Subadi*
CURHAT. Entah sudah berapa bulan saya tidak mengisi blog ini, Padahal, awalnya saya cukup bersemangat mengunggah tulisan di blog. Sangking semangatnya, saya pernah dalam satu bulan penuh tidak absen mengunggah tulisan di blog. Orang yang malas pasti pandai berdalih dan beralasan, karena sibuk ini, sibuk itu, dan lain sebagainya. Sehingga satu paragraf pun tak kunjung terselesaikan atau malah tak berdaya untuk mengembangakan ide untuk mejadi sebuah tulisan, sekalipun tulisan yang sangat sederhana.
Barangkali ini yang sering melanda penulis pemula, spiritnya mudah naik turun, mudah pasrah pada keadaan, dan mau menulis hanya saat ada mementum saja. Sangat berbeda dengan penulis besar, ia akan selalu berusaha menjaga spirit menulis tetap prima dan cenderung meningkat. Penulis sejati akan menulis di setiap waktu tanpa harus menunggu mementum untuk memulai menulis.
Hikmah yang dapat saya ambil adalah jika ingin menjadi penulis besar, maka jangan mudah pasrah pada keadaan, harus aktif, selalu berusaha mencari jalan agar spirit menulis kembali meningkat, dan musti konsisten untuk bisa menghasilkan tulisan setiap hari. Sekalipun tulisan yang dihasilkan sangat sederhana.
MOMENTUM. Selang beberapa hari setelah kabar pengukuhan Guru Besar Prof. Ngainun Naim, [Selamat dan sukses njih Pak !] ada undangan masuk di WA group "Ma'arif Menulis" yang intinya undangan menulis ontologi dalam rangka apresiasi pengukuhan Guru Besar beliau dengan topik "Ngainun Naim dan dunia Intelektual" yang undangan itu dishare langsung oleh beliau.
Barang kali ini bukan hanya sebatas momentum untuk mulai aktif lagi menulis setelah sekian lama tertidur, akan tetapi kesempatan ini lebih sebagai penghargaan bagi kami para anak didiknya yang ada di group untuk ikut menandai atas pengukuhan Guru Besar beliau. Terima kasih Prof.
Sebagai manusia biasa, dan barangkali sebagai penulis pemula yang masih belajar dan suka malas-malasan saya akan ambil momentum ini untuk coba bangkit kembali dari kemalasan dan lebih rajin lagi untuk menulis, meski sebatas untuk mengisi blog yang sudah lama tertidur. Mudah-mudahan tulisan [lebih tepatnya cacatan] yang sudah terkumpul di blog ini nanti akan bisa terbit menjadi sebuah karya buku seperti teman-teman yang lainnya. Amin.
CERITA UNTUK PROF. NAIM. Siapa sih yang tidak kenal dengan Ustadz satu ini, sosok dosen yang smart, santun, sabar, rendah hati, suka berbagi, kas selalu pakai kaca mata, dan tentu tingkat intelektulitasnya tidak lagi perlu diragukan. Beberapa hari yang lalu status Guru Besar telah beliau peroleh. Tentu, ini capaian nomor wahid dalam dunia keilmuan sekaligus menjadi bukti bahwa Prof. Naim memang bukan orang sembarangan. Sebab gelar itu hanya pantas bagi mereka yang mempunyai prestasi luar biasa dan keberadaannya sangat bermanfaat bagi sesama, melalui karya-karya yang telah ditorehkan, dedikasi pada dunia pendidikan, kiprah membangun peradaban, dan sederet prestasi lainnya.
Bagi saya, dikatakan kenal tentang seseorang bukan berarti harus pernah berjumpa face to face dengan sosoknya. Akan tetapi, kita bisa mengenali seseorang dari cerita yang kita dengar atau melalui tulisan dan karya-karya orang tersebut. Maka, dalam hal ini saya berkeyakinan bahwa di luaran sana sangat banyak sekali orang yang kenal dengan sosok Prof. Naim melalui blog pribadinya, facebooknya, grop WA nya, dan tentu dari karya buku-buku beliau yang tersebar di mana-mana.
