google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': May 2021

Ayo Bercerita Tentang Indonesia !


S u b a d i

Bismillah. Termasuk bagian dari rakyat Indonesia, kita pada hari ini, selasa 1 Juni 2021 sangat layak untuk mengingat bahwa setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Mengingat-ingat saja ihwal hari bersejarah itu bagi penulis merupakan wujud syukur dan bukti kecintaan kita pada bumi pertiwi, sekaligus penghormatan kepada para Pahlawan bangsa yang telah memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia.

Mengingat, ada satu tonggak awal dimana seluruh anak bangsa dengan leluasa untuk bergerak wewujudkan cita-cita kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik, adil, dan sejahtera. Tonggak awal itu adalah dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan. Ia sejatinya buah perjuangan panjang dan meletihkan seluruh anak bangsa dalam rangka menjaga, melawan, dan mempertahankan kehormatan bumi pertiwinya dari segala bentuk penjajahan. 

Semangat perjuangan merupakan nilai dasar yang dikandung oleh proklamasi. Semangat itu berkobar untuk berperan sebagai pembangkit semangat melakukan pembangunan diberbagai bidang, baik mental, spiritual, ideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan juga keamanan.

Sejarah mencatat bahwa presiden pertama Republik Indonesia dalam pidatonya di forum PBB tanggal 30 September 1960 memperkenalkan kepada dunia bahwa Pencasila sebagai konsepsi dan cita-cita bangsa Indonesia. dst




LEBARAN Yesss!

S u b a d i 

Bismillah. Ada satu momen utama yang selalu ditunggu-tunggu oleh muslim Indonesia sehabis 1 bulan penuh menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Ya, momen itu disebut Lebaran. Lebaran bisa dimaknai sebagai ajang silaturrahim untuk berkunjung ke keluarga, sanak saudara, tetangga, teman, sesepuh, guru, dan masyarakat luas. 

Lebaran sendiri sudah sejak lama menjadi tradisi muslim Indonesia. Bahkan mereka rela berbondong-bondong mudik [pulang kampung] setiap Lebaran tiba. Tak lain karena sebuah tujuan untuk menyambung tali kasih, pengobat rindu, saling bermaafan, berbagi, dan mempererat tali persaudaraan. Sesungguhnya momen Lebaran yang demikian itu hakikatnya adalah Silaturrahim

Jika ditelisik lebih dalam lagi, silaturrahim sebagai agenda utama lebaran secara syariat merupakan amalan mulia yang diperintahkan agama yang harus selalu dijaga. Silaturrahim mampu menyambungkan apa-apa yang tadinya putus dalam relasi hablum minannas. Dan bahkan, sering disampaikan bahwa silaturrahim mempunyai fadhilah memperpanjang umur serta melapangkan rezeki. 

Muhammad Quraish Shihab menuturkan satu hadits tentang subtansi silaturrahim dalam karyanya Membumikan Al-Quran: Peran dan Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat: 317. Bunyinya demikian: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Laysa al-muwashil bil mukafi’ wa lakin al-muwwashil ‘an tashil man qatha’ak. (Hadits Riwayat Bukhari)

Artinya: “Bukanlah bersilaturrahim orang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturrahim adalah yang menyambung apa yang putus.” (HR Bukhari). 

Dari Sabda Nabi Muhammad tersebut, jelas termaktub bahwa silaturrahim menyambung apa yang telah putus dalam hubungan hablum minannas. Manusia tidak terlepas dari dosa maupun kesalahan sehingga menyebabkan putusnya hubungan. Di titik inilah silaturrahim mempunyai peran penting dalam menyambung kembali apa-apa yang telah putus tersebut.

Perlu disadari, bahwa silaturrahim tidak musti menunggu momen Lebaran tiba. Manusia tidak mungkin harus menunggu berbulan-bulan untuk menyambungkan apa-apa yang telah putus, sebab batas umur manusia tidak ada yang pernah tahu. Sehingga manusia akan sangat merugi jika nyawa tidak lagi dikandung badan sedang ia masih menyimpan salah dan dosa kepada sesama, orang lain. 

Kendati demikian, bukan berarti momen Lebaran menjadi sia-sia. Malahan, ia bisa menjadi momen yang paling tepat jika di hari-hari lain belum mampu menyambungkan apa yang telah putus. Sebab, energi kembali ke fitri turut mendorong manusia untuk berlomba-lomba mengembalikan jiwanya pada kesucian. Idul Fitri-lah yang mampu melakukannya. 

Walhasil, jangan pernah memutus tali silaturrahim, karena disamping ia mengandung bukti konkret tentang kasih sayang, ketulusan, dan rasa rahmat, silaturrahim nyatanya merupakan bagian dari syariat islam. Wallahu a'lam bisshawab.

