google-site-verification=a29cQDLicXmx_KpxGtFuPjFzKNqoMZ3FEdNxkyQfTTk Kang Badi': November 2020

Ayah Bunda Sayang Kalian


S u b a d i

Anakku, belahan jiwaku..
Waktu berlalu seakan tanpa pernah kita sedari
Namun pelukan sayang ayah bundamu tak pernah kehilangan erti
Dakapan hangat juga selalu menyertai, meski jarak sering memisahkan kita
Doa tulus selalu melekat erat dalam ayunan langkah bersatu mimpi

Anakku, jendela sanubariku..
Perjuangan itu kini sudah di hadapan
Saatnya menjalani hidup dengan penuh kesungguhan
Hadapi tentangan yang ada dengan senyuman
Sapa setiap kesulitan dengan keikhlasan
Raih bintang dengan penuh harapan

Anakku, penawar hidupku..
Hidup ini tidak terlalu mudah dijalani
Ada kesulitan yang akan memperkaya hati dan menguatkan diri
Namun, Jadilah pemenang layaknya juara sejati
Dengan rendah hati dan luhur budi
Bertabur kasih bersulam pekerti

Anakku, bintang harapanku..
Ayunkan langkah dengan ringan hati
Gapai setiap mimpi yang ada di sanubari
Bentangkan asa agar menjadi satu

YA Allah...
Lindungi anakku dalam teduh karunia-Mu
Bimbing anakku di setiap persimpangan yang membuatnya bimbang
Beri kemuliaan budi agar membuatnya bererti
Titiskan kebesaran jiwa agar membuatnya lebih bermakna
Sentuh hatinya dengan semangat tulus untuk berkongsi
Tanamkan keyakinan di jalan kebajikan dan kemuliaan 
Penuhi tekadnya dengan kerja keras dan pantang menyerah
Teguhkan peribadinya agar tidak mudah goyah

Ya Allah..
Terima kasih untuk kurnia terindah ini
Terima kasih untuk anugerah tidak ternilai ini

Amin...
#semoga yg mengharapkan momongan semoga lekas terkabul.... Bisshobri wassholah.  Amiin....

Majan, 27 November 2020

Sahabat, Ayo Belajar Membaca Al-Qur'an!


S u b a d i

Bismillah, Siapapun orang yang saat ini mampu membaca Al-Quran dengan baik dan benar, tentu telah melewati proses yang panjang. Diawali dari pelajaran membaca/iqra' yang paling dasar, terus ditingkatkan dalam kurun waktu yang cukup lama. Dimulai dari jilid 1,2,3 sampai lulus jilid 6 baru bisa naik tingkat ke mushaf Al-Quran, misalnya. 

Belajar Al Qur’an itu pasti tidak bisa instan, tidak cukup sekali dua kali atau sehari dua haris belajar saja. Namun butuh waktu, ketekunan, disiplin, dan kesabaran. Apalagi dalam mempelajari sifat-sufat huruf dan makhraj huruf. Tentu butuh proses belajar yang tidak ringan sampai benar-benar mahir dan fasih. 

Setiap orang pastinya tahu, bahwa Al-Quran merupakan kitab suci bagi umat islam, mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panduan dan pedoman hidup bagi segenap kaum muslimin. Di dalamnya terkandung aqidah, ibadah, hukum-hukum, akhlak, dan sejarah.

Umat Islam tidak akan tersesat jika berpegang teguh pada Al-Quran, sebab Al-Quran merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim. Hidup akan lebih bermakna jika dijalani dengan selalu berpegang teguh kepada Al-Quran. Oleh sebab itu umat Islam sudah seharusnya senantiasa membaca, memahami, dan mengamalkannya.

Ada yang bertanya, "Bagaimana mau berpedoman pada Al-Quran jika membaca saja enggan?"

Enggan membaca Al-Quran, bagi orang dewasa biasanya lebih sering dijumpai beragam alasan, karena kesibukan kerja mencari nafkah dan lain-lain. Sehingga waktu terasa amat sempit sekali, bahkan seolah tidak ada kesempatan untuk membaca Al-Quran. Maka perlu memaksanakan diri, menentukan waktu untuk Al-Quran. Bis pilih pagi hari selepas shalat Subuh, atau sebelum tidur. Yang penting jangan sampai dalam sehari semalam sama sekali tidak menyisihkan waktu untuk membaca Al-Quran. 

Alasan ke dua bisa jadi tidak membaca Al-Quran karena memang belum bisa membaca. Untuk kasus yang satu ini jawabannya hanyalah; "Harus segera belajar membaca Al-Quran". Ya, sebab sama sekali belum bisa membaca. Meskipun banyak aplikasi tutorial belajar Al-Qur'an di dunia maya dengan berbagai macam teknik dan metode. Akan tetapi yang paling utama belajar Al-Qur'an tetap lebih baik langsung kepada seorang guru. Namun, bukan berarti belajar dengan tutorial di internet itu tidak bermanfaat.

