajar dan mengajar. 

Akan menjadi aneh, jika waktu kita banyak, kesehatan kita prima, dan kesempatan kita punya, namun tidak dipergunakan untuk melakukan aktivitas yang bermakna, apalagi sampai dipergunakan untuk melakukan hal-hal yang menyimpang dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Menggunakan kesempatan untuk hal-hal yang positif, menurut hemat saya adalah bagian dari cara kita mensyukuri nikmat kesehatan yang telah Allah berikan kepada kita. Semoga bermanfaat. Wallahu a'lam bisshawab.

Punjul, 12 Agustus 2020



4 comments:

Terimaksih telah berkenan membaca tulisan ini, komentar anda sangat saya hargai. Semoga ada manfaatnya. amin..

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...