Punjul, 22 Mei 2021

3 HAL PENOPANG IBADAH KITA !


S u b a d i

Bismillah, alhamdulillah hari ini saya masih diberi kesempatan untuk mencicipi halaman demi halaman kitab yang lama tidak saya buka. Tradisi membaca memang perlu terus dilestarikan, meskipun hanya sedikit waktu yang disisihkan untuk membaca. Ya, saya percaya membaca sejatinya bukanlah aktivitas yang berat dan membutuhkan banyak biaya. Namun jika belum terbiasa, membaca rasanya bisa menjadi sesuatu yang sangat berat, malas seperti saya ini. Hehe

Kitab yang saya miliki rata-rata hanya seputar ibadah, akhlak, ilmu Qur'an, hadits, manthiq, blaghah, ilmu alat, dan tauhid saja. Itu pun masih dalam tingkatan yang sangat dasar sekali. Maklum, saat nyantri dulu selain hanya dalam waktu yang sangat singkat, barangkali kemalasanlah yang menjadi faktor utama, sehingga tidak sampai menjadi orang alim seperti teman-teman yang lain. Namun, meski demikian saya tetap wajib bersyukur dengan kesempatan yang telah Allah berikan kala itu. Alhamdulillah. Yang sedikit ini semoga bisa bermanfaat. Amin. 

Pada beberapa halaman kitab yang saya baca, coba mengulas keterkaitan lafadz iyyaka na'budu dalam surat al-fatihah dengan persoalan ibadah kepada Allah SWT. Disebutkan bahwa ibadah seorang hamba kepada Allah SWT keberhasilannya senantiasa ditopang oleh tiga hal, yakni hati, lisan, dan angota tubuh. 

Pertama, Hati. Disebutkan bahwa ibadah merupakan perjalanan seorang hamba menuju Allah SWT. Sebelum seseorang berkata dan bertindak maka hatilah yang paling pertama bergerak dan merespons segala sesuatunya. Dalam hal ini, hati akan melintasi beberapa tahapan untuk menuju al-Haq. Persinggahan hati yang pertama adalah al-Yaqzhah yakni kerisauan hati setelah terjaga dari kelenaan. 

Secara sederhana dapat dipahami begini, seseorang yang awalnya terlena kemudian mulai tersadar. Ya, dalam keadaan sadar seseorang hatinya akan mulai galau dan ingin melakukan amal ibadah. Saat keinginan muncul pada hati seseorang pasti ia akan mendapatkan ilmu/pengetahuan untuk menuju tahap selanjutnya. 

Tahap kedua yang akan dilintai oleh hati disebut al-Azm yang bisa dimaknai dengan niat atau tekad untuk memulai sebuh amal. Saat seseorang sudah mempunyai niat dan tekad yang kuat, ia akan segera mempersiapkan diri untuk belajar tentang cara dan lain hal yang dapat mengantarkan dia kepada tujuannya. Bahkan, disamping itu ia akan mencari cara bagaimana menyikapi godaan dan rintangan yang akan menghadang tujuannya. 

Kemudian, setelah niat dan tekad telah menjadi kuat, maka seseorang akan memasuki apa yang disebut dengan Fikrah. Al-fikrah merupakan fokusnya perhatian hati kepada sesuatu yang hendak dituju atau dicari, meskipun dia belum memiliki gambaran jalan yang akan ditempuh untuk mengantarkan kepada sebuah tujuan. Itulah makna fikrah

Sejatinya, hati yang sudah terfokus, hanya memiliki satu tujuan yakni kepada Allah semata, tanpa terpengaruh godaan dari kanan maupun kiri. Jika ini sudah terjadi, maka seseorang akan memasuki tahapan al-bashirah. Lalu apa maksud dari al-bashirah itu? Disebutkan bahwa ia adalah cahaya dalam hati untuk melihat janji dan ancaman, surga dan neraka. Tegasnya, cahaya bashirah merupakan sebuah keistimewaan atau ilmu yang disusupkan oleh Allah SWT ke dalam hati hambaNya. Ia menjadi mata batin yang mampu mengetahui apa-apa yang terkandung dalam sesuatu yang madharat maupun manfaat, begitu juga yang terkandung di balik larangan maupun perintah Allah SWT. 

Jika hati seseorang telah mendapatkan hal-hal tersebut, dapat dipastikan hatinya akan semakin tulus dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Hatinya mempunyai tujuan yang satu, yaitu terfokus kepada Allah SWT. Dan apabila maksud/tujuannya kuat maka ia akan memulai perjalanan menuju Allah SWT dengan tawakkal. 