Sejatinya banyak hal yang perlu dipelajari saat belajar Al-Qur'an. Mulai dari makhraj huruf, sifat huruf, hingga tajwidnya. Karena itulah dalam belajar Al-Qur'an perlu didampingi oleh seorang guru. Hal ini menjadi penting karena kesalahan pengucapan huru-huruf dalam Al-Quran bisa jadi mengubah makna jauh dari makna yang semestinya.

Kita yang terbiasa dengan bahasa Indonesia atau bahkan bahasa daerah, bisa saja saat mengucapkan huruf-huruf Al-Quran berbeda makhraj dan sifatnya. Karena itulah belajar Al-Qur'an perlu disempurnakan dengan ilmu tajwid dan tahsin supaya bacaan kita menjadi lebih baik dan benar. 

Belajar al-Quran langsung kepada guru menjadi penting karena jika kita melakukan kesalahan saat mengucapkan kalimat yang dicontohkan, sang guru akan langsung membetulkannya. Tentu akan berbeda dengan ketika kita belajar secara otodidak. Kita bisa jadi tidak akan menyadari kesalahan yang kita buat sehingga akan merasa sudah benar sesuai contoh yang kita dengar. 

Walhasil: Ayo terus belajar Al-Qur'an, agar mampu membaca dan memahami makna yang dikandung didalam ayat-ayat Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah pedoman hidup bagi umat Islam. Al-Qur'an bagaikan peta yang menuntun kepada jalan hidup yang benar, di dunia hingga di akhirat. Aamin. 

Punjul, 26 November 2020


Mereka Mengenaliku Sebagai Guru


S u b a d i

Aku tahu dan sadar, di pundakku ada tanggung jawab yang tidak ringan, meski demikian selalu aku yakini bahwa di situ tersimpan cahaya kemuliaan. 

Aku sadar sepenuhnya, aku ini juga manusia biasa, sesekali waktu merasa lapar, haus, jenuh, kenyang, dan bosan. Kini aku harus mengajar dan mendidik sesamaku, yaitu anak-anak manusia generasi harapan bangsa. 

Aku harus ingat, hari ini aku menjadi guru bagi generasi abad 21, tantangan mengajar dan mendidik kian semakin berat, sangat berbeda dengan guru zaman dahulu. Namun, bukan berarti aku boleh berkelus kesah apalagi menyerah. 

Aku juga tahu, Anak-anak didikku bagian dari generasi  milenial, mereka sangat percaya diri, aware teknologi, dan bercita-cita tinggi. 

Aku sebagai guru mesti cepat menyadarinya dan bergegas untuk segera menyesuaikan diri dengan generasi milenial itu. Jika tidak, bisa jadi lambat laun aku akan tergantikan dengan beragam aplikasi yang kian deras bermunculan di dunia maya. 

Aku sebagai guru, bahkan kini aku telah menyandang predikat "guru profesional" yang lengkap ditandai dengan sertifikat pendidik harus terus belajar di manapun, kapanpun, dan kepada siapapun. 

Meskipun aku adalah guru, tak jarang ku temui anak didikku lebih awal menemukan sesuatu yang baru ketimbang aku. Jujur aku sadari itu. 

Salah jika aku yang dikenal sebagai guru profesional ini merasa cukup dan puas dengan ilmu dan keahlian yang aku miliki saat ini. Aku musti haus Ilmu, informasi, serta pengetahuan baru. 

Aku juga tahu, seiring pejalanan waktu tidak ada kata berhenti bagi ilmu pengetahuan, ia secara dinamis terus mengalami perkembangan, aku sebagai guru harus mempunyai sensivitas tentang hal itu. 

Aku tahu, mengajar, mendidik, dan belajar adalah pekerjaan yang tidak ringan. Namun bukan berarti aku boleh menganggap dan menjalani profesiku itu menjadi beban apalagi menyiksa hidupku. Aku harus menjalaninya dengan riang dan gembira. 

Aku berpesan kepada teman seprofesi sepertiku, ya para guru. Percayalah bahwa guru tidak akan tergantikan untuk selamanya. Jangan takut dengan munculnya aplikasi-aplikasi yang menjamur di dunia maya itu. 

Percayalah, betul seaindanya generasi ini hanya sebatas membutuhkan informasi, mengetahui dan memahami pengetahun saja, pasti yang diberikan oleh aplikasi canggih itu sudah sangatlah cukup. 

Namun, yakinlah mereka tidak hanya cukup butuh hanya sampai disitu, mereka butuh sosok teladan yang bisa menjadi model bagi mereka, demi membentuk karakter mulia di dalam diri dan laku kesehariannya. Maka hadirnya sosok utuh seorang guru sungguh dibutuhkan. Selamanya. 

Aku sebagai guru musti yakin, bahwa empati, kasih sayang, kepedulian, dan sikap-sikap mulia lainya sampai kapan pun tak kan tergantikan oleh apapun. Semua karakter mulai itu bisa menjadi sempurna sebab hadirnya sosok guru di antara para siswa. 

Aku yakin, profesi guru tidak akan pernah tergantikan oleh perkembangan zaman, oleh sebab itu, sekali lagi aku harus segera menyesuaikan diri dan masuk ke dalam dunia siswaku. 