Topiknya terdengar sederhana [cerita dari para sahabat tentang: "Ngainun Naim dan dunia Intelektual"]. Akan tetapi saya bertanya-tanya keras dalam otak "Apakah saya bisa bercerita sesuai fakta tentang beliau?" entahlah... yang terpenting bagi saya ini adalah momentum untuk mulai giat menulis lagi. Saya tidak akan membebani fikiran saya apakah tulisan ini benar, enak dibaca, runtut, atau bisa dimengeti orang lain. Jujur, saya tidak bisa mengirim kado sebagai hadiah untuk Prof. Naim, namun saya yakin dengan mengirim tulisan ini beliau akan lebih bergembira ketimbang sekedar hanya mengirim kue atau peci hitam. hehe
Sudah cukup lama saya mendengar cerita tentang Prof. Naim, nyaris cerita yang saya dengar hanyalah cerita positif; "pak dosen yang disukai mahasiswanya, suka memberi suntikan motivasi manfaat literasi menulis, pak dosen yang spirit baca tulisnya tinggi, nama dan tulisannya sering terpampang di majalah, dan lain sebagainya". Intinya semua cerita positif tentang Prof Naim. Sehingga terbesit dalam otak saya, mudah-mudahan saya bisa dipertemukan dalam bangku kuliah dan diajar oleh beliau.
Walhasil, saya hingga sampai ini belum pernah menjadi anak didiknya di bangku kuliah, namun saya patut bersyukur telah dipertemukan dengan beliau dalam bangku diklat kepala madrasah yang diselenggarakan oleh PC. LP. Ma'arif NU Kabupaten Tulungagung di Kampus 2 STAI Diponegoro pada tahun 2020 lalu. Pada saat itu Prof. Naim menjadi salah satu pemateri di acara diklat tersebut. Dari sinilah pertemuan secara langsung terjadi.
Materi "Litersi Digital" yang dibawakan beliau dengan santai itu dijadikan sarana untuk memompa spirit literasi para peserta diklat yang 99% adalah kepala sekolah/madrasah. Dari sinilah kemudian terbangun gerakan literasi di lingkungan kepala sekolah/madrasah di LP Ma'arif NU Tulungagung. Gerakan itu hingga kini terus eksis dengan adanya Group WA " Ma'arif Menulis".
Awalnya group menulis itu hanya di huni oleh kepala sekolah/madrasah, namun kini sudah berkembang lebih maju dengan bergabungnya guru-guru dari wilayah Tulungagung dan luar Tulungagung. Bukti bahwa spirit literasi yang digelorakan oleh Pak Naim ini berhasil ditandai dengan terbitnya buku-buku karya ontologi maupun buku-buku pribadi dari anggota group WA "Ma'arif Menulis". Luar Biasa.
Pak Naim bagi saya bukan sekedar pak dosen atau akademisi, namun beliau adalah "Teladan". Jujur tidak sering saya berjumpa langsung dengan beliau, dan juga tidak banyak karya beliau yang saya miliki. Akan tetapi saya berani menyimpulkan atas dasar membaca buku-buku beliau yang saya miliki, tulisan-tulisan beliau di blog, cara beliau memberi bimbingan kami di group menulis, suntikan motivasi, dan cerita bahwa Prof. Naim adalah orang yang sangat gigih, tekun, pekerja keras, dan tidak mudah putuh asa.
Tidak sedikit orang yang memberi testimoni positif tentang beliau, dan bahkan gelar Prof. sejatinya sudah lama tersemat sebelum beliau secara de jure dikukuhkan menjadi Guru Besar. Jika kita pernah mengintip komentar facebook dan blog beliau rata-rata orang memanggil dengan Prof. Bahkan secara langsung pun banyak yang menyapa beliau dengan panggilan Prof. Saat ini gelar itu benar-benar terjadi dan resmi. hehe
Sebagai "teladan" berarti beliau layak untuk dicontoh. Kisah hidup dan perjuangan sampai titik kesuksesan hari ini banyak ditulis di blog dan bukunya. Prof. Naim lahir dari keluarga sederhana, namun kini Prof. Naim menjelma menjadi orang besar yang sangat inspiratif. Kesuksesan yang beliau raih hari ini bukan hal yang datang secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan hasil dari ketekunan dan kerja keras. Konsistensi beliau dalam menulis pun kini menjadi keahlian yang luar biasa dan banyak menginspirasi orang lain.
"Menulis memiliki kekuatan yang luar biasa" dan " Spirit adalah kunci" Tulisan yang kaya akan makna ini adalah goresan tinta dari tangan Prof. Naim di buku yang saya miliki. Ingat menulis ingat Panjenengan Prof.
*Kamad MI Tarbiyatussibyan Boyolangu Tulungagung.
Alhamdulillah... akhirnya jadi juga ditengah kesibukan kesibukan persiapan PKKM... Manteb pak... jozzz
ReplyDeleteNjih Pak suwun...
Delete