Kedua, Lisan. Meskipun hati seseorang telah kokoh sebagai penopang utama ibadah seseorang, namun lisan tidak kalah penting. Dijelaskan ibadah secara lisan setidaknya harus memperhatikan lima perkara. Yang wajib bagi lisan diantaranya mengucapkan dua kalimat syahadat, sebuah kesaksian kepada Allah SWT serta merupakan pondasi ibadah. Kemudian lisan untuk membaca al-Qur'an, seperti menjaga keabsahan shalat, mengucapkan zikir yang wajib dalam shalat, dan membalas salam atau mengucapkan salam. 

Yang sunnah bagi lisan di antaranya membaca Al-Qur'an secara rutin/istiqomah, menyebut asma Allah, menggali ilmu dan lain sebagainya. Sedangkan yang haram bagi lisan di antaranya mengucapkan perkataan yang dibenci Allah SWT dan RosulNya, menyampaikan  sesuatu yang bertentangan dengan ketetapanNya, menyuruh kepada bid'ah, menuduh, mencaci, bohong, memberi kesaksian palsu, dan mengatakan tentang Allah SWT tanpa didasari ilmu. Sedangkan yang makruh bagi lisan adalah mengatakan sesuatu, padahal andai kata hal itu tidak dikatakan, maka akan lebih baik. 

Ketiga, Anggota Tubuh. Anggota tubuh seseorang tidak bisa dinafikan dalam urusan ibadah, karena ia sangat menentukan terjadinya sebuah tindakan ibadah atau amal ibadah. Munculnya sebuah amal untuk berbuat semata-mata terdorong oleh tujuan yang kuat. Tekat yang kuat itu menjadi daya yang memotivasi terjadinya tindakan/amal. Sehingga seseorang akan segera dapat mengawali ibadah, yakni berbuat dalam melakukan perjalanan menuju Tuhan Yang Maha Benar. 

Walhasil: Ketiga penopang ibadah ini [hati,lisan, dan anggota tubuh] haruslah sejalan dan disempurnakan, demi terlaksananya ibadah dengan baik dan benar, sampai pada tujuan, dan diridhai oleh Sang Khaliq, Allah Azza Wajalla. Wallahu a'lam bisshawab.

Punjul, 5 Mei 2021



MADU TEMANKU


S u b a d i

Bismillah, semenjak aku bergabung dengan HPAI 6 tahun yang lalu, selain bertambah banyak teman aku juga merasa lebih dekat dengan madu. Madu di bisnis ini masuk dalam kelompok produk sunnah, sederajat dengan minyak zaitun, susu, dan kurma. Dikatakan produk sunnah karena ia termasuk salah satu kegemaran Baginda Nabi Muhammad SAW.

Hal yang sangat membahagiakan ketika berteman dengan madu adalah saat pelanggan merasakan manfaat madu yang dibeli dariku. Selama ini sudah banyak sekali pelanggan setia yang merasakan manfaat dari madu. Badan menjadi lebih fit dan sakit yang mereka derita banyak mendapatkan kesembuhan lantaran rutin minum madu. Alhamdulillah ya Allah, semuanya hanya karena kehendakMu. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa madu dipercaya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh bila dikonsumsi secara rutin dan tidak berlebihan. Saat ini madu juga digunakan untuk berbagai jenis pengobatan tradisional hingga modern. 

Literatur mengatakan, secara klinis madu mengandung antibakteri sehingga membuat tubuh dapat terhindar dari penyakit. Madu juga dapat membersihkan kotoran di usus, menyembuhkan batuk berdahak, menyembuhkan luka, menyehatkan pencernaan, hingga meningkatkan daya tahan tubuh. Subhanallah

Selain itu, madu menjadi minuman yang istimewa sebab ia memiliki kualitas antioksidan yang tinggi, termasuk asam organik dan senyawa fenolik. Kandungan antioksidan dapat bermanfaat pada risiko serangan jantung, stroke, meningkatkan kesehatan mata, dan beberapa jenis penyakit kangker. 

Soal manfaat madu yang luar biasa ini, Nabi Muhammad SAW bersabda: " Madu adalah penyembuh bagi segala penyakit dan al-Qur'an adalah penyembuh apa yang ada di dada. Maka bagi kalian ada dua penyembuhan; Al-quran dan Madu." , [HR. Ibnu Majah, 3452 dari Hadist Ibnu Mas'ud]. Dan Ibu Majah juga meriwayatkan bahwa Nabi juga pernah bersabda: "Barang siapa yang minum madu 3 tegukan dalam setiap bulannya, dia tidak akan terkena bala' yang besar". [HR. Ibnu Majah].

Subhanallah, sungguh sempurna ciptaanMu ya Allah... Alhamdulillah. 

Boyolangu, 4 Mei 2021



Sudahkan Kita Bermuhasabah Hari Ini?