Sungguh tidak ringan, tantangan zaman mengharuskanku menjadi orang yang memiliki multitalenta. Aku sudah seharusnya menjadi teladan, ilmuan, pendakwah, sekaligus juga pahlawan walau tanpa tanda jasa. 

Walhasil: Agar aku yang kadung menjadi guru ini harus dapat menjawab tantangan zaman, maka sudah semestinya aku rajin membaca buku, koran, maupun jurnal baik media cetak maupun elektronik. Agar aku terbebas dari kegelapan informasi terbaru yang berkembang dalam ilmu pengetahuan.

SELAMAT HARI GURU NASIONAL 2020
punjul, 24 November 2020








Sungguh "Bunga" Sedang Memberi Pelajaran Hidup Kapada Kita


S u b a d i

Bismillah, selama pandemi covid-19 ini banyak orang dibatasi bekerja dan beraktivitas di luar rumah. Yang biasanya bekerja di kantor sehari penuh, tugas dan tanggungjawabnya bisa dikerjakan dari rumah. Guru yang sehari-hari waktunya habis untuk mengajar di sekolah kini mereka diharuskan mengajar dari rumah. Intinya, saat musim pandemi mayoritas orang banyak mengerjakan tugas dan berkegiatan di rumah, dengan maksud membatasi terjadinya keruman banyak orang untuk memutus mata rantai penularan corona, supaya pandemi segera berlalu. 
______________
Membincang soal kegiatan orang di rumah saat musim pandemi covid-19, salah satunya adalah bercocok tanam di sekitar rumah. Yang sampai hari ini masih ramai adalah menanam bunga. Aktivitas ini sebenarnya bukan tanpa alasan,  bisa jadi demi menghilangkan kepenatan karena sudah jenuh terlalu lama di rumah atau memang karena menyalurkan hobi bagi penggemar tanaman bunga. Dan bahkan untuk ladang mengais rejeki dari hobi yang ia tekuni. 

Banyak media mewartakan bahwa tidak sedikit tanaman bunga yang harganya sangat fantastis, seperti yang sempat viral harga bunga janda bolong, dan bahkan di kediri beberapa waktu lalu juga sempat viral dengan berita seorang laki-laki yang membeli 4 jenis tanaman bunga dengan sebuh mobil avanza seharga 105 juta rupiah. Intinya, banyak bermunculan jenis tanaman bunga yang dulunya diabaikan kini diburu orang. Dianggap unik, langka, dan sebagianya. Karena kadung suka dan cinta, soal harga meskipun mahalnya minta ampun, tetap saja dibeli untuk diboyong pulang. 
____________
Terlepas pro-kontra terhadap fenomena ini, yang jelas segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini pasti ada manfaat dan memiliki pembelajaran hidup, misalnya saja bunga. Ya, kita bisa belajar dari tanaman bunga. 
Belajar dari tanaman bunga, tentu kita bisa mencontoh betapa bunga memberikan manfaat bagi banyak makhluk Tuhan. Bunga membantu lebah, kumbang, dan kupu-kupu untuk bertahan hidup. Tidak hanya itu, bunga juga memberikan manfaat untuk menyegarkan mata dan pikiran setiap orang yang melihatnya. Bahkan bagi sebagian orang tanaman bunga bisa mengembalikan memori di masa lalu. Hehe. 

Dalam hal ini, manusia bisa mencontoh dengan senantiasa berbuat gemar berlbagi. Tidak usah pandang bulu kebaikan kita untuk siapa. Tetaplah berbuat baik, tidak peduli siapa yang akan merasakan kebaikan kita karena kebaikan yang kita tebarkan, itu pula yang nantinya akan kita tunai. InsyaAllah

Setiap orang yang diberikan bunga tentu akan merasakan bahagia. Tidak peduli berapa jumlah bunga yang diberikan, mendapatkan bunga tentu sesuatu pengalaman yang menyenangkan. Bunga yang diberikan bisa berasal dari beragam jenis bunga, tetapi perasaan yang dimunculkan tetap sama yaitu perasaan bahagia.

Dengan belajar dari bunga, kita bisa melakukan hal-hal sederhana untuk membuat orang lain merasa bahagia dengan kehadiran kita. Tidak perlu sesuatu yang mahal atau berlebihan, asalkan perilaku kita baik, tentu sekitar kita bisa menerima dengan baik pula. Sebagai bonus, kehadiran kita bisa menjadi salah satu sumber kebahagiaan bagi sekitar.


Mandi minimal dua kali sehari bisa membuat tubuh kita bersih dan tentunya lebih sehat. Dengan mandi rutin, tentu tubuh kita akan segar, bugar, dan memiliki aroma yang enak seperti halnya bunga. Apabila kita memilih untuk tidak mandi sementara tubuh memproduksi keringat, tentu akan menyebabkan bau badan. Bau tidak sedap ini tentu mengganggu sekitar.

Lewat bunga, kita bisa belajar lebih menghormati hak orang lain untuk bernapas. Jangan sampai aroma tubuh kita yang tidak sedap membuat orang lain yang sulit berkonsentrasi bahkan terganggu pernapasannya. Jadi, apabila belum rajin mandi, mulai sekarang pastikan untuk mandi rutin minimal dua kali sehari ya! Hehe. 

Terkadang kita salah dalam memaknai keindahan. Bunga yang indahnya luar biasa, suatu hari nanti akan layu dan tidak bermakna apa-apa lagi. Bunga yang tadinya merah merekah, wangi semerbak, dipuja, nantinya pasti hanya akan mengering dan hilang. Sama halnya dengan manusia, kita ini hidup sementara, tidak kekal, kecantikan dan keindahan fisik semata tidak akan memberikan manfaat apa-apa apabila tidak diimbangi kecantikan hati.

Apabila bunga bisa dikenang karena keindahannya ketika bunga itu sudah layu, maka kita sebagai manusia bisa dikenang melalui perbuatan positif kita selama hidup di dunia ini. Jadi, hari-hari yang kita miliki, jangan sampai luput dari kebaikan yang kita tebarkan. 

Siapa yang tidak tahu kalau bunga di dunia ini ada beragam? Coraknya beragam, bentuknya beragam, aromanya beragam, semuanya beragam. Dari berbagai macam keragaman yang dimiliki bunga, satu hal yang pasti adalah apapun bunganya, dia cantik sesuai dengan bunga apa dia.

Sama halnya dengan kita sebagai manusia. Tidak perlu iri dengan keindahan atau kecantikan orang lain. Tuhan sudah menciptakan kita sebagai bentuk paling sempurna untuk diri kita sendiri. Sebaiknya, apapun pemberian Tuhan bisa diterima dengan sebaik-baiknya dan dipenuhi rasa syukur agar hidup ini berjalan dengan tenang dan berkah.

Tidak penting membandingkan hidup sendiri dengan kehidupan orang lain. Kita tidak pernah tahu jenis batu terjal seperti apa yang dialami seseorang dalam hidupnya. Jika kita bertukar posisi, belum tentu kita mampu hidup seperti orang lain. Oleh sebab itu, kiranya hanya bersyukurlah yang lebih pantas kita utamakan dalam menjalani hidup yang kita miliki. 

Seseorang yang kreatif tentu memberikan nilai lebih bagi diri orang tersebut. Sama halnya dengan bunga yang apabila semakin kreatif seseorang dalam mengemasnya, akan meningkatkan nilai jual dan nilai keindahan bunga itu sendiri.

Kita sebagai manusia bisa belajar untuk tidak pernah berhenti mengasah kreativitas. Semakin kita terasah untuk kreatif tentu saja akan lebih mudah dalam menjalani hari-hari ini dengan lebih berwarna.

Walhasil; Jangan pernah menyepelekan hal-hal kecil di sekitar kita. Bahkan dari tumbuhan bunga saja kita bisa belajar makna hidup. Memang tidak disangka-sangka, hal-hal sederhana selalu mengandung pembelajaran. Segala sesuatu pasti ada nilainya, asalkan kita mau lebih menghargai hal-hal kecil di sekitar kita, salah satunya dengan sedikit memberikan waktu untuk lebih memaknai tumbuhan bunga itu sendiri. Semoga catatan sederhana ini dapat menghibur Anda. Amin. 

Punjul, 24 November 2020

Lembut Hati Muliakan Diri


S u b a d i

Bismillah, pernahkan Anda melihat orang yang budinya halus, sopan dalam berucap, dan santun dalam bertindak? Saya yakin, tidak hanya pernah, namun bisa jadi malah sering. Atau jangan-jangan Anda juga bagian dari orang yang berciri demikian. Maka bersyukurlah, sebab yang demikian itu lebih diridhai oleh Allah SWT. 

Halusnya budi, baiknya hati, sopan saat berucap dan santun dalam bertindak, merupakan bagian dari ciri-ciri akhlak terpuji, yang harus dipegang kuat-kuat oleh setiap manusia. Sebab, sikap berhati lembut dapat membawa kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Orang yang berhati lembut biasanya tidak pernah menggunakan bahasa atau kata-kata yang kurang terpuji dan nada bicaranya jauh dari nuansa kasar. Mereka selalu baik dalam bertutur kata, tidak merendahkan orang lain dalam bersikap dan bertindak. Dengan semua orang sikapnya selalu baik dan jauh dari sikap merendahkan, apalagi sampai menghina. 

Mereka yang berhati lembut tidak suka menyakiti hati dan perasaan orang lain. Mereka sangat hati-hati dalam perbuatannya, karena mereka takut kalau sampai menyakiti orang lain. Orang yang berhati lembut senantiasa menghargai kehadiran orang lain dan tidak suka mencemoohkan kekurangan dan kesalahan orang lain. 

Seandainya Anda melihat orang yang hati dan sikapnya kasar, maka berucaplah dalam hati "ya Allah jauhkan aku dari sikap yang demikian itu, dan berilah petunjuk hambaMu ini ke jalan yang benar". Amiin... 