S u b a d i

Bismillah. Secara ringan muhasabah bisa dimaknai menghitung. Dalam wacana kesufian, muhasabah artinya instrospeksi diri. Lebih spesifik lagi muhasabah bisa difahami sebuah kesadaran untuk menimbang antara baik dan buruk, antara manfaat dan madharat, antara  haq dan bathil, dan lain sebagainya.

Saat ini kita berada di bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Setiap umat yang beriman berlomba-lomba dalam kebaikan dan beribadah kepadaNya. Siang untuk berpuasa, malam untuk tarowih dan qiyamul lail. Ibadah kebanyakan umat bertambah lebih banyak dibanding bulan-bulan sebelumnya. Surau dan masjid pun selalu penuh dengan jamaah shalat, terlebih waktu malam hari. Sungguh pemandangan yang menyejukkan dan damai. 

Senyampang mengisi dan berdiri tegak menikmati welas-asih Allah Ta'ala di bulan yang penuh ampunan dan pembebasan ini, tak ada salahnya jika kita pergunakan untuk berfikir, selagi yang kita fikirkan adalah hal yang positif, terlebih bisa bermanfaat. 

Saat bicara soal ibadah, berarti kita sejatinya sedang membincang tentang berjalan menuju Tuhan. Maka sudah sepatutnya kita memperhitungkan sesuatu yang ada dalam perjalan, diawali dengan menyiapkan tekad dan bekal, kendaraan yang akan kita tumpangi, serta hal lain yang kita butuhkan untuk mensukseskan perjalanan kita. Sebab perjalanan yang kita lalui akan terus bergerak dan tak kan pernah kembali.

Satu point penting yang tidak boleh kita kesampingkan saat berjalan menuju Tuhan [ibadah] adalah muhasabah. Muhasabah menjadi sangat penting sebab dengannya kita akan selalu ingat dengan diri sendiri. Ia mampu menunjukkan kekurangan, ketidaksopanan, serta memperlihatkan dosa-dosa kita kepada Allah SWT. Dengan muhasabah kita akan terbantu untuk menimbang diri kita sendiri dan berhias untuk mengumpulkan bekal untuk menyambut masa depan, Akhirat. 

Sebagai hamba, kita sering merasakan nikmat, dan kita juga pernah melakukan kejahatan. Sekecil apapun nikmat yang pernah kita rasakan dan seremeh apapun kejahatan yang pernah kita lakukan. Dengan muhasabah kita akan menemukan apa sesungguhnya yang dari Allah dan apa yang berasal dari diri kita sendiri. Sehingga kita akan tahu di mana letak ampunan dan rahmatNya sekaligus tahu dimana letak kehancuran dan kerusakan. 

Dengan muhasabah pula kita akan terbantu membandingkan betapa luas kemurahan Allah dan betapa sempit pengabdian kita kepadaNya. Betapa Agungnya Allah dan betapa hinanya kita. Kita juga akan semakin menyadari bahwa Dia-lah yang layak disembah dan kita adalah hamba yang wajib menyembah. 

Namun perlu dicatat, bahwa muhasabah bukanlah hal yang mudah begitu saja dikerjakan. Sampai Ibnu Qoyyim al-Juziyyah menuturkan tiga syarat agar seorang hamba dapat bermuhasabah, tiga hal itu adalah :

Pertama, cahaya hikmah adalah ilmu yang dimiliki seseorang, dengan ilmu seseorang akan mampu membedakan mana yang haq dan bathil. Cahaya hikmah hanya akan akan datang kepada seseorang yang hatinya telah mendekat kepada Allah dan tekun berbadah kepadaNya. Jadi caya hikmah ini tidak akan datang begitu saja. 

Kedua, kita harus berprasangka buruk kepada diri sendiri. Sederhananya jika kita tidak pernah berprasangka buruk kepada diri sendiri, pasti pada satu titik kita akan merasa selalu baik dan benar. Dan fatalnya jika kita sampai melihat yang sajatinya keburukan sebagai kebaikan dan aib sebagai kesempurnaan. Naudzubillah. Ingat, kehancuran Fir'aun tak lain karena disebabkan oleh selalu menganggap dirinya paling baik dan sempurna. 

Ketiga, dapat membedakan nikmat dan ujian. Maksudnya, kita musti memahami dan mengetahui mana yang mengandung rahmat kasih sayangnya dan mana nikmat yang hanya semu. Kita musti bisa menentukan mana nikmat yang merupakan kasih sayang Allah yang bisa membawa kepada kenikmatan abadi, dan mana kenikmatan yang sejatinya hanya tipuan semata. 

Semoga kita senantiasa dituntun oleh Allah SWT selalu berada pada jalan yang diridhai, diterima semua amal kebaikan kita, dan dijadikan menjadi hambaNya yang mampu bermuhasabah. Amin. 

Punjul, 03 Mei 2021







𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...