Punjul, 24 November 2020

Disipilin Diri, Kenapa Tidak? [ Refleksi Sebagai Pesan Diri]


S u b a d i

Bismillah. Disiplin diri itu seperti otot. Semakin rajin kita melatihnya, semakin kuat kita. Sebaliknya, semakin kita enggan atau tidak melatihnya, semakin lemah kita. Kira-kira begitulah cara mudah membuat analog dalam rangka memahami kata disiplin. Manusia dibekali akal sehat, satu diantara gunanya memang untuk berfikir, dan sangat benar jika kita mau memikirkan ayat-ayat Allah sekalipun tidak tersurat dalam kitab suci Al-Quran. 

Barangkali tidak ada orang yang tercipta sama persis di dunia ini, meskipun sejatinya jika Allah ingin membuat sama tentu bukan perkara yang rumit bagiNya. Setiap orang pasti mempunyai kekuatan otot yang berbeda, begitu juga setiap orang memiliki tingkat disiplin yang berbeda-beda. Jika kita mampu menahan napas selama beberapa detik saja, itu sebenarnya bukti bahwa kita sejatinya memiliki disiplin diri. Namun begitu, tidak semua dari kita mau mengembangkan disiplin yang kita miliki pada tingkat yang sama.

Sederhana, sekali lagi. Diperlukan otot untuk membangun otot. Maka dari itu, untuk membangun disiplin diri, kita memerlukan disiplin diri. Apakah bisa, saya yakin kita bisa, pasti bisa. Modalnya sepertinya hanya niat yang benar dan segera bertindak. Itu saja. 

Pasti kita pernah menyaksikan para binaragawan, baik di TV maupun di sekitaran kita. Rata-rata mereka mempunyai otot yang kuat dan badanya sangat bugar. Tentu untuk bisa mencapai kondisi tubuh yang ideal seperti itu tidak cukup berlatih satu atau dua hari saja. Pasti butuh berlatih dengan disiplin dan pola makan yang teratur juga. 

Kira-kira cara untuk membangun disiplin diri analoginya sama dengan melakukan angkat beban untuk membangun otot. Ini berarti mengangkat beban sampai mendekati batas kemampuan kita. Perhatikan ketika kita mengangkat beban, kita mengangkat beban yang mampu kita angkat. Kita memaksa otot-otot sampai kita tidak kuat lagi dan kemudian beristirahat.

Dari situ, mungkin cara dasar untuk membangun disiplin diri adalah dengan menjalani tantangan yang mampu kita selesaikan, tapi untuk menyelesaikannya kita harus bersusah payah dan mengerahkan segenap kekuatan yang kita miliki. Ingat ya, ini bukan berarti mencoba melakukan sesuatu dan gagal melakukannya setiap hari. Ini juga bukan berarti kita harus melakukan sesuatu yang dapat dengan mudah  dilakukan. Kita tidak akan mendapatkan kekuatan dengan mengangkat beban yang tidak mampu kita angkat dan juga tidak akan mendapatkan kekuatan dengan mengangkat beban yang terlalu ringan.

Lalu, kalau begitu kita harus bagaimana? Kita harus memulai dengan beban atau tantangan yang dapat kita jalani, namun untuk melakukan hal itu, kita harus bersusah payah sampai mendekati batas kekuatan yang kita miliki. 

Ada istilah begini "Latihan Progresif" Yang kurang lebih maknanya demikian "sekali kita sukses, kita menaikkan tingkat tantangannya setingkat lebih tinggi". Artinya, jika kita tetap mengangkat beban dengan berat yang sama setiap waktu, pasti tidak akan bertambah kuat. Demikian halnya, jika gagal menantang diri sendiri dalam kehidupan, kita tidak akan mampu untuk berdisiplin diri.

Bukan sesuatu yang benar jika kita memaksa diri kita terlalu keras saat membangun disiplin diri. Jika ada murid kita mencoba menyelesaikan seluruh pelajaran dalam semalam untuk menghadapi ujian dan keesokan harinya ia berharap bisa menyelesaikan seluruh soal ujian dengan baik dan bisa mencapai tujuan pembelajaran secara konsisten, hampir pasti dia akan mengalami kegagalan. Hal itu sama seperti kita yang pergi ke tempat fitnes untuk pertama kalinya dan mencoba mengangkat beban 300 kilogram. Kita kayaknya hanya akan terlihat bodoh, dan bahkan akan menjadi bahan tertawaan. Hehe

Namun, Jika siswa kita hanya mampu menyelesaikan 1 lembar bacaan dalam sehari dan kita hanya bisa mengangkat sepuluh kilogram beban. Bukan sesuatu yang memalukan jika siswa kita dan tentu juga kita memulai dari apa yang bisa dilakukan. Dengan latihan secara bertahap dan istiqamah, dia akan semakin pandai, dan otot-otot kita akan menjadi semakin kuat.

Sama halnya jika sekarang kita sangat tidak disiplin, sebenarnya kita masih dapat menggunakan sedikit disiplin yang kita miliki untuk dilatih sehingga dapat menjadi semakin disiplin. Semakin kita disiplin, hidup kita tentu semakin mudah untuk dijalani. Tantangan yang pada mulanya terlihat mustahil bagi kita untuk dijalani, akhirnya akan tampak lebih ringan dan mudah. Saat kita semakin kuat, yakinlah berat beban yang sama akan terasa semakin ringan.

Yang terakhir, akan menjadi lebih cerdas dan bijak, jika kita tidak bandingkan diri kita atau siapa saja dengan orang lain. Sebab, itu sama sekali tidak akan menolong. Kata bijak mengatakan, "Jika Anda berpikir bahwa Anda lemah, orang lain akan tampak lebih kuat. Sebaliknya, jika Anda berpikir bahwa Anda kuat, orang lain akan tampak lebih lemah". 

Walhasil, mari kita lihat kemampuan kita sendiri dan bercita-citalah bahwa kita akan semakin kuat saat melatih diri. Terus semangat untuk berlatih dan istiqomah. Salam sukses. Amin. 

Punjul, 24 November 2020

Ormas Islam Sebagai Perekat Bangsa


S u b a d i 

Bismillah, salah satu tugas mulia yang diemban oleh ormas-ormas Islam di bumi pertiwi ini adalah ikut serta dalam mewujudkan tatanan masyarakat muslim yang cerdas, santun, dan moderat. Sehingga keberadaannya sebagai mitra pemerintah akan lebih bermakna dan bermartabat, bukan malah sebaliknya. 

Agama sebagai salah satu perekat kehidupan berbangsa dan bernegara bagi saya merupakan suatu keniscayaan. Disadari atau tidak, fakta menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, di dalamnya terdiri dari berbagai umat beragama. Oleh sebab itu, menurut hemat saya Ormas keislaman juga memiliki tanggung jawab untuk ikut andil mencerahkan umatnya terkait kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Banyaknya faham keislaman yang dianut umat islam, sekaligus banyaknya varian madzhab merupakan tantangan Ormas Islam sekarang. Meskipun sejatinya keragaman madzhab ini tidak perlu lagi dikhawatirkan karena telah terbukti berjalan beratus tahun yang membuat Islam di Indonesia selalu dinamis. 

Namun, Lagi-lagi yang perlu menjadi perhatian adalah faham keislaman yang mempunyai kecenderungan menegaskan kelompok lain yang berbeda. Kelompok yang memiliki faham seperti ini, dalam literatur sejarah Islam dikenal dengan khawarij, ia memiliki pengaruh, apalagi di masa kini sebarannya lebih efektif, sebab banyak menggunakan medsos sebagai basis kegiatannya. 

Banyaknya kanal-kanal medsos dan mudahnya orang menyampaikan ceramah keislaman tanpa generasi keilmuan keislaman yang memadahi musti disadari oleh Ormas Islam bahwa itu adalah bagian dari tantangan. Sebab jika tidak ada gerakan masif untuk merevitalisasi bahan-bahan dakwah bisa jadi masyarakat akan sangat mudah terbawa oleh faham keislaman ekstrem yang justru jauh dari teladan Rasulullah, para sahabat, dan ulama' saleh. 

Dalam sejarah peradaban islam, terbukti adanya kelompok yang mengaku dirinya muslim, namun memiliki pandangan keras dan ekstrem, apalagi di era sekarang ini, bisa jadi lebih banyak dan masif. Jika tidak diwaspadai tentu memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap masyarakat muslim, berfaham namun ekstrem, yang dapat memecah belah umat dan bangsa. Pastinya tidak diharapkan. 

Oleh sebab itu, untuk memperkuat sekaligus memperbanyak pengikut faham keislaman yang moderat, yang selaras dengan jati diri bangsa Indonesia rasanya juga perlu cara, motode serta strategi penyampaian dakwah yang relevan dan peka zaman. 

Kita tahu bahwa para ulama saleh telah banyak memberikan contoh tradisi tulis/literasi yang sangat produktif. Tradisi lisan, seperti pidato, ceramah, tabligh dan lainnya juga penting. Namun, di era sekarang ini jangan sampai meninggalkan tradisi tulis. Dakwah secara lisan dan tertulis sangat perlu digalakkan bersama-sama oleh Ormas-ormas Islam, terutama yang menjunjung tinggi sikap tawassuth dan menghargai perbedaan. Kuncinya dengan mengedepankan sumber keislaman yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Era sekarang serba digital. Kanal-kanal medsos sudah semestinya dipenuhi dengan materi-materi keislaman yang menyejukkan dan mencerahkan. Sehingga besar harapan masyarkat umum lebih mudah mendapatkan sajian materi keislaman yang menyejukkan melalui medsos tersebut. 

Oleh karena itu, seiring dengan menjamurnya faham keislaman yang ekstrem sudah waktunya Ormas Islam melakukan terobosan untuk berjuang demi hadirnya konten ajaran Islam yang moderat, modern, sejuk, sekaligus mencerahkan. Meskipun pelan tapi pasti. Jayalah negeriku, majulah bangsaku, salam guyup rukun selamanya. Wallahu a'lam bissowab. 

Punjul, 23 November 2020






Santri & Jihat Literasi [Refleksi 10 November 2020]

S u b a d i    Bismillah, Bukan rahasia lagi, bahwa santri selalu menjadi aktor utama dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Resolusi jihad puncaknya ditandai dengan peperangan 10 November di Surabaya adalah salah satu bukti nyata bahwa kaum santri senantiasa menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kemedekaan Tanah Air.
 
Membincang soal perjuangan kaum santri, jika kita menilik fakta sejarah, tentu tidak hanya perjuangan merebut kemerdekaan, kaum santri juga aktif dalam mengisi dan berkontribusi dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia sampai saat ini. Santri harus sadar bahwa keberadaannya menjadi benteng moral dan spiritual yang mampu menjaga bangsa ini dari berbagai macam ideologi yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. 

"Hubbul wathan minal iman" bukan sekadar slogan, namun telah menjadi ruh dan darah yang mengalir pada denyut nadi kaum santri. Mereka akan terus berjuang mempertahankan sekaligus mengisi hasil perjuangan para ulama dalam memerdekakan negeri ini. Tentunya sebagai wujud syukur kepada Sang Khaliq, tanda cinta kepada bumi pertiwi, dan ungkapan Terima kasih kepada para pejuang yang telah berkorban jiwa raga demi satu kata "merdeka".

Namun, ada pertanyaan penting yang patut kita renungkan, apa bentuk konstribusi kaum santri di era modern sekarang ini? Ya, kita percaya dan sadar hari ini kita telah merdeka, tetapi bukan berarti bangsa ini tidak memiliki masalah dan tantangan lagi. Kemajuan teknologi yang sangat cepat tidak hanya memberikan kemajuan, inovasi, dan berbagai kemudahan, tetapi juga melahirkan berbagai persoalan besar yang tidak terpikirkan sebelumnya.
 
Melesatnya perkembangan teknologi informasi melahirkan satu dunia baru yang bergerak dengan sangat cepat. Dunia maya adalah dunia yang terbuka dengan lalu lintas informasi super cepat dan tanpa batas. Dunia virtual ini menghujani otak dengan jutaan informasi setiap hari, namun perlu disadari dengan sepenuhnya bahwa tidak semua kabar benar dan bermanfaat. Sebagian besar informasi yang diterima justru berisi kabar bohong/hoak dan informasi yang justru kurang manfaat.
 
Tidak hanya itu, keterbukaan informasi digital membuka medan perang baru yaitu perang ideologi. Di dunia maya khususnya media sosial, akan melihat lalu lalang berbagai ide dan gagasan dari berbagai macam ideologi. Gagasan-gagasan itu saling serang satu sama lain, saling menjatuhkan, bahkan jika perlu saling mematikan. Hal itu bisa berupa ideologi negara, agama, politik dan lain sebagainya. 
   
Sayangnya di tengah tumpukan masalah yang lahir akibat kemajuan teknologi informasi, kemampuan literasi santri masih dipertanyakan. Kemampuan untuk menyaring informasi, kemampuan bertahan dari berbagai macam ideologi yang menyerang ideologi negara, atau ideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, agaknya salah satu kontribusi besar yang bisa dilakukan santri pada zaman ini adalah dengan jihad literasi. Literasi yang mencakup kemampuan membaca dan menulis, mengelola dan memahami informasi, berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah, serta penguasaan teknologi.

So, jihad literasi merupakan usaha sungguh-sungguh untuk meningkatkan kemampuan dan potensi santri dalam hal yang telah disebutkan di atas. Semua kemampuan tersebut sangat dibutuhkan pada zaman ini. Jika membaca sejarah, budaya literasi telah dilakukan oleh para ulama terdahulu, bahkan  tradisi menulis sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Beberapa sahabat mengumpulkan dan menulis al-Qur’an. Walaupun sempat dilarang, akhirnya hadits Rasulullah juga akhirnya ditulis dan dibukukan. 

Satu bukti manfaat konkrit aktivitas literasi yang dilakukan para sahabat kalau itu, kita yang hidup di zaman yang jauh dari mereka dapat dengan mudah mempelajari hadits dari Rasulullah. Tradisi literasi itu terus berkembang, yang puncaknya pada zaman Dinasiti Abasiyah sehingga Islam menjadi pusat kebudayaan intelektual. Walaupun setelah  masa itu ada kemunduran, tetapi aktivitas menulis masih tetap berlangsung sampai sekarang. 

Para ulama Nusantara juga ikut andil dalam budaya literasi ini. Seperti Imam Nawawi al-Bantani, Syekh Makhfudz al-Turmusi, K.H Hasyim As'ary adalah contoh ulama Nusantara yang karyanya banyak dan diakui oleh ulama baik di dalam atau di luar negeri.

Kesimpulannya, ketika para santri melakukan jihad literasi, itu berarti mereka meneruskan dan melestarikan budaya literasi yang telah dibangun para ulama dan kiai. Sejarah peradaban Islam pada dasarnya dibangun atas budaya literasi yang sangat kuat. Oleh karena itu harus tetap mempertahankan budaya itu dengan baik. Tak sedikit pakar dan ilmuan di masa ini berpendapat bahwa pada zaman dengan kecepatan informasi seperti sekarang, budaya literasi merupakan kebutuhan primer. Tanpa kemampuan literasi akan hilang dalam jagat dunia maya yang begitu keras.

Dengan demikian, kemampuan literasi akan menjadi modal utama bagi santri untuk bisa beradaptasi dengan dunia modern. Tanpa kemampuan literasi yang mumpuni khususnya literasi informasi dan media, santri akan mudah terombang-ambing oleh derasnya arus informasi. Akan mudah kehilangan keyakinan, jati diri dan bahkan ideologi yang dibawa dari pesantren. Dunia modern juga dibangun di atas perangkat teknologi yang sangat canggih. Santri yang selalu mendapatkan stigma gagap teknologi, bisa jadi akan sangat kesulitan melebur dalam dunia yang canggih. Untuk itu penguasaan literasi digital menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditolak, karena tanpa kemampuan penguasaan teknologi itu, santri hanya akan menjadi objek, bukan subjek yang mampu mengusai teknologi. 

Kemampuan literasi yang baik juga dapat dijadikan sebagai senjata yang ampuh untuk berdakwah. Bukankah santri adalah agen perubahan dalam dunia dakwah? Hari ini medan dakwah sangat terbuka lebar dengan adanya dunia maya. Manusia modern khususnya para remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di media sosial, dengan demikian itu adalah tempat yang paling tepat untuk melakukan dakwah.

Untuk berdakwah di media sosial tentunya membutuhkan kemampuan literasi yang baik, terutama kemampuan menulis, agar dakwah bisa dilakukan dengan efektif. sebab itu, santri sebaiknya menyiapkan diri menghadapi situasi semacam itu, salah satunya dengan melakukan jihad literasi sebagai bukti cinta kepada negeri. Selamat hari pahlawan 2020. 

Siapa kita? NU
Indonesia? Jaya
NKRI? Harga mati
Ma'arif NU? Luar Biasa

Madiun, 10 November 2020
#Parkiran MAN 2 Madiun

Pelestarian Lingkungan Hidup Bagian Dari Iman


S u b a d i

Bismillah, disadari atau tidak sejatinya kehidupan alam semesta dalam pandangan Islam berjalan di atas prinsip keselarasan dan keseimbangan. Alam semesta berjalan dan berputar atas dasar pengaturan yang serasi dan dengan perhitungan yang tepat, semua tiada terlepas dari kodrat sekaligus iradat Sang Pencipta, Allah SWT. 

Dalam kasap mata, sekalipun di dalam alam ini tampak seperti unit yang berbeda-beda, namun sejatinya jika kita mau sejenak merenungkannya, semuanya berada dalam satu sistem kerja yang saling mendukung, saling terkait dan saling tergantung satu sama lain. Yakinlah, jika ada satu bagian yang rusak pasti menyebabkan bagian lain menjadi rusak pula. 

Dengan demikian, sekiranya tidak berlebihan bila segenap tindakan manusia yang nota bene mengemban amanat sebagai khalifah fil ard ini harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan cermat dan cerdas yang diharapkan dapat mendukung prinsip keteraturan dan keseimbangan tersebut. Yakinlah pula, yang demikian itu akan mengantarkan kepada ridha Allah, sebab prinsip itu -keteraturan dan keseimbangan- akan mengantarkan penciptaan alam ini kepada tujuan yang dikendakiNya. 

Manusia yang beriman dituntut memfungsikan imannya dengan meyakini bahwa pelestarian dan penyelamatan lingkungan hidup adalah juga dari bagian iman itu sendiri. Sebab itulah wujud nyata dari statusnya sebagai khalifah fil ard, mengemban amanat dan tanggung jawab atas keamanan dan keselamatan lingkungan hidup. Lingkungan hidup musti dijaga dan dipelihara dengan baik dan terlindungi dari pengrusakan yang berakibat mengancam hidup manusia itu sendiri. 

Walhasil, jika kita masih berkeinginan untuk menjaga dan menyelamatkan hidup bumi ini dan manusia itu sendiri, maka kita harus berani mengatakan bahwa "alam adalah bagian dari kehidupan dan alam itu sendiri hidup". Alam bersama isinya -air, tanah, tumbuhan, dll- semuanya senantiasa bertasbih kepada Allah dengan caranya sendiri-sendiri. Semuanya bersama manusia, mempunyai fungsi untuk menjaga keseimbangan alam. Karena pada hakikatnya manusia adalah bagian dari alam, yakni sebagai salah satu unsur yang menjaga keseimbangan alam. Kiranya, itulah yang dimaksud khalifah sebagaimana diabadikan dalam al-Quran. Wallahu a'lam bisshawab. 

Punjul, 9 November 2020






𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗞𝗲𝘄𝗮𝗷𝗶𝗯𝗮𝗻

𝘒𝘦𝘸𝘢𝘫𝘪𝘣𝘢𝘯 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘢𝘵𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘴𝘰𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘶𝘪...